Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu, banyak pasangan suami istri yang akhirnya memutuskan untuk melakukan program hamil lewat bantuan medis. Di Indonesia sendiri, terdapat tiga program kehamilan yang umum digunakan, yakni induksi ovulasi, inseminasi dan bayi tabung.
Menurut Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan, serta Konsultan Fertilitas, Endokrinologi, dan Reproduksi yang berpraktik di RS Pondok Indah IVF Centre, dr. Shanty Olivia Jasirwan, Sp.OG-KFER, induksi ovulasi dapat menjadi pilihan apabila didapatkan gangguan ovulasi pada perempuan tanpa adanya gangguan lain seperti saluran telur atau pun sperma, dan merupakan metode paling umum dan paling sederhana pada program kehamilan.
“Induksi ovulasi adalah terapi infertilitas dengan pemberian obat-obatan yang bertujuan untuk menstimulasi ovarium agar melepas sel telur atau ovulasi lebih dari 1, pada 1 siklus haid sehingga dapat meningkatkan peluang kehamilan,” kata dr. Shanty, dalam diskusi virtual yang diadakan oleh Rumah Sakit Pondok Indah beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Mengenal Metode Induksi Ovulasi untuk Program Hamil
Metode induksi ovulasi diperlukan jika tidak terjadi kehamilan secara alami karena adanya gangguan pada pelepasan sel telur wanita. Menurut dr. Shanty, gangguan ovulasi bisa terjadi karena beberapa hal, yaitu PCOS (Polycystic Ovarian Syndrome), obesitas, berat badan terlalu rendah, olahraga yang terlalu berat, stres psikologis yang tinggi, hiperprolaktinemia, gangguan fungsi tiroid hingga perimenopause.
Pemberian obat-obatan pada induksi ovulasi dilakukan dengan diminum atau disuntikkan pada siklus awal mentsruasi. Untuk mengetahui ada atau tidaknya ovulasi, wanita bisa menghitung jarak hari menstruasi pertama ke menstruasi berikutnya. Apabila siklus menstruasinya normal, misalnya 21-25 hari maka metode ini pasti akan menghasilkan sel telur.
“Angka keberhasilan ovulasi dari metode ini mencapai kurang lebih 80 persen. Tapi itu semua, sangat bergantung pada usia, penyebab infertilitas, kualitas sel telur dan jumlah folikel yang matang,” lanjur dr. Shanty.
ADVERTISEMENT
Pada pasangan infertilitas dengan usia istri kurang dari 35 tahun dan murni hanya mengalami gangguan ovulasi, artinya kualitas sperma normal dan saluran telur normal, maka kemungkinan angka kehamilan per siklus dapat mencapai 20-25 persen. Namun, pada kasus lain yang memiliki gangguan kesuburan lebih, angka kehamilan rata-ratanya secara kumulatif hanya sekitar 5-7 persen.
Menurut dr. Shanty, meski termasuk metode yang ringan dan umum digunakan, metode induksi ovulasi juga bisa menyebabkan beberapa efek samping yang mungkin terjadi. Misalnya, adanya keluhan terkait perubahan hormon, seperti hot flashes, sakit kepala, mood swing, nyeri perut bawah, dan payudara nyeri.
Oleh sebab itu, penting bagi pasangan untuk melakukan konsultasi dasar sebelum memutuskan untuk menggunakan metode ini. Hal ini dilakukan untuk mencari faktor-faktor risiko, seperti riwayat usia, gaya hidup dan riwayat pekerjaan yang mungkin mempengaruhi keseuburan. Penting juga untuk melihat riwayat pernikahan sebelumnya, kehamilan sebelumnya, seperti ada tidaknya keguguran, operasi, hingga penggunaan obat-obatan.
ADVERTISEMENT
(Hutri Dirga Harmonis)