Mengenal Gangguan Makan Pica pada Anak

24 Maret 2021 15:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak makan. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak makan. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Moms, apakah anak Anda kerap menginginkan mengonsumsi benda-benda yang bukan makanan? Bila ya, mungkin saja si kecil terkena gangguan makan pica.
ADVERTISEMENT
Pica merupakan gangguan makan yang berupa keinginan mengkonsumsi benda-benda atau zat yang bukan makanan. Sebenarnya, pica bisa terjadi pada siapa saja, tetapi paling sering ditemukan pada ibu hamil, anak-anak dan orang dengan gangguan intelektual.
Biasanya, mereka yang menderita gangguan pica sering kali mengonsumsi benda-benda yang tidak berbahaya hingga berbahaya bagi kesehatan. Misalnya, es batu, kertas, sabun, cat kering, pasir, hingga berbagai benda logam.

Mengenal Gangguan Makan Pica pada Anak

Ilustrasi anak makan pedas. Foto: Shutter Stock
Pada anak-anak, kondisi ini bisa dikatakan gangguan pica saat mereka melakukan kebiasaan di atas usia 2 tahun. Sebab, kebiasaan menggigit atau memasukkan benda asing ke dalam mulut pada anak di bawah usia 2 tahun merupakan bagian dari perkembangan anak, sehingga dianggap normal.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Parenting First Cry, dokter anak di Institut Kesehatan Ibu dan Anak MAMTA, India, Dr. Arti Sharma mengatakan, pola makan yang buruk seperti ini bisa dianggap sebagai gangguan pica apabila sudah berlangsung minimal 1 bulan. Gangguan pica dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius, baik fisik maupun emosional pada anak.
Gangguan makan pica pada anak dapat menyebabkan masalah pada sistem pencernaan dan bisa membuat perkembangannya terlambat karena berlangsung dalam waktu yang lama. Menurut Sharma, dalam beberapa kasus, pica juga menunjukkan gejala autisme pada anak yang perlu diwaspadai.

Penyebab Gangguan Makan Pica pada Anak

Ilustrasi anak minta makan. Foto: Thinkstock
Gangguan pica pada anak-anak dapat disebabkan karena sejumlah alasan, misalnya kekurangan asupan mineral seperti seng dan zat besi, gangguan yang dikenal dengan OCD atau kebiasaan obsesif-kompulfsif dan ketidakseimbangan bahan kimia di dalam otak anak.
ADVERTISEMENT
Anak-anak yang cacingan juga lebih berisiko mengalami gangguan makan pica. Selain itu, alasan lainnya adalah saat anak merasa tidak mendapatkan perhatian yang cukup dari orang tuanya. Sehingga, mengonsumsi benda-benda asing menjadi cara anak untuk mencari perhatian kedua orang tuanya. Tanpa mereka sadari, hal itu justru bisa menimbulkan ketergantungan yang akhirnya menyebabkan gangguan pica.
Gangguan pica pada anak juga bisa menimbulkan komplikasi. Oleh sebab itu, orang tua harus selalu waspada.
“Gangguan pica pada anak dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti, toksisitas timbal yang menyebabkan kerusakan hematologi, ginjal, kardiovaskular, endokrin, dan neurologis,” kata Sharma.
Hal ini juga bisa menimbulkan komplikasi pada saluran cerna anak, mulai dari masalah ringan seperti sembelit hingga yang ekstrim seperti pendarahan. Pica juga berisiko membuat anak kekurangan nutrisi seperti zat besi dan seng. Selain itu, kebiasaan mengonsumsi benda asing bukan tidak mungkin akan menimbulkan masalah gigi pada anak, misalnya gigi yang cenderung lemah sehingga mudah retak atau patah.
ADVERTISEMENT
Penulis: Hutri Dirga Harmonis