Penyebab dan Risiko Makrosomia pada Ibu Hamil

Hal ini sangat normal karena dialami oleh hampir semua ibu hamil. Namun, ternyata tetap penting bagi Anda untuk mengontrol berat badan selama kehamilan, Moms. Sebab, berat badan yang berlebih justru bisa meningkatkan risiko makrosomia pada janin.
Makrosomia merupakan bayi yang lahir dengan berat badan di atas rata-rata. Berat bayi baru lahir dikatakan normal jika ada pada angka 2,5-4 kilogram. Tapi pada kasus makrosomia, bayi bisa lahir di atas 4 kilogram bahkan bisa mencapai 4,5 kilogram.
Lantas, apa penyebabnya, ya?
Penyebab Makrosomia pada Ibu Hamil

Mengutip Web MD, makrosomia paling sering disebabkan oleh ibu hamil dengan diabetes yang tidak terkontrol seperti pregestasional atau gestasional. Jumlah gula yang lebih tinggi di dalam darah ibu melewati plasenta dan diubah menjadi lemak, yang pada akhirnya menyebabkan ukuran bayi membesar.
Ibu hamil yang obesitas atau mengalami kenaikan badan berlebihan juga lebih mungkin mengalami makrosomia janin. Sementara dikutip dari Mayoclinic, hamil dengan bayi laki-laki juga bisa meningkatkan risiko makrosomia. Sebab, sebagian besar bayi laki-laki lahir dengan berat badan yang lebih tinggi daripada perempuan.
Tak hanya itu, ada beberapa faktor lain yang bisa meningkatkan risiko makrosomia seperti berikut ini:
-Riwayat makrosomia janin
-Kehamilan melewati HPL
-Usia ibu di atas 35 tahun
-Kehamilan kembar
Lantas, apa akibatnya bila ibu hamil mengalami makrosomia?
Risiko Makrosomia pada Ibu Hamil

Moms, makrosomia dapat menyebabkan komplikasi pada ibu dan bayi. Bayi yang memiliki berat badan berlebih dapat mempersulit persalinan, sehingga ibu bisa saja harus melahirkan melalui operasi caesar. Beberapa ibu bahkan bisa mengalami kerobekan rahim, cedera tulang panggul dan vagina, serta pendarahan.
Makrosomia janin meningkatkan risiko otot rahim tidak berkontraksi dengan baik setelah melahirkan (atonia uteri). Hal ini bisa menyebabkan pendarahan yang berpotensi mengancam keselamatan ibu.
Bahkan bayi dengan makrosomia bisa mengalami cedera seperti distosia bahu karena tersangkut di jalan lahir. Karena kondisinya yang terbilang tidak normal, si kecil juga lebih berisiko mengalami masalah kesehatan di masa depan termasuk tekanan darah tinggi, obesitas, diabetes, stroke, hingga penyakit jantung.
Bayi yang didiagnosis makrosomia juga bisa mengalami sindrom metabolik selama masa kanak-kanak. Ini adalah sekelompok kondisi yang terjadi secara bersamaan seperti, kadar gula darah tinggi, kelebihan lemak tubuh, kolesterol abnormal, dan masalah kesehatan lainnya.