Orang Tua Suka Berteriak? Ini Dampaknya untuk Psikologis Anak

10 September 2023 14:20 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Orang tua berteriak pada anak.
 Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Orang tua berteriak pada anak. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Berteriak atau membentak sering menjadi respons orang tua terhadap perilaku anak. Orang tua mungkin akan berteriak saat mereka lelah, kewalahan, atau memang merasa marah pada anaknya. Tapi apapun alasannya, berteriak bukanlah respons yang tepat untuk mendisiplinkan si kecil ya, Moms.
ADVERTISEMENT
Anak-anak mungkin akan segera berhenti dari perbuatannya saat Anda berteriak, tapi itu hanya akan berlaku sementara. Di lain waktu bisa jadi si kecil akan mengulangi perilakunya yang justru membuat Anda semakin marah. Inilah alasannya berteriak dapat memberikan dampak buruk pada psikologis anak dalam jangka panjang.

Dampak Teriakan Orang Tua untuk Psikologis Anak

Ilustrasi anak balita berteriak. Foto: Shutter Stock
Anak berperilaku buruk
Berteriak mungkin bisa mendisiplinkan anak pada situasi tertentu, namun kebiasaan ini bisa menimbulkan masalah lebih banyak di masa depan. Anak-anak pada umumnya akan mencari cara baru untuk mengeksplorasi dunianya. Jadi, berteriak sekali untuk menghentikannya justru akan memotivasi mereka untuk melakukan perilaku yang sama di lain waktu.
Selain itu, si kecil mungkin akan menjadi pendengar yang baik, namun pada usia tertentu saat sudah bisa berkomunikasi dengan baik ada kalanya ia akan melawan atau menjawab perkataan Anda. Ini adalah bentuk agresi anak saat berusaha mempertahankan tindakannya, sehingga menimbulkan perilaku yang lebih buruk.
ADVERTISEMENT
Perubahan pada otak
Jurnal yang terbit di National Library of Medicine menyebutkan, berteriak adalah akumulasi dari emosi negatif yang memengaruhi zat kimia di otak. Secara umum, otak manusia lebih banyak memproses dan melekat pada pikiran negatif daripada positif. Oleh karenanya, sering berteriak dapat menyebabkan perubahan signifikan pada perkembangan otak anak Anda, Moms.
Ilustrasi anak sedih, murung, trauma. Foto: FAMILY STOCK/Shutterstock
Menyebabkan depresi
Penelitian lain menunjukkan, anak-anak yang sering dimarahi dengan teriakan mengembangkan rasa rendah diri dan kurang percaya diri. Mereka percaya dirinya tidak mampu melakukan berbagai aktivitas dan mengembangkan citra diri yang buruk.
Akibatnya, si kecil cenderung memiliki harga diri yang rendah dan berisiko mengalami depresi hingga dewasa. Penting bagi orang tua untuk tahu bahwa berteriak pada anak akan menimbulkan perasaan tidak aman, penarikan diri, hingga perasaan terisolasi terus-menerus.
ADVERTISEMENT

Yang Sebaiknya Dilakukan Setelah Berteriak

Teriakan yang keluar dari mulut orang tua terkadang bukanlah hal yang disengaja dan disesali pada akhirnya. Oleh karenanya, sangat penting bagi orang tua untuk mempunyai keterampilan regulasi diri yang baik. Jika sudah kelepasan, cobalah untuk melakukan beberapa hal ini sebagai cara memperbaiki keadaan.
Ilustrasi ibu memeluk anak yang sedih dan kecewa. Foto: Shutter Stock
Menenangkan diri
Tenangkan diri sejenak dengan menjauh sementara dari sumber konflik yaitu anak-anak. Tutup mata dan tarik napas dalam-dalam agar otak menjadi rileks. Berikan waktu bagi Anda sendiri dan si kecil untuk merilis emosinya, baru kemudian berbicara lagi.
Minta maaf
Entah berteriak karena perilaku anak atau justru perbuatan Anda sendiri, penting bagi orang tua untuk memahami bahwa membentak itu tindakan yang tidak tepat sehingga Anda perlu minta maaf pada si kecil. Bicaralah dengan tenang dan beri tahu si kecil tentang perasaan Anda, tanyakan juga perasaan anak, kemudian sampaikan permintaan maaf secara positif.
ADVERTISEMENT