Memahami Leptospirosis yang Sebabkan Belasan Orang Meninggal di Jateng dan Jatim

9 Maret 2023 14:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi wanita sakit dan demam. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi wanita sakit dan demam. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa waktu terakhir, sejumlah daerah dilanda penyakit leptospirosis atau kencing tikus. Ya Moms, di Semarang, Jawa Tengah, sepanjang 2023 ini sudah ada 23 orang yang terjangkit leptospirosis dan 6 di antaranya meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
Selain Semarang, kasus meninggal akibat leptospirosis juga terjadi di Bantul dan beberapa daerah di Jawa Timur, seperti Pacitan, Tulungagung, dan Malang.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyebut, data per 5 Maret 2023, jumlah kasus leptospirosis di wilayahnya mencapai 249 orang dengan 9 orang meninggal dunia.
Lantas apa, sih, sebenarnya penyakit leptospirosis?

Apa Itu Leptospirosis

Ilustrasi bakteri Leptospira, penyebab penyakit Leptospirosis atau kencing tikus. Foto: Adao/Shutterstock
Mengutip laman Kemenkes, leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira. Bakteri ini dapat menyebar melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi. Beberapa hewan yang bisa menjadi perantara penyebaran leptospirosis adalah tikus, sapi, anjing, dan babi.
Gejala leptospirosis, yaitu demam, sakit kepala, mual, muntah, dan tidak nafsu makan, diare, mata merah, nyeri otot, sakit perut, bintik-bintik merah pada kulit yang tidak hilang saat ditekan.
ADVERTISEMENT
Menurut Ketua Divisi Penyakit Infeksi IDI Semarang Dr dr Muchlis Achsan Udji Sofro SpPD KPTI MKM FINASIM, kemunculan kasus leptospirosis mirip seperti DBD, biasanya meningkat di musim hujan, terutama jika terjadi banjir. Maka tak heran kasus tersebut meningkat di Semarang karena sempat banjir cukup lama.
“April-Oktober biasanya turun, bahkan mendekati nol. November, Desember nanti meningkat lagi. Jadi begitu curah hujan meningkat, kita perlu waspada kalau ada demam, nyeri otot, hati-hati barangkali ada leptos,” kata dr Muchlis dalam media briefing IDI, Rabu (8/3).
Ilustrasi Parasetamol. Foto: Danijela Maksimovic/Shutterstock
Menurutnya, sebetulnya penanganan penyakit leptospirosis cukup sederhana jika masih dalam kondisi ringan. Cukup minum antibiotik seperti parasetamol, dalam 7 hari biasanya akan sembuh. Namun dalam kasus yang kritis, rata-rata dirujuk ke rumah sakit dalam kondisi berat sehingga butuh injeksi.
ADVERTISEMENT

Bagaimana proses penularannya?

Banjir pada musim hujan Foto: dok. Istimewa
Moms, menurut dr Muchlis, leptospirosis lebih banyak menyerang usia dewasa, yakni 18 tahun ke atas. Dalam kasus yang terjadi di Semarang, lebih banyak pasien perempuan daripada laki-laki.
“(Proses penularannya) ada riwayat kontak dengan lingkungan yang terkontaminasi bakteri, misal berjalan di daerah banjir, bertempat tinggal di daerah banjir, dan hygiene kurang bagus, ada luka terbuka yang tidak diobati, banyak tikus di rumah,” ujar dokter yang praktik di RSUP dr Kariadi, Semarang, ini.
Selain itu, orang-orang yang beraktivitas di dalam air dan kontak dengan tanah daerah endemik juga rentan tertular leptospirosis. Seperti orang-orang yang berwisata atau olahraga air, pembersih selokan, tukang kebun, dan lain-lain.
Pasien yang memiliki komorbid seperti diabetes melitus (DM), hipertensi tidak terkendali, ginjal kronis, hati kronis, lupus, dan yang sedang menjalani kemoterapi, juga sangat rentan. Menurut dr. Muchlis, semua kasus leptospirosis fatal yang terjadi di Semarang karena mereka memiliki komorbid. Sayangnya biasanya orang-orang yang memiliki komorbid tidak rutin minum obat dan memeriksakan diri ke dokter karena merasa tidak bergejala. Padahal jika terkena penyakit, mereka sangat rentan.
ADVERTISEMENT
Meski sudah banyak pasien meninggal karena leptospirosis, kasus ini belum dinyatakan sebagai kejadian luar biasa (KLB). Sebab menurut dr Muchlis, leptospirosis adalah penyakit yang selalu muncul berulang saat musim hujan. Bahkan menurutnya jumlah kasus yang terjadi pada tahun 2023 ini menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya, hanya saja di daerah terdampak banjir tingkat fatalitasnya memang meningkat.
“Di kota-kota yang ada genangan banjir pernah terjadi wabah lepto. Di Yogyakarta pernah, DKI Jakarta pernah, Makassar pernah. Prinsipnya semua daerah bisa terjadi kasus lepto sampai kematian,” ujarnya.
Lantas bagaimana agar tidak tertular? “Jaga kebersihan pribadi dan lingkungan bagi keluarga yang terdampak banjir,” kata dr Muchlis.