Perlu atau Tidaknya Anak Konsumsi Antibiotik, Orang Tua Perlu Kritis!

11 Desember 2024 19:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Anak minum antibiotik. Foto: GOLFX/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Anak minum antibiotik. Foto: GOLFX/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Antibiotik menjadi salah satu pengobatan yang diberikan dokter untuk mempercepat penyembuhan. Tetapi, dalam beberapa tahun terakhir, dunia kesehatan tengah menghadapi masalah resistensi antibiotik yang disebabkan oleh kesalahan penggunaan obat tersebut.
ADVERTISEMENT
Menurut Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi Penyakit Tropik IDAI, Prof. DR. Dr. Edi Hartoyo, SpA(K), yang orang tua perlu pahami terkait penggunaan antibiotik adalah hanya boleh diberikan pada anak yang terindikasi sakit akibat infeksi bakteri.
"Kalau memang terindikasi infeksinya karena bakteri, maka antibiotik wajib diberikan. Tapi, jika terindikasi bukan oleh infeksi, maka antibiotik tidak diperlukan," ucap Prof. Edi dalam media briefing 'Antimicrobial Resistance pada Anak’ yang diselenggarakan IDAI, Selasa (11/12).
"Makin sering penggunaan antibiotik yang tidak terindikasi bakteri, makin besar risiko resistensinya yang akan dibawa ke masyarakat luas. Sehingga, biaya pengobatan lebih mahal, lama sakitnya lebih panjang, risiko sakitnya akan lebih berat," lanjut dia.
Orang tua juga perlu memahami bahwa tidak semua penyakit yang dialami anak memerlukan pengobatan dengan antibiotik.
ADVERTISEMENT
Ya Moms, Prof Edi menuturkan, tidak jarang ia menemui pasien yang langsung meminta diresepkan antibiotik, padahal sebenarnya tidak dibutuhkan. Sebaliknya, ada juga beberapa orang tua yang anaknya butuh antibiotik, tetapi mereka menolaknya.
"Kapan butuh antibiotik itu pertimbangan dokter, orang tua diskusi butuh antibiotik kalau jenisnya apa dan berapa lama, dan gimana pemberiannya," tuturnya.
Misalnya, anak yang mengalami batuk pilek itu bisa disebabkan berbagai macam penyebab. Misalnya, karena terinfeksi virus dan hanya sebagian kecil yang disebabkan bakteri. Ciri-ciri anak pilek karena virus bisa ditandai dengan suhu tubuh hangat dan ingus yang cenderung encer. Kondisi ini tidak membutuhkan antibiotik.
"Ciri-ciri batuk pilek yang penyebabnya bakteri itu ingusnya kental, demam tinggi. Demam pun belum tentu karena infeksi bakteri, misal demam 1-2 hari bukan bakteri sehingga tidak diperlukan antibiotik," ujar Prof. Edi.
ADVERTISEMENT

Bolehkah Orang Tua Menolak Anak Diresepkan Antibiotik?

Ilustrasi Resistensi Antibiotik Foto: nobeastsofierce/Shutterstock
Perlu atau tidaknya pemberian antibiotik tidak hanya berdasarkan resep yang diberikan oleh dokter. Anda pun memiliki hak untuk berkonsultasi kepada dokter sebelum mengonsumsi antibiotik. Sehingga, dokter akan memeriksa apakah penyakit tersebut perlu diobati dengan antibiotik atau tidak, serta jenis, dosis, dan cara mengonsumsi yang tepat.
Namun, Prof. Edi menekankan setiap dokter pasti memiliki pertimbangan khusus mengapa pemberian antibiotik yang dipilih untuk mengobati si kecil. Sebab, selama ini pemberian antibiotik pun dibatasi dan seharusnya tidak bisa didapatkan dengan mudah.
Dan yang terpenting adalah sikap kritis orang tua juga diperlukan, sehingga bisa sama-sama mendapat informasi yang dibutuhkan untuk kesembuhannya.
"Dokter ketika meresepkan pasti ada pertimbangan. Kalau di negara-negara tertentu antibiotik sangat terbatas pemberiannya, tidak boleh sembarangan. Kalau cuma batuk pilek biasa, anak kondisinya masih baik, antibiotik mungkin belum diperlukan. Sehingga, orang tua boleh kritis bertanya kepada dokter," jelas dia.
ADVERTISEMENT
Anda juga perlu memastikan apakah anak memiliki riwayat alergi, termasuk pada obat-obatan jenis tertentu. Karena beberapa anak juga memiliki kerentanan terhadap antibiotik, sehingga bisa menunjukkan gejala alergi, yaitu kulit kemerahan, masalah saluran cerna seperti diare, muntah-muntah, hingga yang paling berat adalah anafilaksis atau alergi berat.
Bila anak memiliki atau muncul gejala alergi tersebut, maka biasanya dokter akan meresepkan antibiotik dengan golongan yang lebih minim alergi. Atau bisa juga pengobatan disetop sementara dan digantikan dengan pengobatan pengganti.
"Itulah mengapa orang tua perlu berdiskusi dengan dokternya, tapi bukan memilih antibiotik sendiri. Karena antibiotik itu restriction (dibatasi) dan dokter tentu punya pertimbangan," tutup dia.