Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Bagi korban, mendapat KDRT dari pasangan bisa jadi pengalaman yang menimbulkan trauma. Ada banyak dampak negatif yang bisa dialami korban KDRT, seperti masalah kesehatan fisik, hingga kesehatan mental seperti gangguan kecemasan dan depresi.
Meski begitu, beberapa pasangan mungkin saja tetap ingin bertahan di dalam pernikahan meski mengalami KDRT. Alasannya beragam, mungkin saja karena masih cinta, faktor anak atau bahkan finansial. Lantas sebenarnya, apakah tetap perlu bertahan dalam pernikahan meski mengalami KDRT?
Perlukah Pertahankan Pernikahan Meski KDRT karena Faktor Anak atau Finansial?
Setelah mengalami KDRT, sejumlah perempuan mungkin memutuskan untuk masih bertahan atau memilih rekonsiliasi karena berbagai alasan. Dilansir laman Marriage, alasan yang cukup banyak dijadikan alasan adalah ingin anak-anaknya dibesarkan di rumah bersama kedua orang tuanya. Bisa juga ingin memberikan masa depan yang lebih baik atau mencegah trauma perceraian di masa depannya.
ADVERTISEMENT
Alasan lainnya bertahan dari KDRT karena korban tidak memiliki tempat tinggal lain, bergantung pada suami untuk mendapatkan dukungan keuangan, atau percaya bahwa pelecehan atau kekerasan itu normal atau dibenarkan karena kekurangannya. Di sisi lain, korban juga meyakini bahwa pelaku masih mencintainya dan berharap ke depan akan berubah demi hubungan pernikahan dan anak-anak.
Dikutip dari laman National Coalition Against Domestic Violence (NCADV), 1 dari 15 anak ikut menjadi korban KDRT setiap tahunnya, dan 90 persen anak-anak ini menjadi saksi mata atas kekerasan yang dilakukan orang tuanya. "Tidak peduli seberapa sulit, penting untuk meninggalkan pernikahan yang kasar," tulis laporan NCADV.
Mungkin memang ada situasi beberapa pria yang pernah melakukan KDRT mengaku khilaf dan berjanji tidak mengulangi perbuatannya lagi, serta tidak lagi melakukan kekerasan. Di sisi lain, mungkin juga ada situasi ketika pelaku tidak dapat atau tidak akan berubah, Moms. Bila melihat suami tidak menunjukkan tanda-tanda perubahan, tetap tinggal bersama bukanlah pilihan terbaik.
ADVERTISEMENT
Apalagi, banyak ahli telah memperingatkan bahwa pelaku KDRT jarang berubah. Ingat, pada suami yang selingkuh, siklus KDRT dapat berulang. Tidak sedikit suami yang ketahuan dan menyesal kemudian kembali berselingkuh. Atau suami yang tidak peka terhadap rasa sakit yang ia timbulkan pada istri, membuatnya gagal mempertahankan komitmennya dalam pernikahan dan kembali selingkuh.
Jadi, Putuskan Bertahan atau Tinggalkan Usai Alami KDRT?
Meyakini dapat mempertahankan rumah tangga tidak semudah yang dibayangkan. Tak hanya membutuhkan waktu dan usaha yang signifikan, tetapi proses rekonsiliasinya pun bisa menyakitkan bagi pelaku dan korban. Sehingga, jarang kondisi pasca-KDRT bisa menjadi lebih baik dalam waktu semalam.
Bila masih bertanya-tanya apakah hubungan dapat terselamatkan, cobalah untuk berpisah sementara waktu sebelum membuat keputusan apakah ingin bertahan atau tidak setelah mengalami KDRT. Cara ini bisa memberi jarak antara Anda dan suami, sehingga pembuatan keputusan bisa cenderung lebih aman dan tidak diintervensi olehnya.
ADVERTISEMENT
Jika pada akhirnya Anda memilih untuk berdamai, satu hal yang perlu dipastikan adalah memastikan komitmen tanpa toleransi untuk kekerasan di masa depan. Tegaskan pada diri, bila pasangan kembali melakukan KDRT, jangan ambil jalan damai lagi. Karena tetap dalam situasi kekerasan tidak hanya merusak kesehatan mental, tetapi juga dapat menempatkan anak-anak pada risiko trauma, pelecehan, dan bahkan ancaman keselamatan fisik.
Jadi, perlu diingat meskipun mungkin ada kondisi suami dapat berubah setelah mendapat hukuman atau bantuan, perubahan baik tersebut tidak lantas menjamin hubungan rumah tangga bisa bertahan lama. Namun, saat suami tidak bisa lagi menghentikan kebiasaan kekerasannya, Anda yang harus tegas untuk mengakhiri hubungan demi keselamatan dan kesejahteraan.
Bila khawatir dengan kondisi keuangan karena sebelumnya bergantung pada suami, kini saatnya untuk mandiri secara finansial, Moms. Anda perlu berbenah diri dan siapkan waktu untuk mencari pekerjaan, mengikuti berbagai pelatihan untuk meningkatkan kemampuan, dan memanfaatkan relasi bagi yang memiliki lowongan pekerjaan. Yakinkan diri bahwa Anda dan anak-anak bisa mendapatkan yang lebih baik.
ADVERTISEMENT