Melatih Keterampilan Delayed Gratification pada Anak, Apa Maksudnya?

28 Oktober 2022 19:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Melatih Keterampilan Delayed Gratification pada Anak, Apa Maksudnya? Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Melatih Keterampilan Delayed Gratification pada Anak, Apa Maksudnya? Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ada yang bilang, anak zaman sekarang menyukai sesuatu secara instan dan ingin cepat mendapatkan segala sesuatu. Padahal, anak perlu paham bahwa tidak semua hal bisa didapatkan secara instan. Ya Moms, penting bagi si kecil untuk belajar mengontrol diri saat ingin mendapatkan sesuatu.
ADVERTISEMENT
Untuk mendukung tumbuh kembang anak, orang tua perlu mengajari si kecil kemampuan untuk menunda kesenangan atau delayed gratification demi mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Keterampilan ini penting ditanamkan sejak usia dini, bahkan bisa menjadi modal kesuksesan di masa depan.
Lantas, bagaimana orang tua bisa melatih keterampilan delayed gratification dalam kehidupan sehari-hari?

Cara Melatih Anak Keterampilan Delayed Gratification:

Cara Melatih Anak Keterampilan Delayed Gratification. Foto: Shutter Stock
1. Kendalikan Diri
Dilansir Psychology Today, anak cenderung akan meniru apa yang dilakukan orang tuanya. Oleh sebab itu, Anda bisa mulai melatih delayed gratification dengan mengendalikan diri lewat kehidupan sehari-hari, seperti misalnya mengajak anak menemani Anda ke bank untuk menabung. Jelaskan kenapa kita perlu menabung, yakni sebagai salah satu cara menahan diri agar tidak menghambur-hamburkan uang.
ADVERTISEMENT
Berikan pengertian bahwa bila benar-benar menginginkan sesuatu, cobalah untuk menabung dulu dan baru dibeli setelah uangnya terkumpul. Atau jelaskan juga alih-alih membeli barang yang sebenarnya tidak diperlukan, lebih baik jika uangnya ditabung saja. Sehingga, anak akan terdorong untuk mengendalikan dirinya ketika menginginkan sesuatu agar tidak terburu-buru membelinya.
2. Alihkan Perhatian
Dalam sebuah eksperimen yang dilakukan psikolog Walther Mischel menemukan bahwa anak-anak juga bisa dialihkan perhatian untuk menunda kepuasannya. Dengan pengalihan yang unik dan menarik, ternyata bisa cukup efektif dalam melatih delayed gratification.
Beberapa teknik distraksi yang bisa dilakukan untuk menunda keinginannya seperti mengubah fokus perhatian anak ke hal-hal lain, beraktivitas fisik, menggambar, bernyanyi, hingga membereskan kamar atau mainan.
3. Kembangkan Praktik Rencana 'Jika-Maka'
Ilustrasi uang saku untuk anak Foto: Shutterstock
Strategi lainnya yang bisa dikembangkan adalah menerapkan 'jika-maka' dalam soal pengaturan diri. Jadi, ibu bisa mengajari bila, "Jika kamu ingin beli mainan baru, maka kamu harus mengumpulkan uangnya dulu. Dan ketika uangnya sudah cukup, baru kita beli, ya."
ADVERTISEMENT
Nah Moms, yang tak boleh ketinggalan adalah mengajarkan anak untuk membuat lebih dari satu rencana. Sehingga, bila rencana A ketika anak tidak bisa menabung, maka buatlah rencana B. Misalnya, si kecil perlu melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya. Ibu dan ayah juga perlu untuk membantu anak-anak melancarkan usahanya, dan minta anak berkomitmen terhadap rencana tersebut.
4. Beri Tantangan
Dalam upaya mengembangkan keterampilan delayed gratification, orang tua bisa mengajarkan anak agar mau berusaha melakukan sesuatu demi mendapatkan apa yang diinginkan. Contohnya, anak ingin makan kue kesukaannya, maka ia harus mencoba untuk membuatnya sendiri. Atau jika ingin bermain sepeda di luar, maka ia harus membereskan mainannya dulu baru boleh main.
Jangan lupa, anak perlu memahami soal skala prioritas. Bantu si kecil untuk memahami hal-hal yang bisa didahulukan, agar keinginan atau kepuasan yang dituju lebih cepat tercapai.
ADVERTISEMENT
5. Berikan Apresiasi Atas Keberhasilannya
Setelah Anda melihat anak mampu menjalani praktik-praktik di atas, tidak ada salahnya untuk memberikan apresiasi dalam bentuk apa pun. Boleh dalam bentuk hadiah atau uang yang bisa ditabungnya lagi. Namun, orang tua juga perlu menahan diri agar tidak terlalu memanjakannya dan mendorong praktik delayed gratification yang bisa dilakukan anak secara rutin.