Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.5
21 Ramadhan 1446 HJumat, 21 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Mendukbangga: Selamatkan 1 Anak Stunting sama dengan Selamatkan 1 Generasi
20 Maret 2025 15:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Stunting masih menjadi pembahasan yang penanganannya masih jadi fokus pemerintah. Apalagi, Indonesia akan menghadapi bonus demografi, yang jika tidak dioptimalkan, akan sia-sia.
ADVERTISEMENT
Untuk mengoptimalkan bonus demografi Indonesia, Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN menyusun 5 program percepatan atau yang dikenal istilah 5 Quick Wins.
Kelima program tersebut, yakni Gerakan orang tua asuh cegah stunting (Genting); kedua, taman asuh sayang anak (Tamasya) yaitu dengan penyediaan tempat penitipan anak atau daycare unggulan; ketiga, Gerakan ayah teladan Indonesia (Gati).
Program keempat, yakni aplikasi super berbasis akal imitasi (AI) yang melayani konsultasi keluarga: sedangkan kelima, yakni SIDAYA atau lansia berdaya, yang menyediakan layanan berbasis komunitas untuk para lansia yang tidak mendapatkan perawatan oleh anaknya.
Untuk memperluas sosialisasi program ini, Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN Wihaji, menggelar diskusi bersama para Pemimpin Redaksi Media Massa di Kantor Kemendukbangga/BKKBN, Jakarta, pada Selasa (18/03/2025).
Dalam sambutannya ia memaparkan tentang Gerakan Orang Tua Asuh Anak Stunting (GENTING). “Semangatnya cuma satu, saya meyakini saya selamatkan 1 manusia sama dengan menyelamatkan 1 generasi dengan gerakan GENTING,” ungkap Menteri Wihaji dalam sambutannya.
ADVERTISEMENT
Selain itu ia mengatakan bahwa Generasi Z (Gen Z) dan Generasi Milenial yang produktif dapat menjadi peluang untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dalam rangka optimalisasi bonus demografi yang kini dialami Indonesia.
“Ada 70,72% penduduk Indonesia dalam usia produktif umurnya 14-65 tahun (menurut data SP2020) yang disebut Bonus Demografi. Dari 70,72% tadi ini yang terdiri dari 68,62% umur 15-64 tahun. Dari situ yang milenial 25,87%, kemudian yang GenZ 27,94%,” jelasnya.
Faktor penentu keberhasilan bonus demografi, menurut Wihaji, di antaranya membangun Sumber Daya Manusia melalui pendidikan dan kesehatan, peningkatan produktivitas tenaga kerja terutama peningkatan partisipasi perempuan dalam pasar kerja, penciptaan lapangan kerja untuk menampung jumlah penduduk usia produktif, membangun semangat wirausaha di kalangan pemuda yang dapat menciptakan lapangan kerja juga, dan konsisten dalam menurunkan angka kelahiran dan pengendalian pertumbuhan populasi.
ADVERTISEMENT
“Kita pastikan bahwa yang usianya produktif harus berkualitas. Itu tugas kita Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga yang tugasnya ada 3 (tiga), menciptakan masyarakat yang mandiri, tentram dan bahagia itu indikator dari masyarakat atau penduduk yang berkualitas,” ujar Wihaji.
Kemudian menurutnya bagaimana partisipasi perempuan dalam pasar kerja harus ditingkatkan dengan membuat program Tamasya (Taman Asuh Sayang Anak). Selanjutnya yang ketiga pemerintah harus menciptakan sebanyak mungkin lapangan kerja.
Ia juga memaparkan selanjutnya adalah mengendalikan tingkat kelahiran yang kita sebut dengan keluarga berencana (KB) melalui pemakaian alat kontrasepsi.
Dalam pertemuan tersebut Wihaji juga menyadari peran penting media massa dalam penyebarluasan informasi kependudukan dan pembangunan keluarga. Ia berharap media dapat terus membantu Kemendukbangga/BKKBN dalam memberitakan program pembangunan keluarga, kependudukan, dan keluarga berencana (Bangga Kencana), serta Quick Wins Kemendukbangga/BKKBN dan menjadi sumber informasi terpercaya dan akurat bagi masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT