Mengenal Helicopter Parenting, Pola Asuh yang Merugikan Anak

19 Oktober 2021 11:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mengenal Helicopter Parenting, Pola Asuh Orang Tua yang Protektif pada Anak. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Mengenal Helicopter Parenting, Pola Asuh Orang Tua yang Protektif pada Anak. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Ada banyak cara mengasuh anak. Setiap orang tua bisa saja memilih pola asuh yang dianggap paling tepat untuk tumbuh kembang anak mereka.
ADVERTISEMENT
Namun orang tua juga perlu paham, dampak dari pola asuh yang diterapkan. Misalnya bila orang tua selalu ikut campur dalam semua urusan mereka. Pola asuh seperti ini biasanya disebut dengan Helicopter Parenting.

Pola Asuh Helicopter Parenting yang Merugikan Anak, Apa Maksudnya?

Parents melansir, Helicopter Parenting pertama kali digunakan dalam buku berjudul Parents and Teenagers karya Dr. Haim Ginott tahun 1969. Ini didasari oleh para anak usia remaja yang mengatakan bahwa, orang tuanya akan melayang-layang di atas mereka seperti helikopter karena terlalu mengontrol mereka setiap saat.
Menurut direktur Pusat Perawatan Gangguan Kecemasan di Detroit, Michigan, Carolyn Daitch, Ph.D, pola asuh helikopter mengacu pada gaya orang tua yang terlalu fokus pada anak-anak mereka.
ADVERTISEMENT
“Mereka biasanya mengambil terlalu banyak tanggung jawab atas pengalaman anak-anaknya dan khususnya tentang keberhasilan atau kegagalan sang anak,” kata Carolyn.
Mengenal Helicopter Parenting, Pola Asuh Orang Tua yang Protektif pada Anak. Foto: Shutter Stock
Senada dengan itu, seorang psikolog berlisensi dan penulis buku Even June Cleaver Will Forget the Juice Box, Ann Dunnewold, Ph. D mengatakan bahwa, pola asuh helikopter merupakan cara yang berlebihan, di mana orang tua terlalu mengontrol, melindungi dan menyempurnakan anaknya.
“Pada masa balita misalnya, orang tua dengan pola asuh helikopter akan terus-menerus membayangi anak. Mereka selalu menemani anaknya bermain dengan terus mengarahkan perilakunya, sehingga dia tidak punya waktu sendirian. Hal ini akhirnya membuat anak tidak bisa mengeksplorasi dunia yang baru dikenalnya,” jelas Ann.
Sementara pada anak usia sekolah dasar, orang tua dengan pola asuh helikopter akan memastikan anaknya mendapatkan guru atau pelatih tertentu yang sesuai kriterianya. Selain itu, orang tua juga akan memilih anak-anak lain yang boleh berteman dengan buah hatinya, serta menentukan semua kegiatan anak sepulang sekolah tanpa membiarkan si kecil memilih kemauannya sendiri.
ADVERTISEMENT
Pola asuh helikopter yang diterapkan orang tua sebenarnya bukan tanpa alasan. Menurut Deborah Gilboa, MD, pendiri AskDoctorG.com, orang tua mungkin memiliki kecemasannya sendiri terkait apa yang akan terjadi dan apa yang akan dihadapi anaknya di luar sana. Namun, alasan ini tetap tidak bisa dibenarkan karena dapat membuat anak merasa sangat tertekan dan perkembangannya pun terhambat.
“Mengasuh anak dengan rasa ketakutan dan kekhawatiran di belakangnya akan membuat anak merasa tertekan. Ini bukan membuat anak menjadi berkembang, melainkan anak-anak mungkin akan melupakan semua hal yang telah dipelajarinya,” jelas Deborah.
Pola asuh ini juga akan membuat orang tua gagal mengajarkan berbagai keterampilan baru pada anak. Hal penting lainnya adalah, anak tidak punya kesempatan untuk belajar menangani masalah dan kegagalannya sendiri karena selalu dibantu orang tuanya.
ADVERTISEMENT
Penulis: Hutri Dirga Harmonis