Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) meminta orang tua waspada terhadap penularan demam berdarah dengue (DBD ). Pasalnya, kasus ini kerap terjadi setelah musim hujan dan memuncak pada April hingga Mei mendatang, Moms. Akibatnya, akan banyak genangan air yang muncul di permukaan.
ADVERTISEMENT
Kepala Divisi Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi dan Penyakit Infeksi Tropik IDAI, dr. Mulya Rahma Karyanti, SpA(K), MSc, mengatakan, penyakit ini tak mengenal umur atau status sosial masyarakat. Sehingga, semua kalangan perlu mewaspadai kondisi tersebut.
“Setelah musim hujan, kemudian hujannya reda, justru di sinilah kita harus waspada. Infeksi dengue masih mengintai kita, tidak mengenal umur atau jabatan, siapa pun bisa kena ya,” kata dr. Karyanti saat media briefing yang dilaksanakan oleh IDAI, Kamis (26/1).
Dr. Karyanti menjelaskan, hampir setiap 10 tahun jumlah kasus DBD meningkat. Penyakit ini paling banyak terjadi pada usia 15-44 tahun, yakni mencapai 38 persen pada 2022, diikuti dengan usia 5-14 tahun sebesar 36,10 persen. Meski begitu, jumlah kematian terbanyak akibat DBD rupanya paling banyak berasal dari usia 5-14 tahun yang mencapai 40,58 persen.
ADVERTISEMENT
Nah Moms, untuk lebih lengkapnya, yuk simak tanya jawab dengan dr. Karyanti seputar DBD yang perlu diwaspadai orang tua.
Apa yang dimaksud dengan DBD?
DBD merupakan kondisi infeksi akut yang disebabkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti betina. Nyamuk ini akan mengisap darah manusia untuk pematangan sel telur agar dapat berkembang biak.
Sayangnya, gigitan nyamuk ini terjadi pada waktu terang hari, atau saat anak-anak sedang beraktivitas. Lebih tepatnya, nyamuk aedes aegypti mudah ditemui saat jam 8 sampai 10 pagi, d1an jam 3 sampai 5 sore.
Bagaimana cara penularannya?
Sebenarnya cara penularan infeksi dengue–sebutan untuk orang yang terkena DBD–sama seperti penularan infeksi virus pada umumnya. Jika nyamuk tersebut mengisap darah orang yang mengandung virus dengue, virus tersebut dapat menulari orang yang tergigit berikutnya.
ADVERTISEMENT
Apa saja gejala yang timbul dan perlu diwaspadai?
Beberapa gejala infeksi dengue yang umum dialami anak antara lain:
Kapan anak perlu dibawa ke rumah sakit?
Segera bawa ke rumah sakit jika kaki dan tangan anak menjadi dingin, sulit bernapas, intensitas buang air kecil berkurang, dan muntah terus menerus.
“Segera bawa ke rumah sakit kalau kaki dan tangan dingin, napasnya terus-terusan, buang air kecil berkurang, dan enggak bisa minum tapi dia muntah terus. Karena memang pada kasus ini, mualnya itu luar biasa, jadi tanya ke dia (anak) bisa minum enggak, jangan sampai membuat dia tambah dehidrasi,” jelas dr. Karyanti.
ADVERTISEMENT
Apa yang membedakan infeksi dengue dengan infeksi virus corona?
Selama pandemi virus corona, infeksi dengue dan infeksi virus corona memang terlihat mirip dan terjadi secara bersamaan. Namun menurut dr. Karyanti, sulit untuk mendiagnosis jenis infeksi tersebut bila demam baru terjadi dalam waktu 1-3 hari. Oleh karena itu, saat anak atau orang yang menunjukkan gejala infeksi dengue melakukan pemeriksaan ke rumah sakit, para medis kerap menyarankan untuk dilakukan screening virus corona dan infeksi dengue melalui pemeriksaan darah dan swab.
“Jadi, untuk demam sendiri itu sulit untuk diketahui tiga hari pertama. Sehingga, kalau enggak membaik setelah 2-3 hari, segera ke faskes untuk diperiksa karena ada pemeriksaan penunjang lainnya,” jelas dr. Karyanti.
Jika dilihat dari gejalanya, infeksi dengue lebih dominan menyerang saluran pencernaan, seperti mual, muntah, dan diare. Sementara infeksi virus corona menyerang saluran pernapasan sehingga menimbulkan batuk dan pilek.
ADVERTISEMENT
Apa saja pertolongan pertama yang bisa dilakukan jika anak demam tinggi?
1. Berikan obat penurun demam
Dr. Karyanti menjelaskan, hal utama yang perlu dilakukan jika anak demam tinggi adalah memberikan obat penurun panas seperti parasetamol. Jika tidak kunjung membaik, obat tersebut boleh diberikan setiap jam. Namun, sebaiknya konsultasikan ke dokter spesialis anak terlebih dahulu ya, Moms.
2. Kompres air hangat
Kompres si kecil dengan air hangat untuk mengeluarkan panas melalui penguapan di pori-pori kulit, terutama pada daerah lipatan tubuh, seperti ketiak dan pangkal paha. Hindari ‘membungkus’ si kecil dengan baju panas atau berlapis-lapis karena hal itu bisa menahan panas di dalam tubuhnya.
“Kompres dengan air hangat ya, bukan air es atau alkohol. Jadi, prinsipnya kita bantu kompres air hangat agar mengeluarkan panas melalui penguapan lewat pori-pori kulit. Makanya, anak jangan dibungkus baju berlapis-lapis ya malah justru menahan panasnya,”
ADVERTISEMENT
3. Minum air yang banyak
Kemudian, pastikan kebutuhan cairan anak tercukupi untuk menghindari dehidrasi. Orang tua juga bisa memberikan minuman yang mengandung nutrisi tinggi. Misalnya, melalui jus buah dan susu.
“Kemudian minum, minum cairan yang ada nutrisinya supaya tidak sampai dehidrasi. Kalau masih bayi, menyusui sesering mungkin, atau untuk anak kasih susu yang nutrisinya lengkap vitamin dan mineral, kemudian jus buah itu minuman elektrolit ya,” katanya.
4. Istirahat yang cukup
Jangan memaksa anak untuk tetap masuk sekolah, melainkan harus istirahat yang cukup sambil mencari penyebabnya. Hindari aktivitas yang bisa membuat anak menjadi aktif karena suhu tubuhnya bisa menurun.
Bagaimana cara mencegah demam dengue?
ADVERTISEMENT