Pahami Gangguan Perkembangan pada Mata Bayi

12 April 2018 12:26 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi penglihatan bayi. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penglihatan bayi. (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Retinopathy of prematurity. Anda mungkin tidak akrab atau bahkan belum pernah mendengar istilah ini. Tapi bila saat ini Anda tengah mengandung, punya bayi atau merencanakan kehamilan, tidak ada salahnya Anda memahaminya.
ADVERTISEMENT
Retinopathy of prematurity (ROP), adalah kelainan pada mata yang disebabkan adanya gangguan perkembangan retina pada bayi prematur.
Memang, tidak semua bayi prematur lahir dengan kondisi ini. Faktor risiko terjadinya ROP adalah bila bayi lahir dengan berat badan kurang dari 1500 gram atau bayi lahir pada usia kehamilan kurang dari 32 minggu. Bila berat lahir bayi kurang dari 1000 gram dan lahir pada umur kehamilan di bawah 28 minggu, risiko ROP pun menjadi sangat tinggi.
Faktor risiko ini, juga berpengaruh pada sejauh apa stadium ROP yang dialami bayi.
Lantas apa yang menyebabkan terjadinya retinopathy of prematurity? Agar benar-benar paham, Anda perlu mengerti dulu bagaimana tahapan perkembangan bola mata bayi sejak dalam kandungan, Moms.
Ilustrasi janin dalam kandungan. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi janin dalam kandungan. (Foto: Thinkstock)
Mata mulai terbentuk pada saat janin memasuki usia minggu ke-4 masa kehamilan. Setelah itu secara berangsur-angsur seiiring dengan meningkatnya usia kehamilan, mata si kecil terus berkembang.
ADVERTISEMENT
Perkembangan ini termasuk terbentuknya selaput syaraf dan pembuluh darah-pembuluh darah yang melapisi dinding dalam bola mata atau retina. Namun sampai usia kandungan 16 minggu, pembuluh darah pada retina bayi belum terbentuk. Perkembangan yang aktif pada mata, terjadi khususnya selama 12 minggu terakhir masa kehamilan atau antara minggu ke-28 sampai minggu ke-40.
Sementara retina sendiri mengalami perkembangan yang cepat pada umur kehamilan 26 minggu sampai saat akhir masa kehamilan (umur kehamilan cukup bulan) dan terus berkembang secara bertahap sampai umur 2 tahun. Tahapan perkembangan inilah yang menjadi sangat penting dan menentukan. Itu sebabnya, bayi prematur berisiko mengalami ROP.
Ilustrasi penglihatan bayi. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penglihatan bayi. (Foto: Pixabay)
Tapi jangan salah, ROP tidak diketahui langsung saat bayi lahir lho, Moms. Bila terjadi ROP, biasanya akan muncul pada usia antara 35 minggu sampai 45 minggu masa kehamilan. Nah, bila bayi lahir pada umur 30 minggu misalnya, maka ROP baru akan muncul pada saat bayi berumur 5 sampai 15 minggu setelah dilahirkan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ROP umumnya terjadi pada kedua mata walaupun tidak berkembang pada stadium yang sama. Bisa saja, satu mata kondisinya lebih baik dari mata lainnya.
Bila ROP yang dialami bayi saat lahir masih dalam stadium awal, kondisi ini dapat membaik tanpa perlu pengobatan. Tapi bila bayi lahir dengan kondisi ROP stadium lanjut, maka si kecil butuh penanganan secepatnya. Bila tidak ditangani segera, ROP bisa berkembang memburuk dan mengakibatkan kebutaan.
Pentingnya tes mata pada bayi.  (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Pentingnya tes mata pada bayi. (Foto: Thinkstock)
Karena risiko inilah Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) bersama denga Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) membuat suatu kesepakatan mengenai skrining dan tata laksana ROP di Indonesia. Semua bayi prematur dengan berat lahir kurang dari 1500 gram atau lahir pada usia kehamilan kurang dari 34 minggu, wajib dilakukan skrining ROP.
ADVERTISEMENT
Skrining ini harus dilakukan segera pada saat bayi berusia 2 minggu atau sampai selambat-lambatnya 4 minggu. Pemeriksaan selanjutnya akan diulang sampai bayi prematur mencapai usia 40-42 minggu, atau sesuai dengan saran dokter mata. Dengan skrining ROP sejak dini, diharapkan penanganan dan stimulasi visual untuk memperbaiki fungsi penglihatan anak dapat optimal.