Pubertas Dini pada Anak, Mengapa Bisa Berdampak Negatif?

28 November 2024 13:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Anak Praremaja Sedang Pubertas. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Anak Praremaja Sedang Pubertas. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Anak-anak yang memasuki usia praremaja akan mengalami serangkaian perubahan pada tubuh mereka. Salah satunya adalah pubertas atau perubahan secara fisik maupun emosional, dan anak akan mampu bereproduksi secara seksuak.
ADVERTISEMENT
Masa pubertas pada anak tergantung pada jenis kelaminnya. Anak perempuan umumnya akan mulai mengalami pubertas di usia 10-13 tahun. Sementara anak laki-laki akan memulainya ketika berusia 11-14 tahun.
Namun, beberapa anak bisa mengalami gejala-gejala pubertas dari usia normalnya. Misalnya, mereka sudah mengalami pertumbuhan bentuk dan ukuran tubuh maupun kematangan sistem reproduksi di usia 8 atau 9 tahun.
Kondisi ini bisa disebut juga dengan pubertas dini. Dalam beberapa tahun terakhir, anak praremaja putri ternyata mengalami tanda pubertas pertamanya bahkan lebih cepat jika dibandingkan beberapa dekade sebelumnya.
Misalnya, dikutip dari Healthline, sebuah studi dilakukan dengan menganalisis lebih dari 71.000 wanita di Amerika Serikat dengan menggunakan aplikasi Apple Research.
Para peneliti mencoba untuk meneliti usia menarche atau menstruasi pertama para respondennya. Dalam temuan yang diterbitkan dalam JAMA Network Open pada 29 Mei 2024, menunjukkan rata-rata usia menarche mengalami penurunan, Moms. Dari mereka yang lahir pada tahun 1950-1969 yang rata-rata menstruasi pada usia 12,5 tahun, menjadi 11,9 tahun pada mereka yang lahir tahun 2000-2005.
ADVERTISEMENT
Artinya, perempuan yang lahir pada awal 2000-an mulai menstruasi enam bulan lebih awal, dibandingkan wanita yang lahir tahun 1950-1960-an.
Sementara itu, menurut Profesor Endokrinologi Pediatrik di Rumah Sakit Great Ormond Street di London, Inggris, Peter Hindmarsh, pubertas dini rupanya lebih banyak dialami oleh anak-anak perempuan.
“Antara tahun 1958 dan 2005, perkembangan payudara yang merupakan tanda dimulainya pubertas pada anak perempuan mengalami kemajuan sekitar sembilan bulan dibandingkan sebelumnya,” kata Hindmarsh, seperti dikutip dari The Guardian.
Angka pubertas dini yang semakin meningkat membuat banyak kekhawatiran, tidak hanya pada anak yang mengalaminya sendiri, begitu juga orang tua. Ya Moms, pubertas dini dapat menyebabkan sejumlah masalah pada si kecil. Apa saja?

Sejumlah Dampak Negatif dari Anak yang Mengalami Pubertas Dini

Menurut Dokter Spesialis Anak, dr. Reza Fahlevi, Sp.A(K), pubertas yang terlalu cepat dapat berdampak negatif bagi anak-anak. Mengapa?
Ilustrasi Anak Praremaja Sedang Pubertas. Foto: Shutterstock
Persoalan pertama adalah tinggi badan. dr. Reza menjelaskan, anak yang mengalami pubertas dini memang cenderung akan lebih cepat tinggi dibandingkan anak lainnya.
ADVERTISEMENT
"Memang pada saat awal tinggi badannya lebih cepat tinggi dibandingkan dengan anak yang lain. Tapi tinggi akhirnya itu biasanya lebih pendek dibandingkan dengan anak yang mengalami pubertas yang normal," jelas dr. Reza kepada kumparanMOM.
Selain itu, masalah lain yang dapat muncul adalah masalah sosial dan emosional pada anak. dr. Reza berpendapat, anak akan cenderung lebih sulit beradaptasi dengan anak lain seusianya yang belum mengalami pubertas.
Anda juga perlu mengetahui tanda pubertas pertama pada anak laki-laki dan perempuan. Pada anak laki-laki, tanda awalnya adalah terjadi pembesaran testis. Sementara anak perempuan, ternyata bukan menstruasi yang paling awal terjadi, melainkan pembesaran payudara.
"Tanda lain berupa tumbuhnya rambut-rambut halus di sekitar kemaluan anak," ucap dia.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi anak praremaja dan orang tuanya. Foto: Tom Wang/Shutterstock

Mungkinkah Pubertas Dini pada Anak Bisa Dicegah?

Selain memperhatikan tanda-tanda pubertas dini, Anda juga perlu mengedukasi tentang pubertas ketika sudah memasuki usia praremaja. Dan yang paling terutama adalah memastikan si kecil menjalani pola hidup sehat. Mengapa?
Karena beberapa kasus pubertas dini kemungkinan disebabkan oleh pola makan dan hidup yang kurang baik. Sebuah studi menunjukkan perempuan muda yang minum kafein dan minuman ringan dengan pemanis buatan lebih besar kemungkinannya untuk mengalami menstruasi lebih cepat. Begitu juga kelebihan berat badan atau obesitas akibat konsumsi makanan tinggi lemak dan natrium, kurang olahraga, dan stres bisa meningkatkan risiko pubertas dini.
"Tentunya dengan menjaga pola hidup sehat, nutrisi yang seimbang, kemudian olahraga yang teratur, mencegah obesitas, ini penting untuk mencegah terjadinya pubertas dini pada si kecil," tutur dr. Reza.
ADVERTISEMENT
Orang tua juga perlu memastikan anak tidak mengonsumsi obat-obatan yang tidak diperlukan. Terutama obat-obatan yang dapat memengaruhi hormon, seperti yang ada di dalam obat KB.
"Obatan-obatan seperti obat KB yang kadang dikonsumsi oleh anak secara tidak sengaja harus dihindari. Maka, orang tua perlu menyimpan obat-obatan yang bersifat hormonal di tempat tertentu dan jauh dari jangkauan anak-anak," tutup dia.