Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Memahami Minat dan Bakat Anak, Apakah Bawaan Lahir atau Perlu Dilatih?
25 Mei 2024 16:07 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Moms, apakah anak Anda sudah menunjukkan minat dan bakatnya sejak dini? Atau masih berubah-ubah tergantung informasi yang ia peroleh?
ADVERTISEMENT
Nah mungkin Anda jadi bertanya-tanya, sebetulnya minat dan bakat itu bawaan lahir (berasal dari genetika), atau bisa dilatih dengan stimulasi anak ?
Sebelum membahas lebih jauh, yuk pahami dulu apa perbedaan antara minat dan bakat.
Perbedaan Minat dan Bakat pada Anak
Dalam sesi talkshow kumparanMOM Playdate Mei bertajuk Gali Potensi Terbaik dengan Kenali Minat Bakat Anak, founder Tes Bakat Indonesia Monic Christian menegaskan, minat berbeda dengan bakat.
Sederhananya, minat adalah sesuatu yang anak lakukan terus menerus, seperti hobi. Sedangkan bakat adalah pelajaran atau kegiatan yang dilakukan anak dan hasilnya bagus meskipun minim usaha.
"Bakat itu apa yang anaknya bisa. Minat apa yang anaknya suka. Yang anaknya suka belum tentu dia bisa, yang dia bisa belum tentu yang dia suka. Nah itu penting banget untuk menemukan irisannya," tutur Monic, Sabtu (25/5) di kantor kumparan, Jakarta Selatan.
ADVERTISEMENT
Lantas, apakah minat dan bakat ini bawaan lahir?
Monic menegaskan, minat bakat anak muncul dari genetika dan stimulasi, yang keduanya berperan sama pentingnya. Ia juga menjawab pertanyaan salah satu peserta kumparanMOM Playdate asal Depok, Tari, yang mengaku anaknya suka dengan bidang modelling, tapi selalu menolak saat diajak untuk mengikuti fashion show. Menurut Tari, putrinya yang berusia 4 tahun itu kurang percaya diri.
"Kalau dia minat tapi enggak pede (percaya diri), berarti yang harus dilatih pedenya. Itu bisa mulai dengan tugas sederhana. Misal bikinin rekaman vlogger, atau fashion show di depan keluarga, terus kita puji," tutur Monic.
Monic mengakui, orang tua seringkali kesulitan menemukan minat dan bakat anaknya karena terlihat sering berubah-ubah. Padahal menurut Monic, terkadang bukan minat anak yang berubah, tapi daya juangnya yang rendah.
ADVERTISEMENT
Ia lantas mencontohkan anak sulungnya yang suka matematika dan sudah pernah mengikuti olimpiade matematika internasional. Suatu ketika anaknya tersebut merasa bosan dan ingin berhenti mengembangkan diri di bidang matematika.
"Saya bilang, no! Karena bisa sampai olimpiade berarti ada bakatnya, hanya daya juangnya yang kurang dan harus dipupuk," ujar Monic.
Di sisi lain, anaknya tersebut juga pernah mengikuti klub taekwondo dan minta berhenti di tengah jalan. Kali ini, Monic mengiyakan permintaan anak sulungnya tersebut karena alasannya jelas.
"Dia ingin berhenti karena dia bilang, dia enggak suka kekerasan. Saya kasih," katanya.
Monic menjelaskan, itulah pentingnya melakukan tes minat dan bakat anak. Sebab dengan begitu, orang tua jadi tak perlu mencekoki anak dengan berbagai macam les untuk mengetahui apa yang disukainya.
ADVERTISEMENT
"Biasanya mama-mama di Indonesia itu (memberikan les) yang wajib matematika, bahasa, dan musik. Padahal berapa banyak biaya dan waktu yang kita habiskan untuk mengeksplorasi sesuatu yang salah," katanya.
Kapan Tes Minat dan Bakat Bisa Dilakukan?
Menurut Monic, saat ini tes minat dan bakat anak sudah mulai bisa dilakukan sedini mungkin, bahkan saat usianya baru 6 bulan. Tes ini dilakukan dengan mengambil sidik jari atau finger print dan melihat dari sisi genetikanya.
"Ada teori golden age, otak anak berkembang di bawah 5 tahun. Jadi, (kalau tes minat bakat sejak dini) langsung tahu pengin kursusnya apa," katanya.
Meski demikian, setelah melalui berbagai stimulasi, minat dan bakat anak bisa lebih mengerucut lagi seiring bertambahnya usia. Oleh karena itu, ia menyarankan saat anak memasuki 5 tahun atau menjelang usia sekolah, perlu untuk dilakukan tes minat bakat lagi.
ADVERTISEMENT
"Kalau anak 6 bulan yang dites adalah minat bakat bawaan genetiknya. Tapi kalau sudah 5 tahun yang dilihat minat hasil stimulasinya, mulai keliatan yang dia mulai enjoy. Usia SD 9-10 tahun biasanya minatnya akan mulai mengerucut lagi," urainya.