Mengenal Mikrotia, Kelainan Telinga pada Bayi yang Bisa Ganggu Pendengaran

22 Februari 2024 16:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ayah dan bayi baru lahir. Foto: BaLL LunLa/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ayah dan bayi baru lahir. Foto: BaLL LunLa/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mikrotia merupakan kondisi bayi terlahir dengan bentuk daun telinga yang tidak normal. Seperti daun telinga menelungkup ke dalam, daun telinga keriting hingga menutup lubang, atau kondisi lainnya. Sebagian besar anak dengan mikrotia mengalami gangguan pendengaran. Sehingga hal ini dapat mengganggu tumbuh kembangnya.
ADVERTISEMENT
Dokter Spesialis Anak, dr. Aisya Fikritama, Sp. A mengatakan, mikrotia biasanya terjadi pada beberapa minggu pertama kehamilan. Kondisi kelainan ini dapat bervariasi dari yang hampir tidak terlihat sampai menjadi masalah besar pada pembentukan telinga.
Mikrotia bisa terjadi saat janin dalam kandungan berusia 6 minggu. Pada usia tersebut janin akan mulai berkembang membentuk daun telinga, liang telinga, hingga tulang pendengaran. Kondisi ini bisa menyebabkan gangguan pendengaran pada anak. Sebab, suara yang ada tak bisa bergerak masuk menjangkau telinga bagian tengah dan dalam.
"Sehingga masalah pendengaran yang umum menimpa bayi atau anak-anak dengan mikrotia adalah tuli konduktif karena enggak ada yang hantarannya itu," ujar Dokter Aisya saat dihubungi kumparanMOM.
Dokter Aisya menyebut, tanpa penanganan yang baik mikrotia yang menimbulkan gangguan pendengaran bisa membuat anak terlambat atau sulit bicara. Hal itu terjadi karena mereka tidak bisa mendengar, sehingga otomatis tidak mendapat stimulasi kosakata. Hal ini dapat melahirkan masalah lain seperti speech delay.
Ilustrasi Bayi Tidur di Atas Dada Ibu. Foto: Shutterstock

Lantas, Apa Penyebab Mikrotia pada Anak?

Mikrotia ini bisa menyebabkan kurangnya rasa percaya diri anak dan menarik diri dari pergaulan. Anak dengan mikrotia biasanya merasa malu dengan bentuk telinganya. Artinya, orang tua harus memberi pengertian ke anak sehingga mereka tidak merasa minder.
ADVERTISEMENT
Selain itu, mikrotia pun dapat terjadi ketika ada kelainan atau mutasi genetik pada janin di dalam kandungan. Mutasi genetik pada janin ini membuat bentuk telinganya bermasalah. Kelainan genetik ini bisa saja terjadi meskipun kedua orang tuanya normal.
"Mikrotia rentan dialami bayi baru lahir dengan ibu kondisi atau kebiasaan tertentu seperti diabetes melitus serta rubella pada trimester pertama," kata Dokter Aisya.
Ibu yang kekurangan gizi selama hamil juga bisa melahirkan anak dengan mikrotia. Tak hanya itu, ibu hamil yang kekurangan asam folat, kekurangan karbohidrat, mengonsumsi minuman beralkohol, menggunakan obat-obatan tertentu selama kehamilan, juga dapat menyebabkan mikrotia pada janin.
Ilustrasi ibu menyusui bayi. Foto: Shutterstock
Mikrotia juga bisa disebabkan karena faktor lingkungan dan non lingkungan, yakni:

-Faktor non-Lingkungan

Faktor non-lingkungan berarti keadaan ibu saat mengandung. Cara mencegahnya berarti jangan sampai ibunya mengalami penyakit TORCH, yakni toksoplasma, rubella, cytomegalovirus, dan herpes. Bagi ibu yang sudah terinfeksi, maka segera obati dengan baik karena itu bisa menyebabkan mikrotik pada anaknya.
ADVERTISEMENT
Kemudian ibu dengan diabetes melitus atau kencing manis juga berpotensi tinggi melahirkan anak dengan mikrotia. Artinya pada ibu dengan kondisi medis seperti itu harus dapat mengontrol gula darah.

-Faktor Lingkungan

Ibu hamil harus terhindar dari obat-obatan yang mengandung retinoic acid atau asam retinoat. Zat ini biasanya yang terkandung dalam pemutih wajah dan obat berjerawat. Artinya ibu hamil dilarang menggunakan skincare yang mengandung zat tersebut ya, Moms.