Rata-rata IQ Orang Indonesia 78, Nutrisi di 1000 HPK Jadi Faktor Penting!

23 Januari 2025 12:00 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rata-rata IQ Orang Indonesia 78, Nutrisi di 1000 HPK Jadi Faktor Penting! Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Rata-rata IQ Orang Indonesia 78, Nutrisi di 1000 HPK Jadi Faktor Penting! Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Makanan Pendamping ASI (MPASI) menjadi faktor yang penting bagi tumbuh kembang bayi yang sudah memasuki usia 6 bulan ke atas. Sebab nutrisi dari ASI saja tidak lagi mencukupi kebutuhan bayi. Sebagai orang tua, Anda wajib memberi makanan dengan nutrisi seimbang ya, Moms.
ADVERTISEMENT
Dokter spesialis anak dari Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nutrisi dan Penyakit Metabolik IDAI, Dr. dr. Meta Herdiana Hanindita, SpA(K), mengatakan asupan nutrisi sejak periode MPASI ini akan mempengaruhi perkembangan IQ anak.
"Jadi yang pertama memang kalau kita melihat ada survei IQ ya beberapa waktu yang lalu Indonesia menduduki peringkat yang lumayan rendah, dengan rata-rata IQ 78 sekian. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dan salah satunya memang adalah asupan nutrisi," kata dr. Meta dalam Media Briefing bersama IDAI, Selasa (21/1).

Pentingnya Pemberian Nutrisi Seimbang untuk Anak

Ilustrasi anak cerdas dan ceria Foto: Shutterstock
Perkembangan IQ anak dapat terhambat apabila ia mengalami malnutrisi terutama di 1.000 hari pertama kehidupannya. Sebab, dalam periode ini perkembangan otak anak sedang dalam kecepatan terbaiknya. Sehingga apabila IQ menurun, maka perkembangan kognitif dan lainnya dapat ikut menurun.
ADVERTISEMENT
Hal yang bisa Anda lakukan ialah dengan memberi mereka makanan bernutrisi lengkap dan seimbang. Orang tua juga harus memahami bahwa tidak ada makanan super food alias makanan dengan kandungan nutrisi paling baik di antara jenis makanan lainnya.
"Jadi memang harus seimbang ada sumber karbohidrat, ada sumber proteinnya, terutama protein hewani, ada sumber lemaknya dan ada sayur atau buah dengan semua komposisinya disesuaikan sesuai usia," tutur dr. Meta.
Penyesuaian dengan usia ini maksudnya ialah, apabila anak masih di bawah 2 tahun artinya Anda hanya perlu memberi mereka buah dan sayur dengan porsi yang sedikit. Sedangkan makanan mengandung lemak dan karbohidrat harus lebih banyak, terutama protein hewani harus jadi prioritas.
Ilustrasi Anak Mau Makan Sayur Foto: wutzkohphoto/Shutterstock
"Akan berbeda apabila yang ditanyakan adalah untuk anak yang sudah lebih besar. Kalau untuk anak di atas 2 tahun lemak yang dibutuhkan tidak setinggi untuk anak yang di bawah 2 tahun. Misalnya porsi sayur atau buah sudah tidak lagi hanya sesedikit di bawah 2 tahun," imbuhnya.
ADVERTISEMENT

Gerakan Tutup Mulut (GTM) Menjadi Tantangan

Banyak orang tua mendefinisikan Gerakan Tutup Mulut (GTM) dengan kondisi anak yang suka pilih-pilih makanan, melepeh, mengemut, porsi makan sedikit, atau ketika makan anak harus diajak jalan keluar rumah.
Di sisi lain, IDAI punya satu penelitian multi center yang dilakukan beberapa tahun lalu pada anak-anak yang memiliki masalah makan. IDAI menemukan penyebab GTM paling sering adalah karena praktik pemberian makan yang kurang tepat.
Ilustrasi anak makan. Foto: Shutter Stock
Padahal idealnya orang tua harus memiliki aturan dalam memberi makan anak. Aturan ini harus diterapkan secara konsisten untuk mencegah masalah makan. Mulai dari buat jadwal makan yang teratur, durasi makan harus dibatasi 30 menit, hingga tidak boleh ada distraksi. Prinsip dasar dari feeding rules atau aturan makan ini adalah melatih anak mengenali sinyal lapar dan kenyangnya.
ADVERTISEMENT
"Pada saat dia ada distraksi, jadwal makannya tidak teratur, saat durasi makannya tidak dibatasi, anak jadi tidak mengenali sinyal lapar dan kenyangnya. Sehingga yang mungkin muncul di orang tua persepsi 'Ini anak kenapa nggak laper-laper ya?" kata dr. Meta.
Lantas, bagaimana bila aturan makan sudah diterapkan tapi anak tetap enggan makan? Menurut dr. Meta, apabila itu terjadi artinya penyebabnya bukan lagi hanya karena sinyal lapar dan kenyang. Anda perlu mencari tahu apakah ada kondisi medis atau penyakit yang mendasari, seperti TBC atau anemia defisiensi besi.