
Beberapa ibu mungkin sangat menikmati momen menyusui bayi hingga rasanya tidak ingin mengakhirinya. Meski begitu, sesuai dengan saran Badan Kesehatan Dunia (WHO), Anda bisa menyapih anak saat si kecil berusia 2 tahun, Moms.
Ya, WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan, dan dilanjutkan pemberiannya hingga berusia 2 tahun atau lebih dengan disertai pemberian makanan bergizi.
Tetapi bagi banyak orang tua, proses menyapih mungkin bukan hal yang mudah, sebab akan banyak drama dan air mata saat melakukannya. Ya, ketika anak berhasil berhenti menyusu, mungkin Anda akan merasakan sedih dan juga kehilangan. Beberapa ibu bahkan bisa mengalami depresi usai menyapih anak.
Penjelasan soal Penyebab Ibu Merasa Sedih dan Depresi Usai Menyapih Anak

Saat Anda menyusui, otak akan melepaskan hormon cinta bernama oksitosin. Saat melepaskan hormon ini, perasaan Anda akan merasa sangat baik.
Kemudian, saat menyusui, Anda telah membuat ikatan mendalam bersama dengan si kecil. Apalagi Anda mungkin sangat menikmati momen menyusui dan menikmati menit-menit yang Anda habiskan bersama.
Anda juga jadi terbiasa dan merasa nyaman hingga terikat dengan bayi. Jadi, menyapih atau berhenti menyusui dapat menyebabkan pergolakan besar dalam tubuh Anda, Moms.
Bahkan seperti dikutip Belly Belly, beberapa ibu menyusui bisa saja merasakan depresi usai menyapih. Ini terjadi ketika seorang ibu mengalami gejolak emosional setelah dia berhenti menyusui, dan berjuang untuk melewati hari-harinya tanpa pikiran negatif.
Ada beberapa tanda yang biasanya dirasakan oleh ibu menyusui yang mengalami depresi usai menyapih. Berikut tanda-tandanya:
- Depresi usai menyapih terjadi dalam beberapa hari atau seminggu setelah berhenti menyusui.
- Gejalanya bisa merasakan kesedihan, keputusasaan, lekas marah, tetapi biasanya tidak memerlukan evaluasi klinis.
- Depresi usai menyapih biasanya berlangsung dalam jangka waktu pendek dan berlalu begitu hormon menjadi seimbang.
Penyebab Depresi Usai Menyapih pada Ibu

Depresi usai menyapih disebabkan oleh kombinasi faktor fisiologis, dinamika situasional, dan pemicu emosional. Sehingga, penyebab depresi usai menyapih pada beberapa ibu bisa berbeda-beda. Berikut beberapa penyebabnya seperti dikutip dari Very Well Family:
- Perubahan hormon: Menyusui dapat melepaskan campuran hormon prolaktin dan oksitosin, sehingga membuat Anda merasa damai dan tenang. Ketika menyapih, kadar hormon turun secara signifikan, sehingga membuat beberapa ibu depresi.
- Menstruasi: Jika saat menyusui Anda belum menstruasi, ketika menyapih, Anda pun akan kembali menstruasi. Sehingga gejala PMS Anda mungkin jadi lebih intens dari biasanya, dan membuat Anda mudah tersinggung, marah, dan depresi.
- Perubahan identitas: Usai menyapih, Anda bukan lagi ‘ibu menyusui’, perubahan identitas ini bisa saja membuat Anda sedih. Ditambah, Anda pun sudah tidak melakukan aktivitas seperti menyusui atau memerah ASI, sehingga merasa tidak nyaman dan cemas.
- Timbulnya rasa bersalah: Walaupun Anda sangat menantikan momen menyapih si kecil, merupakan hal normal jika Anda memiliki emosi yang 'campur aduk'. Jadi, Anda mungkin merasa bersalah dan menyesal setelah menyapih bayi. Apalagi jika Anda memang belum siap menyapih si kecil.