Mitos dan Fakta Seputar Imunisasi pada Anak, Orang Tua Perlu Tahu!

28 Oktober 2019 12:01 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Imunisasi. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Imunisasi. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Salah satu cara terbaik untuk melindungi anak dari berbagai penyakit adalah dengan imunisasi. Meski begitu, beberapa orang tua masih ragu untuk memberikan imunisasi pada anaknya. Salah satu penyebabnya adalah karena memperoleh informasi yang salah tentang imunisasi. Mereka percaya bahwa imunisasi berbahaya, tidak bermanfaat dan memiliki dampak yang buruk pada kesehatan anak.
ADVERTISEMENT
Padahal faktanya, menurut Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof. DR. dr. Soedjatmiko, SpA (K), Msi, imunisasi justru bisa melindungi anak dari wabah, sakit berat, cacat bahkan kematian. Informasi yang tidak benar tentang imunisasi itu bersumber dari pendapat perorangan atau pribadi di dalam dan luar negeri berdasarkan asumsi-asumsi sebelum tahun 2000-an, yang sangat berbeda dengan hasil penelitian ilmiah terbaru tahun 2002-2019 ini.
Nah Moms, agar Anda tidak ragu lagi untuk memberikan imunisasi pada anak, berikut beberapa mitos dan fakta seputar imunisasi yang kumparanMOM rangkum dari laman resmi IDAI.
Ilustrasi anak imunisasi, diberi vaksin. Foto: Shutterstock
Mitos: Vaksin tidak penting, karena sanitasi yang cukup bisa memberantas penyakit.
Fakta: Penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi dapat menyerang kembali apabila program vaksinasi dihentikan. Sementara perbaikan kebersihan, cuci tangan, dan air bersih dapat membantu melindungi anak dari penyakit infeksi. Tapi banyak penyakit infeksi yang tetap menyebar seberapa pun bersihnya seseorang. Jika anak tidak diimunisasi, penyakit yang tidak biasa ditemukan seperti campak dan polio, dapat dengan cepat timbul kembali.
ADVERTISEMENT
Mitos: Vaksin memiliki kerugian dan efek samping jangka panjang yang belum diketahui.
Fakta: Vaksin itu aman. Kebanyakan reaksi vaksin bersifat minor dan sementara, seperti nyeri pada tempat penyuntikan atau lengan atau demam ringan. Masalah kesehatan serius atau berat sangat jarang terjadi dan diinvestigasi serta dimonitor secara ketat. Anak-anak jauh lebih berisiko untuk sakit parah akibat terinfeksi penyakit-penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan vaksin.
Mitos: Vaksin kombinasi DPT dan vaksin polio menyebabkan sindrom kematian bayi mendadak atau SIDS.
Fakta: Tidak ada hubungan sebab-akibat antara pemberian vaksin dengan kematian mendadak pada bayi. Namun demikian, vaksin mulai diberikan pada masa ketika bayi dapat mengalami SIDS. Dengan kata lain, kejadian SIDS hanya kebetulan dengan vaksinasi dan akan tetap terjadi bila tidak divaksinasi. Penting untuk diingat bahwa, dipteri, pertusis, tetanus dan polio merupakan penyakit yang bisa mengancam jiwa. Sehingga, bayi-bayi yang tidak diimunisasi berisiko tinggi untuk mengalami cacat berat sampai kematian.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi vaksin dan imunisasi. Foto: Ilustrasi vaksin dan imunisasi.
Mitos: Influenza hanya penyakit sepele dan vaksinnya tidak terlalu efektif.
Fakta: Influenza lebih dari sekedar penyakit yang sepele. Influenza merupakan penyakit serius yang menyebabkan 300.000 - 500.000 kematian di seluruh dunia tiap tahunnya. Wanita hamil, anak kecil, lansia dengan tingkat kesehatan yang kurang, dan siapa pun dengan penyakit kronis seperti asma atau penyakit jantung, lebih berisiko mengalami infeksi serius dan mematikan.
Mitos: Vaksin mengandung merkuri yang berbahaya.
Fakta: Thiomersal adalah bahan organik, senyawa yang mengandung merkuri yang ditambahkan ke beberapa vaksin sebagai pengawet. Thiomersal telah digunakan secara luas sebagai pengawet vaksin multidosis. Tidak ada bukti yang menunjukkan jumlah thiomersal dalam vaksin berisiko pada kesehatan.
Mitos: Imunisasi dapat menyebabkan autisme
ADVERTISEMENT
Fakta: Pada tahun 1998 sebuah studi sempat menghebohkan masyarakat akibat pernyataan yang menyatakan terdapat hubungan antara vaksin MMR dengan autisme. Namun pada akhirnya, studi ini salah dan ditarik oleh jurnal yang menerbitkannya. Sayangnya, publikasi ini telanjur membuat publik panik dan membuat cakupan imunisasi menurun yang diikuti dengan kejadian luar biasa dari campak, rubela, dan gondongan. Ya Moms, ditekankan sekali lagi, bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan hubungan antara vaksin MMR dengan autisme.
Ilustrasi Imunisasi Foto: Shutterstock
Mitos: Memberikan lebih dari satu vaksin dalam waktu yang bersamaan dapat meningkatkan risiko timbulnya efek samping berbahaya yang dapat membebani sistem imun anak.
Fakta: Bukti ilmiah menunjukkan bahwa memberikan imunisasi pada waktu yang bersamaan tidak berpengaruh pada sistem imun anak. Anak-anak yang terpapar oleh beberapa ratus zat asing yang dapat memicu respons imun setiap hari.
ADVERTISEMENT
Jadi, jangan ragu lagi untuk memberikan vaksin pada anak. Bila Anda masih ragu terkait imunisasi untuk si kecil, sebaiknya berkonsultasilah dengan dokter anak Anda.