Penelitian: Deteksi Autisme pada Anak Bisa Dilakukan dengan Tes Darah

3 Januari 2020 17:20 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tes darah.  Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tes darah. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Orang tua yang memiliki anak pertama dengan autisme, umumnya punya rasa khawatir saat ingin memiliki anak kedua. Rata-rata dari mereka cemas, apakah kelak anak keduanya akan lahir dengan autisme lagi atau tidak.
ADVERTISEMENT
Ya, anak dengan autisme memang membutuhkan perhatian khusus dari orang tua. Ada terapi yang biasanya perlu dijalani anak, agar ia bisa berkomunikasi dengan percaya diri. Gejala dari autisme sendiri di antaranya adalah gangguan bicara, perilaku kompulsif, hiperaktif, kegelisahan, dan kesulitan untuk beradaptasi terhadap lingkungan baru.
Penelitian terbaru mengabarkan bahwa autisme kini bisa dideteksi lewat tes darah. Seperti apa, ya?
Ilustrasi tes darah. Foto: Shutterstock
Mengutip Todays Parent, sebuah penelitian menunjukkan bahwa bayi yang punya kakak dengan autisme melonjak dari 1,5 persen menjadi sekitar 7 persen hingga 20 persen. Untuk itu, para peneliti di Kanada mencoba menggunakan tes darah untuk membantu memprediksi apakah anak selanjutnya akan mengalami hal serupa atau tidak.
"Kami mendengar keluhan dari orang tua setiap saat betapa sulitnya mendiagnosis (anak selanjutnya memiliki autisme atau tidak) karena terkadang tanda awal autisme bisa tidak terlihat," ucap Lonnie Zwaigenbaum, seorang profesor pediatri di University of Alberta, Edmonton, Kanada.
ADVERTISEMENT
Penelitian yang dilakukan oleh Zwaigenbaum dan Stephen Scherer, selaku Direktur Pusat Genomik Terapan di the Hospital for Sick Children (SickKids), Toronto, Kanada, menunjukkan bahwa, dari 288 anak-anak terdapat 4,5 persen atau 13 bayi yang membawa variasi genetika. Enam dari mereka terdiagnosis memiliki autisme di usia 3 tahun.
Ilustrasi ambil sample darah. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Meski begitu, tes darah hanyalah deteksi awal saja. Selanjutnya, orang tua tetap perlu memeriksakan kondisi anaknya ke dokter spesalis untuk melakukan screening dan pemeriksaan lanjutan untuk mendapat diagnosis serta penanganan yang lebih pasti.
Senada dengan hasil penelitian Zwaigenbaum, hasil riset para peneliti University of Warwick juga menunjukkan bahwa cara terbaik untuk mendeteksi autisme pada anak memang dengan memeriksa protein dalam darahnya. Mereka menemukan ada hubungan antara autisme dengan kerusakan protein dalam plasma darah. Pada anak dengan autisme, darah mereka mengandung dityrosine (DT) yang menandakan oksidasi dan juga sebuah zat modifikasi gula yang disebut advanced glycation end-products (AGEs).
ADVERTISEMENT