Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Menkomdigi Ungkap 13 Persen Anak-anak Punya Akun Rahasia di Media Sosial
19 Februari 2025 11:58 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Ruang digital memberi akses tidak terbatas bagi siapa pun untuk mendapat informasi, hiburan, maupun komunikasi, tidak terkecuali anak -anak. Sayangnya, belum adanya pembatasan akses bagi kelompok anak-anak rentan membuat tidak mendapat perlindungan yang memadai. Hal inilah yang membuat pemerintah kin sedang menggodok aturan perlindungan anak di ruang digital.
ADVERTISEMENT
Bertepatan dengan momen Safer Internet Day yang digelar setiap Februari, Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid mengungkapkan data UNICEF yang menyebut setiap setengah detik, seorang anak mengambil langkah pertama mereka di dunia maya.
"Menurut UNICEF di tahun 2024, setiap langkah atau setiap masuknya, setiap setengah detik, seorang anak mengambil langkah pertama ke dalam dunia digital. Mereka mengetik kata pertama di mesin pencari, mengklik tautan yang membawa mereka ke dunia yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Dan tentu mayoritas anak-anak akan berbinar-binar saat melihat lautan informasi, lautan hiburan, dan juga komunikasi yang terbuka di hadapan mereka," jelas Meutya di Kantor Komdigi, Selasa (18/2).
Namun, yang perlu disoroti adalah ketidaktahuan anak-anak tentang risiko dan ancaman berbahaya di dunia digital.
ADVERTISEMENT
Di beberapa negara saat ini sudah menerapkan aturan pembatasan penggunaan internet. Misalnya, Meutya menjelaskan, di Jerman melalui Youth Protection Act telah mewajibkan platform digital untuk menyediakan fitur keamanan khusus bagi anak-anak di bawah 16 tahun. Baik di Jerman maupun Prancis, anak-anak diwajibkan memperoleh persetujuan orang tua sebelum membuat akun di platform digital.
Inggris dan Prancis juga mengeluarkan aturan serupa, dan bahkan turut mengatur sanksi berat bagi perusahaan platform digital yang melanggar aturan.
"Indonesia ongoing, mudah-mudahan dalam waktu dekat aturannya segera keluar," ucap Meutya.
Tantangan Dunia Digital Bagi Anak-anak
Indonesia saat ini menjadi salah satu negara dengan jumlah pengguna internet terbesar di dunia, dengan 221 juta lebih pengguna atau 79,5 persen dari total populasi terhubung ke dunia maya. Yang perlu jadi perhatian, dari jumlah tersebut, sekitar 9 persen di antara penggunanya merupakan anak-anak di bawah 12 tahun.
ADVERTISEMENT
"Salah satu hal yang menarik adalah keberadaan generasi post-gen Z, mereka yang berusia di bawah 12 tahun dan sudah terlahir di era digital. Saat ini, 9,17% persen dari pengguna internet berasal dari kelompok usia post-gen Z atau 12 tahun ke bawah. Mereka tumbuh dengan akses tidak terbatas ke dunia maya, dan kita tahu bahwa mereka belum mendapat perlindungan yang memadainya," jelas dia.
Selain itu, data juga menunjukkan 22 persen anak-anak tidak mengikuti aturan orang tua mengenai durasi menggunakan internet. Sekalipun, orang tua sudah berusaha memberikan batasan penggunaan internet sehari-hari.
Data ini, menurut Meutya, seakan mencerminkan betapa besar daya tarik dunia digital bagi anak-anak. Bila tidak ada pengawasan, kelompok ini bisa dengan mudahnya 'tersesat' di ruang digital.
ADVERTISEMENT
"Lebih dari itu, 13 persen anak-anak diketahui memiliki akun rahasia yang tidak diketahui oleh orang tua mereka. Dan itu mereka bisa membuat akun sendiri. Maka, jadi rentan anak-anak memiliki akun rahasia yang tidak diketahui oleh orang tua mereka. Fakta ini memperjelas bahwa kita perlu melakukan lebih banyak upaya dalam memastikan anak-anak kita tetap terlindungi saat menjelajahi dunia digital," tegasnya.
Yang bikin miris juga, survei NCMEC (National Center for Missing and Exploited Children) mengemukakan Indonesia menduduki peringkat keempat secara global dan peringkat kedua di kawasan ASEAN dalam jumlah kasus pornografi anak di ruang digital.
"Jadi, angka-angka ini yang menjadi perhatian dari pemerintah untuk menguatkan regulasi terkait perlindungan anak di ruang digital," pungkasnya.
ADVERTISEMENT