Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Panduan Isolasi Mandiri dari IDAI untuk Anak yang Positif COVID-19
16 Juli 2021 10:07 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Jumlah kasus pasien positif COVID-19 melonjak dalam beberapa waktu terakhir. Ya Moms, virus corona varian baru memang lebih menular. Tak hanya pada orang dewasa, anak pun juga mengalami peningkatan kasus.
ADVERTISEMENT
“Kasus COVID-19 varian delta itu sangat mudah menular, sehingga anak-anak juga bisa menjadi sumber penularan atau spreader. Anak bisa menjadi sumber transisi dari banyaknya cluster keluarga,” kata Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. dr. Nastiti Kaswandani, Sp.A(K), pada acara Webinar Kesehatan Mental Keluarga di Masa Pandemi yang diadakan oleh Dinas PPAPP Provinsi DKI Jakarta, Kamis (15/7).
Hal ini tentu membuat orang tua merasa khawatir akan kesehatan anak-anaknya. Terlebih, jika anaknya dinyatakan positif COVID-19 dan harus melakukan isolasi mandiri. Meski begitu, dr. Nastiti mengatakan bahwa sebagian besar kasus COVID-19 pada anak terjadi tanpa gejala atau gejala ringan sehingga dapat melakukan isolasi mandiri di rumah.
Tapi, beberapa orang tua mungkin masih bingung apa saja yang harus dilakukan dan dipersiapkan saat anak harus melakukan isolasi mandiri. Nah Moms, sebagai acuan, IDAI memberikan panduan isolasi mandiri pada anak yang perlu orang tua pahami.
ADVERTISEMENT
Panduan Isolasi Mandiri Bagi Anak yang Positif COVID-19 dari IDAI
1. Syarat isolasi mandiri
-Tidak bergejala atau asimptomatik.
-Gejala ringan (seperti batuk, pilek, demam, diare, muntah).
-Anak tetap aktif, bisa makan dan minum.
-Saturasi oksigen dalam keadaan istirahat >95 persen.
-Tidak ada desaturasi saat beraktivitas.
-Tidak ada sesak.
-Lingkungan rumah atau kamar memiliki ventilasi yang baik.
2. Tanda waspada yang perlu orang tua ketahui
-Anak banyak tidur, kesadaran menurun.
-Terlihat sesak seperti, napas cepat atau tersengal.
-Saturasi oksigen <95 persen.
-Kejang.
-Mata merah, ruam, leher bengkak.
-Demam >7 hari.
-Tidak bisa makan dan minum.
-Mata cekung.
-Buang air kecil berkurang.
3. Alat yang perlu disiapkan
-Termometer, untuk mengukur suhu tubuh.
ADVERTISEMENT
-Oksimeter, untuk mengukur saturasi oksigen dan frekuensi nadi.
4. Obat-obatan yang perlu disiapkan
-Multivimanin C, D dan Zinc.
-Dosis vitamin V:
-1-3 tahun: maksimal 400 mg/hari.
-4-8 tahun: maksimal 600 mg/hari.
-9-13 tahun: maksimal 1200 mg/hari.
-14-18 tahun: maksimal 1800 mg/hari.
-Dosis vitamin D:
-<3 tahun: 400 U/hari.
-Anak-anak: 1000 U/hari.
-Remaja: 2000 U/hari.
-Remaja obesitas: 5000 U/hari.
-Dosis zinc:
-20 mg/hari selama 14 hari.
5. Protokol isolasi mandiri anak
-Anak tetap tinggal di rumah dan tidak berinteraksi dengan tetangga.
-Anak diharuskan menggunakan masker selama isolasi.
-Menjaga jarak lebih dari 1 meter dengan anggota keluarga.
-Anak menggunakan kamar terpisah dengan anggota keluarga.
-Rutin mencuci tangan dengan sabun dan air.
-Menerapkan etika batuk.
ADVERTISEMENT
-Orang tua memantau gejala anak.
-Orang tua mengukur suhu tubuh anak setiap pagi dan sore.
-Orang tua memeriksa saturasi oksigen dan frekuensi nadi anak.
-Memantau laju napas anak.
-Memberikan makanan yang bergizi pada anak.
-Minta anak untuk berjemur setiap pagi di bawah sinar matahari.
Tak hanya itu, IDAI juga menekankan bahwa orang tua tetap dapat merawat anak yang positif COVID-19. Meski begitu, pastikan orang tua yang mengurus berisiko rendah terhadap gejala COVID-19, misalnya tidak mempunyai komorbid. Jangan lupa untuk selalu memberikan dukungan secara psikologis untuk anak agar segera sehat kembali ya, Moms.
Penulis: Hutri Dirga Harmonis