Mengenal ARFID, Gangguan Makan yang Sering Terjadi pada Balita

11 Oktober 2019 18:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi balita tidak mau makan Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi balita tidak mau makan Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Beberapa anak yang memasuki usia balita, kerap memilih-milih makanan yang ingin dia konsumsi. Hal tersebut tentu bisa menjadi masalah tersendiri bagi orang tua.
ADVERTISEMENT
Jika sudah begini, mau tak mau Anda pun menuruti kemauannya, agar si kecil mau makan. Tapi orang tua juga perlu waspada jika ia terlalu memilih-milih makanan, sebab dapat mengganggu kesehatan dan asupan nutrisi yang ia butuhkan.
Todays Parent melansir, kemungkinan si kecil mengalami gangguan kesehatan yang disebut Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder (ARFID). Yaitu kondisi ketika anak hanya ingin mengkonsumsi makanan tertentu. Misalnya ia hanya ingin makan makanan manis saja dan menolak makanan yang rasanya tidak manis. Atau hanya ingin makan makanan dengan tekstur tertentu.
Anak balita perlu makanan bergizi seimbang dan bervariasi Foto: Shutterstock
Bedanya dengan memilih-milih makanan biasa, kebiasaan itu dapat berkurang dan hilang seiring pertumbuhannya, Moms. Sementara pada ARFID bisa berlangsung lama. American Psychiatric Association Diagnostic and Statistics Manual (DSM-5) pada 2013 menyatakan, ARFID diklasifikasikan sebagai gangguan makan.
ADVERTISEMENT
Balita yang menderita ARFID biasanya menghindari makanan karena masalah sensorik atau pernah membuatnya trauma seperti tersedak. Biasanya mereka lebih suka makanan yang berwarna putih atau krem dengan tekstur lunak atau mudah dikunyah seperti roti, nasi, pasta, kue, sereal, atau daging olahan seperti nugget ayam.
Jadi ketika mereka melihat sayuran, balita pengidap ARFID biasanya akan merasa makanan tersebut tidak enak padahal belum mencobanya sedikit pun.
Ilustrasi balita menolak makanan saat bertamu Foto: Shutterstock
Gillian Harris, seorang konsultan psikolog di Inggris, mengatakan banyak balita berumur dua atau tiga tahun yang sudah mulai paham bahasa, bisa mengelompokkan makanan menjadi 'suka' dan 'tidak suka' atau 'aman' dan 'tidak aman'. Menurut Mark Norris, seorang dokter yang juga anggota tim gangguan makan di Children's Hospital of Eastern Ontario, Ottawa, Kanada, juga mengatakan alasan lain balita menghindari makanan berkaitan dengan hipersensitvitas sensorik.
ADVERTISEMENT
"Anak-anak yang memiliki perilaku makan yang sangat pilih-pilih, sering menjadi kaku dalam mengatur makanan yang akan mereka terima atau tidak terima. Dan pilihan itu mungkin didasarkan pada faktor-faktor seperti tekstur, warna, rasa,” kata Norris.
Misalnya si kecil mungkin memakan nugget ayam tapi dia tidak mau makan dada ayam yang sulit dikunyah karena teksturnya. Atau dia mungkin lebih suka merek tertentu karena rasanya yang menurutnya lebih enak.
Akibatnya jika dibiarkan, balita yang mengidap ARFID bisa berdampak pada pertumbuhannya. Kemungkinan, sebagian besar dari mereka gagal memenuhi tonggak tinggi dan berat badan yang ideal sesuai usianya. Selain itu, mereka bisa mengalami defisien nutrisi seperti anemia atau kekurangan vitamin A, B, C, atau D.
ADVERTISEMENT
Balita makan Foto: Shutterstock
Mengutip About Kids Health, ini tanda-tanda balita Anda mengalami ARFID:
- Tiba-tiba menolak makan,
- Takut tersedak atau muntah,
- Tidak ada nafsu makan tanpa alasan yang diketahui,
- Makan sangat lambat,
- Sulit makan dengan keluarga,
- Tidak lagi bertambah berat badannya,
- Kehilangan berat badan,
- Tidak ada pertumbuhan atau pertumbuhan yang tertunda.
Jika si kecil sudah mengalami ini, sebaiknya konsultasikan dengan dokter gizi, Moms. Namun sebenarnya pilih-pilih makan telah dinormalisasi sebagai hal umum pada masa kanak-kanak. Terkadang, kekhawatiran orang tua dapat dihilangkan, terutama jika anak terlihat sehat dan bertambah berat badannya.