Penyebab Tahi Lalat pada Bayi

19 Juli 2021 9:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tahi lalat pada bayi. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tahi lalat pada bayi. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Orang tua perlu selalu memperhatikan kondisi bayi dengan saksama. Terlebih jika menemukan hal yang dianggap berbeda, aneh atau tidak biasa. Termasuk jika bayi punya tahi lalat di tubuhnya.
ADVERTISEMENT
Sebab perlu dipahami, tak semua jenis tahi lalat merupakan hal yang normal. Ya Moms, beberapa jenis tahi lalat justru dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan anak.
Lantas, apa yang menyebabkan bayi punya tahi lalat?

Penyebab Bayi Punya Tahi Lalat

Ilustrasi tahi lalat di belakang telinga bayi. Foto: Shutter Stock
What to Expect melansir, beberapa bayi lahir dengan tahi lalat yang disebut dengan nevi berpigmen bawaan. Tahi lalat jenis ini bisa muncul pada beberapa bagian tubuh bayi. Kondisi ini sebenarnya normal dan tidak perlu dikhawatirkan oleh orang tua.
Tahi lalat pada bayi biasanya berwarna coklat, bintik merah muda, merah atau hitam. Bahkan tahi lalat dapat memiliki rambut dan bertekstur menonjol, bergelombang atau kasar.
Beberapa jenis tahi lalat mungkin perlu diperhatikan jika terjadi perubahan ukuran, bentuk, warna atau penampilan yang bisa menjadi tanda melanoma.
ADVERTISEMENT
Menurut American Academy of Pediatrics, sebagian tahi lalat pada bayi juga diperoleh setelah mereka dilahirkan. Tahi lalat pada bayi biasanya berkembang lantaran paparan sinar matahari yang terlalu sering. Hal ini menyebabkan penumpukan melanosit di bawah kulit, yang akhirnya menyebabkan hiperpigmentasi.
Ilustrasi menjemur bayi. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Ini biasanya terjadi saat orang tua menjemur bayinya terlalu lama atau terlalu siang dan membawanya keluar rumah tanpa proteksi lebih. Untuk mengurangi risiko tersebut, maka AAP merekomendasikan agar orang tua memberikan sedikit tabir surya pada kulit bayinya sebelum keluar rumah.
Tabir surya dengan SPF 30-50 terbilang aman untuk bayi di bawah 6 bulan. Sementara, pada bayi usia di atas 6 bulan sebaiknya dioleskan tabir surya di seluruh area kulit yang mungkin akan terpapar sinar matahari.
ADVERTISEMENT
Penulis: Hutri Dirga Harmonis