Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Anda mungkin sudah sering mendengar tentang dampak negatif jika anak terlalu sering bermain gadget. Mulai dari kurangnya interaksi sosial, minimnya aktivitas fisik, hingga pendeknya rentang fokus. Namun bukan berarti penggunaan gadget pada anak tak punya manfaat sama sekali, Moms.
ADVERTISEMENT
Interaksi antara gadget, anak, dan orang tua ini dibahas dalam talkshow kumparanMOM Meet Up, pada Minggu (14/04) di Hotel Aston Priority Simatupang, Jakarta Selatan. Selain mengundang perwakilan dari beberapa TK di Jakarta, perwakilan komunitas ibu dan pengasuhan, parenting influencer juga blogger, acara itu juga menghadirkan psikolog anak dan keluarga Klinik Terpadu Universitas Indonesia, Anna Surti Ariani S.Psi., M.Si., dan parenting influencer Ellyse Sinsilia.
Dalam talkshow tersebut, psikolog yang akrab disapa Nina itu menjelaskan bahwa para ahli menemukan data baru kalau gadget tak selalu berdampak buruk untuk anak.
“Kalau 5 atau 10 tahun yang lalu, semua ahli masih bilang anak kalau bisa steril dari gadget. Kenapa? karena dunia itu masih relatif baru dan belum punya pengalaman tentang efek dari paparan gadget untuk anak. Tapi dengan berjalannya waktu kita jadi banyak data, mereka menggali lagi, dan ditemukan banyak data baru yang berbeda dibandingkan 5-10 tahun lalu. Sekarang para ahli justru bilang enggak mungkin anak disterilkan sama sekali dari gadget,”’ jelas Nina saat menjadi pembicara di kumparanMOM Meet Up: Gadget dan Anak, Bisa Kok Jadi Positif.
Untuk balita yang sedang belajar mengenal warna dan angka misalnya, gadget dapat membantu mengasah pemahaman kognitif lewat konten video. Jika yang ditonton berisi dialog, konten itu juga bisa membantu perkembangan interaksi anak.
ADVERTISEMENT
“Anak akan mencermati isi obrolan di dalam tayangan tersebut seperti apa. Bila ternyata cocok, itu akan menambah pemahamannya. Tapi kadang-kadang dalam tontonan juga ada kata-kata kasar. Itu juga bisa jadi referensi untuk anak. Oleh karena itu orang tua juga harus menyeleksi,” tambah Nina.
Menariknya, memakai gadget juga dapat membantu perkembangan emosi si kecil. Kok bisa, ya?
“Contohnya, sering kali terkait game. Kalau anak main game dia jadi senang. Tapi kalau kalah kalah pasti dia sebal. Nah bagaimana caranya anak bisa memproses atau mengatur dirinya supaya enggak sakit hati banget saat kalah, enggak sampai banting-banting gadget-nya,” jelasnya.
Gadget juga dapat membantu anak menemukan dan menggali bakat. Misalnya dari sekian konten video yang ia tonton, anak tampak lebih tertarik pada video musik. Ia dapat mencari tahu alat musik apa yang ingin ia coba dan mendapatkan berbagai referensi. Alhasil, si kecil jadi lebih produktif.
ADVERTISEMENT
Hal ini juga berlaku untuk Anda Moms. Anda bisa lebih produktif dengan mendapatkan referensi dari gadget.
“Salah satu contoh gadget bikin produktif adalah dengan mempraktikkan apa yang kita tonton. Misalnya melihat video resep bento lalu dipraktikka. Cobalah bereksperimen. Misalnya mencoba pakai bahan lain yg tidak ada dalam video,” tambah Nina.
Bahkan untuk anak berkebutuhan khusus, gadget juga bisa menjadi fasilitas yang memudahkan hidup. Misalnya untuk anak dengan kursi roda, dapat mencari jalur ramah disabilitas lewat gadget.
“Kita enggak bisa bisa mengharamkan gadget bahkan untuk anak berkebutuhan khusus. Ada beberapa aplikasi khusus yang bisa membantu mereka dan membantu mereka agar lebih produktif,” jelasnya.
Meski mengenalkan gadget ke anak punya banyak manfaat, penggunaannya juga tetap harus dibatasi sesuai dengan usianya dan tentunya harus di bawah pengawasan orang tua.
ADVERTISEMENT