Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Setiap orang tua tentu ingin anak tumbuh menjadi pribadi yang kreatif. Ya Moms, anak yang kreatif biasanya lebih percaya diri jika berhadapan dengan lingkungan sosial. Nah, rasa percaya diri inilah yang nantinya juga akan membuat anak lebih kritis dan berani mengambil keputusan saat sudah dewasa.
Selain itu, saat si kecil memiliki daya kreativitas yang tinggi, mereka juga akan bersedia menerima tugas yang sulit dan penuh konsentrasi, sekaligus senang mengekspresikan ide yang tak biasa. Dengan mengoptimalkan daya kreativitasnya, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, mampu menyelesaikan masalah, dan berani mencoba hal baru.
Melihat pentingnya pengembangan kreativitas anak, Jakarta Intercultural School (JIS) memperkenalkan Makerspace. Makerspace merupakan sebuah ruang kreatif untuk memfasilitasi para murid sekolah dasar dalam membuat suatu project yang melibatkan proses kreatif secara individual maupun berkelompok.
Dalam kelas Makerspace, pola pikir maker mindset juga akan dibentuk. Anak dapat bereksplorasi dan memecahkan masalah dengan menciptakan sesuatu. Misalnya membuat alat permainan sendiri.
Bagaimana maker mindset dibentuk dalam kelas Makerspace?
Makerspace dapat menjadi wadah untuk menemukan dan mengembangkan bakat anak. Sebab, anak akan menghadapi proses belajar yang sesuai passion. Dengan begitu, kecintaan belajar dalam diri anak dapat tumbuh.
Dalam mengembangkan maker mindset di kelas Makerspace, JIS menerapkan konsep iTime — di mana terdapat empat komponen dalam konsep tersebut. Pertama, siswa akan diajak untuk menentukan suatu project sesuai bakat masing-masing. Anak akan menelaah sendiri apa yang menjadi kesukaan mereka.
Setelah menentukan project yang sesuai bakat masing-masing, para siswa akan membuat sebuah proposal atau rencana mereka — yang dikerjakan selama delapan minggu. Pada setiap proses, para siswa juga akan dibimbing untuk mendokumentasikan dan mempresentasikan project mereka. Dengan melewati proses belajar tersebut, para siswa akan terbiasa dengan praktik dan saat itu maker mindset pada anak dapat terbentuk.
Selain itu, maker mindset juga dapat mengoptimalkan kecerdasan anak , baik secara motorik dan berpikir logis yang dapat mendukung model pembelajaran STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, Mathematics), Moms.
Metode pembelajaran STEAM ini menggabungkan keterampilan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam proses belajar. Para siswa akan belajar menemukan solusi untuk sebuah permasalahan secara berkelompok dengan mengembangkan bakat yang dimiliki masing-masing individu. Dengan kemampuan maker mindset yang anak miliki, mereka akan menghasilkan solusi yang inovatif, Moms.
Nah, mumpung lagi di rumah aja , ada banyak cara yang bisa Anda lakukan kok, Moms, untuk melatih maker mindset anak. Salah satunya dengan dongeng. Ketika mendengarkan dongeng, anak akan berimajinasi mengenai karakter-karakter di dalamnya. Dengan pola pikir maker mindset ini tentunya dapat mendorong anak untuk membuat karakter tersebut menjadi nyata.
Anda bisa mengajak si kecil membuat boneka jari ketika mendongeng. Tak hanya membuat dongeng menjadi lebih menyenangkan, menggunakan boneka jari saat mendongeng juga memiliki berbagai manfaat. Ya Moms, berbasis maker mindset, anak akan diajak mengasah pola pikir, mengembangkan imajinasi dan kreatifitas, sekaligus membantu keterampilan berkomunikasi.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan Jakarta Intercultural School