Memahami Sensori Integrasi yang Penting untuk Kecerdasan Anak

6 Agustus 2018 9:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anak Bermain di Luar Ruang (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Anak Bermain di Luar Ruang (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Selain indera penglihatan, penciuman, pengecap, pendengaran, serta peraba, sejak lahir anak sebenarnya dibekali dengan dua indera lain, yaitu indera proprioseptif dan indera vestibular. Indera proprioseptif reseptornya terdapat pada otot dan sendi. Pada tubuh, indera proprioseptif berguna untuk mendukung pengalaman gerak anak, serta membuat anak bisa mengenali bagian tubuhnya.
ADVERTISEMENT
Sementara indera vestibular terletak pada telinga bagian dalam, dan erat kaitannya dengan keseimbangan dan pergerakan anak. Indera vestibular akan bekerja sama dengan kulit sebagai indera peraba untuk melindungi tubuh terhadap rangsangan dari luar.
Contohnya, saat akan jatuh, tubuh mengeluarkan reflek untuk mempertahankan keseimbangan. Selain mempengaruhi keseimbangan dan pergerakan tubuh anak, indera vestibular juga mempengaruhi gerakan motorik anak dan kemampuan visuospatial anak, yaitu kemampuan untuk menempatkan sebuah benda, objek atau gambar dalam sebuah tempat atau ruangan.
Nah, Moms, proses agar otak dapat mengintegrasikan informasi yang berasal dari 7 indera dengan baik, sehingga tubuh dapat merespons sesuai dengan situasi lingkungan yang dihadapi disebut sensori integrasi. Proses ini juga merupakan dasar yang sangat mendukung kemampuan akademik anak dan keterampilan dalam bersosialisasi.
ADVERTISEMENT
"Jadi sensori integrasi adalah pengintegrasian 7 senses ini, yang harus pertama kali terintegrasi itu memang yang paling bawah yaitu 7 senses itu. Nah kalau sudah terintegrasi artinya dia sudah matang, baru dia bisa ke level berikutnya, yaitu planning, moto learning, lalu behaviour kemudian baru kemampuan akademis," ujar psikolog anak dari Petak Pintar, Annelia Sari Sani kepada kumparanMOM.
Anak bermain di pantai (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Anak bermain di pantai (Foto: Thinkstock)
Sensori integrasi pada dasanya berkembang dengan urutan alami. Tapi pada beberapa anak, ada yang bisa berkembang lebih cepat, ada pula yang lebih lambat.
"Kita dapat kenali profil sensorinya berdasarkan 7 senses (indera tadi) lalu kemudian kita modifikasi sesuai programnya, sambil kita challenge sensori yang tidak matang tadi agar berkembang," kata tambah Annelia Sari Sani.
Anak bermain. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Anak bermain. (Foto: Thinkstock)
Pada beberapa kasus, ada pula anak-anak yang mengalami gangguan sesnsori integrasi atau sensory processing disorder. Akibatnya, anak akan memahami lingkungan dengan cara yang berbeda, baik hipersensitif (sangat sensitif) maupun tidak sensitif (hiposensitif).
ADVERTISEMENT
Untuk mencegah gangguan tersebut, Anda bisa mulai mengenali profil sensori anak, kemudian menstimuli area sensori yang dirasa kurang atau tidak berkembang dengan baik. Jadi, yuk Moms, kita mulai lebih memperhatikan hal ini.