Penyakit Berbahaya pada Anak Bisa Dicegah Tanpa Imunisasi? Ini Kata Satgas IDAI

22 Mei 2024 13:42 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penyakit Berbahaya Bisa Dicegah Tanpa Imunisasi? Ini Kata Satgas IDAI. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Penyakit Berbahaya Bisa Dicegah Tanpa Imunisasi? Ini Kata Satgas IDAI. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Imunisasi sudah dilakukan dalam waktu yang sangat lama untuk mencegah dan melindungi anak-anak dari berbagai penyakit berbahaya. Penelitian dari banyak negara juga sudah membuktikan imunisasi dasar rutin mampu menghindari anak terinfeksi penyakit menular. Atau bila sudah diimunisasi, anak pun masih bisa sakit namun hanya sekitar 5-10 persen. Dan bila sakit pun umumnya bergejala ringan.
ADVERTISEMENT
Namun, masih ada beberapa orang tua yang menganggap imunisasi bukanlah satu-satunya pencegahan penyakit pada anak. Beberapa masih percaya hanya dengan memberikan ASI, herbal, dan bahkan pola hidup yang sehat saja sudah cukup untuk menciptakan kekebalan tubuh.
Benarkah? Ternyata, anggapan tersebut tidak tepat ya, Moms. Sebab, hanya dengan pemberian ASI dan pola hidup yang baik saja tidak cukup terbukti bisa menurunkan risiko anak terkena berbagai macam penyakit.
"Pencegahan dengan kebersihan, ASI, gizi, olahraga, itu tidak bisa disediakan pemerintah. Tapi juga tidak menghasilkan kekebalan spesifik, tidak efektif mematikan bakteri dan virus. Dan pencegahan dengan kebersihan dan lain-lain itu harus mandiri, jadi enggak efektif," tutur Anggota Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, Sp.A(K), Msi, dalam webinar yang diselenggarakan IDAI, Selasa (21/5).
ADVERTISEMENT
Menurut dokter yang akrab disapa Prof. Miko itu, imunisasi sudah lebih terbukti bisa menghasilkan kekebalan spesifik, yang bisa melindungi anak-anak dari bahaya penyakit. Proses pemberian vaksin sangat cepat dan bisa didapatkan dengan gratis di puskesmas.
"Setelah dua minggu langsung timbul kekebalan spesifik. Dan karena namanya kekebalan spesifik, maka dapat mematikan bakteri dan virus tertentu," ungkap dia.

Masalah Terhambatnya Imunisasi pada Anak-anak

Persoalan masih banyaknya bayi dan balita yang belum diimunisasi lengkap disebabkan oleh beragam faktor, Moms. Penyebabnya sendiri sudah diteliti oleh banyak pihak.
Misalnya, berdasarkan hasil survei Working Group WHO (2015) menemukan permasalahan rendahnya pemahaman bahaya penyakit menjadi penyebab orang tua maupun kakek-nenek tidak mengizinkan anak-cucu mereka diimunisasi. Lalu, vaksin dianggap bukan kebutuhan. Selain itu, faktor lain seperti rendahnya kepercayaan mereka terhadap keamanan dan efektivitas vaksin, serta hambatan lain dalam ketersediaan vaksin.
Ilustrasi imunisasi untuk anak. Foto: Shutter Stock
Kemudian, Survei Kesehatan Indonesia oleh Kemenkes (2023) menjelaskan, alasan anak-anak tidak mendapat imunisasi karena pihak keluarga yang tidak mengizinkan (31-50 persen), khawatir efek samping (31-47 persen), menganggap imunisasi tidak penting (14-25 persen), dan isu agama (6,5-13 persen).
ADVERTISEMENT
Padahal, dengan melengkapi imunisasi, Prof Miko menyebut anak-anak akan terhindar dari sakit berat, cacat, bahkan risiko meninggal dunia. Dan bila anak belum diimunisasi lalu mengalami sakit berat, kemungkinan besar si kecil sudah tidak dapat diobati. Pun pengobatannya bisa berlangsung lebih lama dan susah.
"Jadi alasan seseorang, ayah, ibu kakek, nenek itu beragam. Tapi, sebab utamanya karena tidak memahami bahaya penyakit. Lebih takut KIPI, imunisasi ganda. Padahal, bahaya penyakitnya lebih besar," kata dia.
Salah satu kondisi yang banyak dikhawatirkan orang tua adalah efek samping setelah imunisasi. Ya, inilah yang membuat mereka memutuskan tidak mau mengimunisasi anak-anak mereka.
"Demam, bengkak, dan nyeri setelah imunisasi itu reaksi normal tubuh. Tidak berbahaya, kasih aja obat demam nanti dalam tiga hari hilang. Penting diketahui dampak penyakit itu lebih berat dan bahaya, bisa timbulkan sakit berat, cacat, dan meninggal," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan anak-anak yang tidak diimunisasi lengkap tapi tidak mengalami sakit berat?
"Itu dia belum tertular, karena anak-anak di sekitarnya imunisasinya lengkap," tutup Prof Miko.