Moms, Ini Alasan Sebaiknya Tunda Berikan Smartphone pada Anak hingga Usia SMA

28 Agustus 2024 14:02 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak dan gadget. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak dan gadget. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Smartphone adalah salah satu gadget yang dimiliki oleh banyak orang untuk berkomunikasi hingga hiburan. Beberapa orang tua sudah mulai memberikan smartphone sejak anak masih kecil karena berbagai alasan. Tetapi, memberikan smartphone terlalu dini dapat menimbulkan efek negatif pada anak, lho! Kenapa?
ADVERTISEMENT
Ya Moms, dikutip dari ABC News, psikolog sosial sekaligus penulis 'Anxious Generation', Jonathan Haidt, mengungkapkan terjadi penurunan tajam kesehatan mental anak-anak yang diberikan smartphone sejak kecil. Dalam penelitiannya, sejak tahun 2012 dan 2013, terjadi peningkatan penyakit mental pada anak-anak, termasuk di antaranya kecemasan, depresi, menyakiti diri sendiri, dan bahkan bunuh diri.
Salah satu penyebab utama peningkatan penyakit mental pada anak adalah disebabkan oleh penggunaan ponsel pintar (smartphone).
Dalam bukunya tersebut, Haidt menjelaskan, Gen Z atau generasi orang yang lahir pada 1997 dan seterusnya, merupakan generasi muda yang memiliki akses penuh terhadap smartphone.
"Saat memberi anak-anak smartphone dan pada saat itu juga ia memiliki akun media sosial. Ketika anak memindahkan kehidupan sosialnya ke media sosial, itu bukanlah tindakan manusiawi dan tidak membantu mereka berkembang. Dan pada akhirnya akan memengaruhi kesehatan mental mereka," ucap Haidt.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, Haidt mengusulkan anak tidak menggunakan smartphone sebelum SMA. Smartphone sebaiknya diberikan sebagai alat komunikasi antara orang tua dan anak, sehingga bisa saling mengabarkan. Haidt juga menyarankan agar tidak boleh menggunakan media sosial sebelum usia 16 tahun.

Alasan Lain Sebaiknya Tunda Beri Smartphone kepada Anak

Ilustrasi anak memakai gadget. Foto: Shutter Stock
1. Depresi dan Penggunaan Obat-obat Terlarang
Forbes melansir, penggunaan smartphone berkorelasi kuat dengan kesehatan mental pada penelitian yang dilakukan terhadap 40.998 anak SMP-SMA di Korea. Ketika anak menggunakan smartphone lebih dari 4 jam sehari, maka gejala depresi meningkat sebesar 22 persen, penggunaan alkohol 66 persen, dan merokok sebesar 90 persen. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan terkait penggunaan smartphone pada anak, depresi pada remaja pun meningkat dari 8,1 persen (2009), menjadi 15,8 persen (2019).
ADVERTISEMENT
Menurut data Global Mind Project, semakin lama orang tua menunda untuk memberikan smartphone kepada anak, maka kesehatan mental mereka akan lebih baik hingga usia dewasa.
2. Kurangi Durasi Tidur
Moms, ingat bahwa anak-anak masih membutuhkan tidur yang lebih banyak sebagai upaya mengatur emosinya agar lebih baik, memaksimalkan ingatan, hingga kesehatan anak secara umum.
American Academy of Sleep Medicine merekomendasikan anak-anak berusia 6-12 tahun tidur selama 9-12 jam setiap malam, kemudian remaja berusia 13018 tahun tidur 8-10 jam.
Di sisi lain, aktivitas anak-anak zaman sekarang pun sudah cukup padat, mulai dari les olahraga, akademik, hingga aktivitas lainnya. Di saat waktu tidur berkurang karena banyaknya aktivitas, penggunaan smartphone yang berlebihan dapat memperparah kualitas tidur. Sebab, cahaya dari smartphone akan 'menipu' otak untuk berpikir bahwa masih siang hari, sehingga mengganggu ritme sirkadian.
ADVERTISEMENT
Dampaknya, bisa memperpendek durasi tidur, menyebabkan peningkatan rasa kantuk di sekolah, hingga mengurangi kemampuan belajar dan fokus.
3. Tingkatkan Risiko Rabun Jauh atau Mata Minus
Penggunaan smartphone secara terus-terusan dalam jarak dekat dan brightness berlebihan sering dikaitkan dengan peningkatan risiko mata minus. Penelitian terhadap 272 remaja di Belanda menunjukkan bahwa penggunaan smartphone selama lebih dari 20 menit tanpa henti dikaitkan dengan peningkatan miopia atau rabun jauh.
Dan bila rabun jauh sudah dialami anak sejak kecil, maka dapat memburuk hingga dewasa bila tidak dilakukan pembatasan penggunaan smartphone.
4. Memperburuk Gejala ADHD
Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif (Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD) dialami sekitar 9 persen anak-anak. Dalam sebuah penelitian yang melibatkan 2.587 remaja tanpa gejala ADHD, dengan aktivitas yang dipantau adalah ketika mereka menggunakan media sosial.
ADVERTISEMENT
Aktivitas digital yang lebih sering dikaitkan dengan 11 persen lebih tinggi berpeluang untuk didiagnosis ADHD selama dua tahun ke depan. Dan bila sebelumnya anak sudah merasakan gejala ADHD, maka dapat semakin memperburuk gejalanya.
Jadi, para ahli menyarankan agar orang tua menunggu hingga setidaknya anak memasuki usia SMA, atau setidaknya usia SMP, untuk diberikan smartphone. Bila memang harus memberikan smartphone sebagai alat komunikasi, Anda bisa memantau aktivitas digitalnya, serta membatasi aktivitas akses ke media sosialnya.