Mengenal Mikrosefali, Kondisi Lingkar Kepala Bayi Lebih Kecil dari Ukuran Normal

15 November 2023 17:19 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mengenal Mikrosefali, Kondisi Lingkar Kepala Bayi Lebih Kecil dari Ukuran Normal. Foto: Thinkstock
zoom-in-whitePerbesar
Mengenal Mikrosefali, Kondisi Lingkar Kepala Bayi Lebih Kecil dari Ukuran Normal. Foto: Thinkstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mikrosefali merupakan kelainan sistem saraf yang menyebabkan lingkar kepala bayi menjadi lebih kecil dari ukuran normal. Kelainan ini juga membuat otak anak berhenti berkembang sebagaimana mestinya.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari WebMD, bayi bisa mengalami mikrosefali saat masih dalam kandungan atau di awal-awal kehidupannya. Dalam kebanyakan kasus, penyebab pasti mikrosefali tidak diketahui.
Kendati demikian, kelainan sistem saraf ini bisa disebabkan oleh dua hal, yakni masalah gen atau masalah lingkungan.
Mikrosefali karena gen diturunkan melalui keluarga. Hal ini disebabkan karena adanya cacat pada gen yang terkait dengan perkembangan otak. Mikrosefali sering dialami oleh anak-anak dengan down sindrom dan kelainan genetik.
Sementara mikrosefali karena lingkungan bisa terjadi karena beberapa hal, seperti:
- Infeksi virus, seperti rubella, cacar air dan zika.
- Infeksi parasit, seperti toksoplasmosis atau sitomegalovirus
- Bahan kimia beracun seperti timbal
- Tidak mendapatkan cukup makanan atau nutrisi (malnutrisi)
ADVERTISEMENT
- Alkohol
- Narkoba
- Pendarahan atau stroke pada bayi baru lahir
- Cedera pada otak setelah lahir
- Cacat tulang belakang atau otak

Lantas, apakah dokter bisa mengetahui bayi dengan mikrosefali?

Dokter akan mendiagnosis mikrosefali sebelum atau sesudah bayi lahir. Mikrosefali saat hamil bisa dilihat melalui USG. Saat USG, kepala bayi dengan mikrosefali terlihat lebih kecil. Apabila ingin melihat kondisinya dengan lebih jelas, Anda sebaiknya melakukan tes pada akhir trimester 2 atau saat memasuki trimester 3.
Sementara, mikrosefali setelah lahir bisa diketahui dengan cara mengukur kepala bayi. Biasanya petugas kesehatan akan mengukur sekitar bagian terluas kepala bayi.
Angka tersebut kemudian ditandai pada grafik pertumbuhan. Melakukan hal ini akan memberi tahu dokter bagaimana pertumbuhan kepala si kecil dibandingkan dengan anak-anak lain pada usia dan jenis kelamin yang sama. Anak Anda bisa dianggap mengalami mikrosefali apabila ukuran kepalanya turun satu titik di bawah rata-rata.
Ilustrasi lingkar kepala bayi baru lahir Foto: Thinkstock

Gejala mikrosefali pada anak

Anak dengan mikrosefali dalam tahap ringan akan memiliki kepala yang kecil, namun tidak mengalami masalah lain. Kepala anak akan tumbuh seiring bertambahnya usia. Namun, ukurannya akan tetap lebih kecil dari yang dianggap normal.
ADVERTISEMENT
Mikrosefali juga bisa berpengaruh pada kecerdasan si kecil. Beberapa anak memiliki kecerdasan normal, namun ada pula yang mengalami kesulitan belajar. Selain itu, ada pula gejala lain seperti:
- Masalah keseimbangan dan koordinasi
- Keterlambatan perkembangan (tertunda duduk, berdiri, berjalan)
- Kesulitan menelan dan masalah makan
- Gangguan pendengaran
- Hiperaktif (kesulitan memperhatikan atau duduk diam)
- Kejang
- Bertubuh pendek
- Masalah bicara
- Masalah penglihatan
Sayangnya sampai saat ini tidak ada obat untuk mikrosefali. Namun, ada perawatan untuk membantu masalah perkembangan. Jika anak Anda menderita mikrosefali ringan, mereka perlu pemeriksaan dokter secara rutin untuk memantau pertumbuhan dan perkembangannya.
Sementara, anak-anak dengan kondisi parah memerlukan pengobatan seumur hidup untuk mengendalikan gejala. Seperti membutuhkan obat untuk mengendalikan kejang dan hiperaktif serta meningkatkan fungsi saraf dan otot. Selain itu, si kecil juga bisa melakukan terapi wicara dan terapi fisik.
ADVERTISEMENT
Apakah mikrosefali bisa dicegah?
Saat hamil, Anda dapat mengambil langkah-langkah untuk mencegah mikrosefali. Beberapa hal di antaranya yakni mengkonsumsi makanan sehat dan vitamin prenatal. Kemudian jauhi bahan kimia, sering mencuci tangan, hindari gigitan nyamuk hingga meminimalisir interaksi dengan benda berparasit.