Moms, Ini Dampak Buruk Orang Tua yang Bertengkar di Depan Anak

15 Februari 2024 14:38 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Moms, Ini Dampak Buruk Orang Tua yang Bertengkar di Depan Anak. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Moms, Ini Dampak Buruk Orang Tua yang Bertengkar di Depan Anak. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Moms, coba diingat-ingat, pernahkah Anda beradu pendapat atau bahkan bertengkar dengan suami di depan anak-anak?
ADVERTISEMENT
Tidak dipungkiri, dalam kehidupan pernikahan, perselisihan dengan pasangan mungkin bisa terjadi. Hal itu sebenarnya sangat wajar terjadi, tapi usahakan untuk tidak bertengkar di depan anak.
Siapa sangka, dampak pertengkaran orang tuanya sudah bisa dirasakan sejak bayi masih di dalam kandungan, lho!
"Mereka dapat merasakan hal-hal yang mungkin tidak kita sadar, bahkan ketika dia masih bayi. Ada beberapa penelitian yang menunjukkan bayi bisa merasakan ketika ibunya sedang stres," ungkap terapis keluarga dan pemilik Kaleidoscope Family Theraphy, LeNaya Smith Crawford, dikutip dari Healthline.
Sebuah studi tahun 2011, misalnya, menunjukkan bahwa hormon kortisol atau hormon stres yang dikeluarkan oleh tubuh ibu, bisa mengalir ke plasenta dan menciptakan tingkat stres yang lebih tinggi pada bayi yang belum lahir. Bayi yang sering terkena stres selama di dalam rahim ditemukan tingkat kortisolnya lebih tinggi juga saat dilahirkan.
ADVERTISEMENT
"Sistem saraf berkembang sejak sebelum bayi lahir. Dan itu dipengaruhi oleh adanya stres," ucap psikolog anak di Allina Health, Chad Radniecki.
Dampak serupa juga bisa dirasakan setelah bayi lahir. Sebuah studi tahun 2010 memperlihatkan bayi berusia 6 bulan pun bisa menunjukkan reaksi stres, yang terlihat lewat ekspresi wajah cemberut atau marah. Selain itu, bayi yang terdampak stres dapat mengalami peningkatan detak jantung, yang kemudian memicu respons hormon stres.
"Bayi menganggap nada dan volume tinggi seperti berteriak tidak aman. Sehingga, dapat melepaskan hormon stres, dan membuat mereka pun tidak nyaman," ucap psikoterapis Jennifer Tomko.

Dampak Buruk Bila Orang Tua Sering Bertengkar di Hadapan Anak

Ilustrasi pasangan bertengkar. Foto: Kmpzzz/shutterstock
1. Mencontoh Kebiasaan
Bertengkar dengan suami di hadapan anak bisa menjadi bencana bagi si kecil. Saat melihat orang tuanya sedang beradu mulut dan bertengkar, anak akan berpikir bahwa itu adalah cara untuk menyelesaikan masalah.
ADVERTISEMENT
Dan di kemudian hari, anak akan mencontoh untuk menyelesaikan masalah dengan cara serupa, yakni: bertengkar atau beradu mulut dengan siapa pun.
2. Mengalami Tekanan Emosional
Orang tua yang berkelahi secara fisik di depan anak dapat membuatnya mengalami tekanan emosi. Dampaknya, anak akan merasa tidak aman dan berpotensi mengalami masalah psikologis, seperti kecemasan dan depresi.
3. Kegagalan dalam Hubungan
Anak merupakan peniru ulung dengan apa yang dilihatnya. Bila Anda dan suami terus bertengkar, tidak menutup kemungkinan anak juga akan tumbuh dengan hal yang sama.
Imbasnya mungkin saat dewasa kelak, hubungan anak dengan pasangannya juga akan bernasib sama. Kemungkinan lainnya adalah anak akan menghindari sebuah hubungan karena takut terluka.
4. Mengalami Masalah Kesehatan
ADVERTISEMENT
Memperlihatkan hubungan yang tidak harmonis antara Anda dan suami di depan anak bisa menyebabkan anak cemas dan tertekan.
Apa dampaknya? Si kecil bisa jadi mogok makan atau justru makan yang banyak sehingga efeknya anak akan mengalami masalah kesehatan seperti sakit kepala atau perut, sulit tidur di malam hari, hingga masalah perilaku.
5. Merasa Harga Dirinya Rendah
Anak yang kerap melihat orang tuanya bertengkar akan merasa malu, bersalah, tidak layak, dan tidak berdaya yang akhirnya berdampak pada masalah kesehatan mentalnya. Bila hal ini terjadi, si kecil bisa merasa kurang percaya diri atau sering tidak yakin dengan apa yang dikerjakannya.
Ilustrasi anak sedih, murung, trauma. Foto: FAMILY STOCK/Shutterstock
6. Sulit Berkonsentrasi
Sering melihat hubungan yang kurang baik secara terus menerus membuat beban pikiran pada anak. Imbasnya si kecil akan terus memikirkannya dan kehilangan konsentrasi saat belajar.
ADVERTISEMENT
Perlu diingat bahwa pertengkaran dan perbedaan pendapat dalam hubungan rumah tangga adalah sesuatu yang normal terjadi. Tidak sedikit juga pasangan yang berusaha menghindarinya.
Jadi, pertengkaran sesekali pun tidak jadi masalah. Justru, anak pun bisa belajar dari kejadian yang dialami oleh orang tuanya. Meski pada umumnya dapat menyebabkan peningkatan kecemasan, depresi, hingga fobia sosial pada si kecil, namun penelitian tahun 2017 menunjukkan ada hal yang bisa dipelajari oleh anak.
Ya Moms, penelitian itu menyebut anak usia sekolah menengah yang melihat orang tuanya dapat menyelesaikan konflik dengan baik, maka bisa memiliki keterampilan penyelesaian masalah yang baik pula. Penelitian yang sama juga menunjukkan bahwa orang tua yang tetap menghadirkan empati dan kehangatan satu sama lain selama perselisihan, maka akan menciptakan rasa aman pada anak-anaknya. Sehingga, anak akan tahu bahwa keluarga mereka baik-baik saja dalam jangka waktu yang panjang.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, Radniecki mengingatkan agar orang tua bisa menjadi teladan yang baik dalam berdebat dengan sehat, dan menyelesaikan masalah dengan tepat. Saat pertengkaran mulai terlalu panas, istirahatlah sejenak dan ambil waktu untuk sama-sama menenangkan diri.
"Saya mendorong para orang tua untuk setidaknya mempertimbangkan penyelesaian konflik yang sehat di depan anak-anak untuk dijadikan contoh. Dan tidak apa-apa untuk mengakui kepada anak bahwa Anda sedang kehilangan ketenangan," tutup Radniecki.