Pahami 8 Alasan Anak Suka Melakukan Gerakan Tutup Mulut (GTM) saat Makan

1 Maret 2020 9:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak menolak makan. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak menolak makan. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketika anak sudah mulai mogok makan atau melakukan gerakan tutup mulut (GTM), hal itu tentu menimbulkan kekhawatiran bagi orang tua. Bahkan tak jarang mungkin Anda harus melalui drama yang cukup panjang, sampai si kecil mau menyantap makanannya.
ADVERTISEMENT
"Awalnya mungkin ibu akan merasa panik ketika mendapati anaknya melakukan GTM. Sehingga beberapa ibu yang tidak memahami hal itu, akhirnya hanya memberikan susu saja, memberikan vitamin penambah nafsu makan, mengajak berkeliling agar mau makan, atau melakukan intimidasi supaya anaknya mau makan. Padahal ibu harus mengetahui penyebabnya," kata Dokter Spesialis Gizi Klinik, dr. Ida Gunawan, M.S, Sp.GK(K) dalam acara Kelas Pintar #6 Blibli yang bertajuk 'Gerakan Tutup Mulut Anak: Gemas Tapi Menantang', di Restoran Bunga Rampai, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (29/2).
Lantas, mengapa anak suka melakukan Gerakan Tutup Mulut? Menurut dr. Ida, ada beberapa penyebab anak menjadi mogok makan, Moms. Apa saja?
Gerakan Tutup Mulut (GTM) anak. Foto: Shutterstock

1. Bosan

Umumnya anak-anak sangat mudah bosan dengan hal yang itu-itu saja, tak terkecuali makanan. Oleh sebab, itu Anda sebaiknya pintar-pintar dalam mencari dan sering mengubah menu, tekstur, rasa, dan kreatif saat menghias makanan si kecil.
ADVERTISEMENT
"Saya sering mendengar, banyak ibu yang memberikan nasi sayur bening saja, tanpa protein dan lain-lain, tentu saja anak akan bosan. Anak itu akan terbuka dan mulai mau makan kalau dihias dengan cantik. Jadi gunakanlah waktu makan untuk mengajari anak tentang makanan," kata dokter yang berpraktek di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta ini.
Meski begitu, ia juga menegaskan bila belum waktunya coba makanan bertekstur kasar, maka jangan dulu kasih makan seperti itu. Nanti yang ada malah trauma, Moms.

2. Anak sedang Sakit

Kadang-kadang mungkin Anda langsung memaksa anak makan ketika ia sudah menutup mulutnya. Tapi cobalah untuk memeriksakan keadaannya. Siapa tahu dia sedang tidak enak badan sehingga untuk makan saja dia sudah tidak berselera.
Ilustrasi anak sakit. Foto: Shutterstock

3. Tumbuh Gigi

Ketika anak balita tumbuh gigi, ini adalah fase yang menyakitkan baginya, jadi ia pun bisa kesulitan untuk memakan makanannya. dr. Ida menyarankan bila anak sudah memasuki umur 6 bulan, cobalah periksa gusinya menggunakan tangan Anda.
ADVERTISEMENT
"Cucilah tangan terlebih dahulu, dan pastikan bersih. Kemudian masukkan jari kelingking ke dalam mulutnya untuk memeriksa apakah gusinya bengkak atau tidak. Bila terasa tebal, kemungkinan anak sedang tumbuh gigi," kata dia.

4. Tidak Lapar

Anak tidak mau makan bukan berarti dia tidak mau makan, tapi memang dia tidak lapar, Moms. Oleh sebab itu, cobalah untuk tidak membandingkan anak kita dengan orang lain. Sebab anak harus belajar kapan dia merasa lapar, kapan dia merasa tidak lapar. Demikian, Anda pun mengetahui kapan harus memberikan makan pada si kecil.
Ilustrasi anak menolak makanan Foto: Shutterstock

5. Trauma

Anak yang melakukan gerakan tutup mulut kemungkinan karena ia merasa trauma dengan makanan atau proses makanan yang dialaminya. Misalnya beberapa ibu sering lupa untuk memastikan makanan yang diberikan tidak panas. Sehingga mungkin Anda pernah memberikan makanan itu padanya sampai ia merasa takut untuk melanjutkan makan dan trauma makan makanan tersebut.
ADVERTISEMENT

6. Perilaku Makan Tidak Tepat

Sering kali ibu juga tidak melakukan perilaku makan yang benar seperti tidak tepat waktu, jumlah, dan jenis makanannya tidak sesuai dengan usia anak.
"Kalau berat badannya cuma 10 kilogram harus sesuaikan dengan makanannya, jangan disamakan dengan orang tuanya, kalau terlalu banyak nanti akibatnya tidak mau makan. Kemudian jenis makanan harus dipilih. Ada karbohidrat, protein sayuran lemaknya. Harus seimbang," kata dr. Ida.
Dokter Ida Gunawan, MS, SpGK(K) bersama dan Ryana Dea di Kelas Pintar #6 Blibli yang bertajuk 'Gerakan Tutup Mulut Anak: Gemas Tapi Menantang', Sabtu (29/2). Foto: Dian Rosalina/kumparan

7. Penyajian Kurang Menarik

Beberapa ibu mungkin tidak terlalu memikirkan makanan anak harus menarik, yang penting anak makan saja. Padahal itu adalah salah satu faktor penentu apakah anak bisa makan lahap atau tidak. Selain itu, kebersihannya pun perlu diperhatikan, jika tidak si kecil akan mengalami gangguan pencernaan yang berujung ia lebih kesulitan makan.
ADVERTISEMENT

8. Pemberian Tidak Sesuai Usia

Pemberian juga tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak, juga menjadi faktor penyebab anak mogok makan. Dokter yang juga dosen di Universitas Indonesia ini kembali mengatakan untuk jangan membandingkan dengan anak lain, sebab setiap anak memiliki keunikannya masing-masing.
"Yang penting tumbuh kembang anak sudah baik. Saran saya untuk anak usia di atas 1 tahun harus lebih banyak makanan padat daripada cair. Paling tidak mulai dulu 3 kali makan padat dan 2 kali makanan cair. Kalau sudah terbiasa, baru boleh diperlakukan seperti makanan orang dewasa, yakni makanan padat 3 kali sehari," tutupnya.