Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Mewaspadai Shaken Baby Syndrome, Cedera Otak yang Dapat Sebabkan Kematian Bayi
13 Desember 2021 11:00 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Tapi segemas apa pun, hindari lah mengayun, mengguncang atau melempar bayi terlalu 'heboh'. Sebab, cara bermain yang demikian dapat berdampak buruk pada bayi.
Ya Moms, hal ini dijelaskan di laman resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Saat bayi mengalami guncangan yang terlalu keras, otak mengalami perputaran atau pergeseran terhadap aksisnya (batang otak). Hal ini menyebabkan robekan saraf dan pembuluh darah, menyebabkan kerusakan atau cedera dan perdarahan otak.
Cedera pada otak juga bisa terjadi akibat perubahan posisi kepala terhadap leher yang drastis dan mendadak saat tubuh bayi terguncang.
Cedera yang terjadi ini lah yang disebut sebagai Shaken Baby Syndrome (SBS). Masih dikutip dari laman IDAI, cedera otak akibat SBS khas dan tidak sesuai dengan riwayat jatuh, kejang, atau trauma kepala lain.
ADVERTISEMENT
Agar lebih waspada, orang tua dan pengasuh bayi perlu memahami fakta-fakta seputar sindrom ini. Apa saja?
Juga Sebabkan Cedera Mata dan Tulang
Mengutip Healthline, SBS juga dapat menyebabkan berdampak pada pernapasan dan penglihatan bayi, Antara lain pandangan tidak fokus hingga pendarahan retina.
Pada kasus SBS akibat kekerasan yang disengaja, kerap ditemui juga kondisi cedera atau patah tulang pada iga, lengan, dan tungkai bayi.
Mengganggu Kemampuan Koordinasi Bayi
Kerusakan otak yang dialami bayi membuatnya sulit mengkoordinasikan antara gerakan mengisap dan menelan. Sehingga, tak jarang bayi akan menunjukkan gejala muntah atau tersedak saat sedang diberi makan atau menyusu. Rewel atau cenderung banyak tidur juga merupakan ciri bayi alami SBS.
Banyak Dialami Bayi di Bawah Usia 6 Bulan
Menurut National Center on Shaken Baby Syndrome, SBS umumnya terjadi pada anak-anak di bawah 2 tahun, namun lebih sering terjadi pada bayi di bawah usia 6 bulan.
ADVERTISEMENT
Faktor Risiko Lebih Tinggi pada Sebagian Bayi
Menurut Medicine Net, bayi yang pernah terancam keguguran, lahir prematur dan kembar lebih berisiko terkena SBS, karena sistem otaknya dinilai lebih lemah. Kondisi ini juga bisa diperparah jika bayi memiliki riwayat kolik, atau peningkatan tangisan yang hebat selama dua bulan pertama kehidupan.
Salah Satu Bentuk Kekerasan pada Anak
Disengaja atau tidak, Shaken Baby Syndrome tergolong salah satu bentuk kekerasan pada anak. Pada laman IDAI disebutkan, SBS yang disengaja umumnya dilakukan oleh laki – laki, ayah, atau pengasuh anak.
Guncangan yang disengaja, misalnya oleh orang dewasa yang tidak sabar terhadap bayi yang rewel. Sementara guncangan tidak sengaja umumnya timbul karena cara bermain yang tidak tepat seperti mengayun atau melempar bayi ke udara.
ADVERTISEMENT
Selain itu orang tua yang mengalami stres secara sosial, biologis, atau finansial rentan melakukan perilaku impulsif dan agresif yang terkait dengan kasus SBS.
Bisa Sebabkan Kematian pada Bayi
Spektrum gejala Shaken Baby Syndrome sangat luas, dari gejala ringan sampai sangat berat. Gejala ringan yang tidak spesifik umumnya tidak disadari oleh dan membaik seiring waktu.
Sindrom yang sangat berat dapat menyebabkan penurunan kesadaran, kejang, sampai kematian pada bayi.
Shaken Baby Syndrome Dapat Dicegah
Untuk mencegah Shaken Baby Syndrome, hindari bermain atau bercanda dengan bayi dengan cara menganyunkan bayi pada lengan atau anggota tubuh lainnya, mengguncang, atau melempar tubuh bayi. Awasi selalu apabila bayi bermain dengan kakak atau anak yang lebih besar.
ADVERTISEMENT
Jika meletakkan bayi pada ayunan, gunakan ayunan khusus untuk bayi yang berayun dengan lembut.
Pilih lah pengasuh anak yang dapat dipercaya serta cukup stabil dan matang secara psikologis. Begitu juga dengan orang tua yang sedang memiliki masalah psikis, sebaiknya mencari bantuan profesional terkait (psikolog atau psikiater) agar mampu mengasuh si kecil secara aman dan bertanggung jawab.