Ria Ricis Sebut Moana Speech Delay karena Terlalu Banyak Mainan, Ini Kata Dokter

24 Oktober 2024 14:28 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ria Ricis dan anaknya, Moana. Foto: Nabilla Fatiara/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ria Ricis dan anaknya, Moana. Foto: Nabilla Fatiara/kumparan
ADVERTISEMENT
YouTuber Ria Ricis mengungkapkan kondisi putri semata wayangnya, Cut Raifa Aramoana, yang mengalami speech delay atau gangguan keterlambatan anak dalam berbicara atau memahami bahasa. Terbaru, Ria Ricis menyebut salah satu penyebab yang membuat anaknya mengalami speech delay adalah karena terlalu banyak diberi mainan. Kok bisa?
ADVERTISEMENT
Dalam YouTube Melaney Ricardo, Ria Ricis menceritakan awal mula Moana ketahuan mengalami speech delay. Di usianya yang sudah satu tahun lebih, ia menyadari putrinya belum bisa menyebut kata-kata. Khawatir dengan kondisi si kecil, adik Oki Setiana Dewi itu membawa Moana ke beberapa dokter spesialis anak.
"Aku sampai ke 4 DSA, keliling. Jadi, aku pengin tahu yang pertama jawabannya apa, yang kedua, yang ketiga. Dari 4 [dokter] itu, mostly kebanyakan bilang speech delay, satunya bilang ADHD," cerita Ria Ricis. kumparanMOM telah diizinkan mengutip dari akun YouTube tersebut.
Saat mendengar diagnosis dokter anaknya, Ria Ricis sampai menangis. Namun, ia tidak ingin terlalu lama bersedih karena harus mencari solusi untuk putrinya. Ia akhirnya bertemu dengan dokter terakhir, yang merupakan rekomendasi dari bidan yang telah membantunya selama kehamilan Moana.
ADVERTISEMENT
"Akhirnya dipanggilin dokter psikolog, dipanggil ke rumah, dia keliling untuk riset segala macam. Ternyata jawabannya cuma satu: kebanyakan mainan, salah satunya. Salah satu dari beberapa opsi [penyebab] dia speech delay itu," jelas dia.
Saat mengetahui salah satu penyebabnya adalah karena Moana diberikan terlalu banyak mainan, Ria Ricis mengaku kaget. Sebab, sebagai ibu baru, ia menganggap anak-anak kecil pasti akan senang jika diberi banyak mainan.
"Kirain tuh makin banyak mainan, anak semakin happy, semakin tersalurkan tuh dia jiwa-jiwa main. Tapi ternyata aku salah besar," ucap Ria Ricis.
"Ternyata kebanyakan mainan, kebanyakan objek, kebanyakan warna justru bikin dia bingung, enggak bisa fokus sama satu mainan," imbuh dia.
Ilustrasi anak bermain menggunakan metode STREAM. Foto: Shutter Stock
Lantas, benarkah terlalu banyak mainan bisa menyebabkan anak speech delay?
ADVERTISEMENT

Penjelasan Dokter Seputar Terlalu Banyak Mainan Jadi Salah Satu Penyebab Speech Delay

Anak kecil mana yang tidak suka mendapat mainan? Ya, mainan jenis apa pun banyak disukai karena tidak hanya sesi bermain lebih menyenangkan, tetapi juga membantu menstimulus tumbuh kembang si kecil.
Akan tetapi, terlalu banyak mainan juga kurang disarankan lho, Moms! Mengapa?
Menurut Dokter Spesialis Anak, dr. Reza Fahlevi, Sp.A (K), sejumlah penelitian di luar negeri telah dilakukan untuk mencari tahu mainan dan dampaknya pada tumbuh kembang anak.
dr. Reza menjelaskan salah satu temuan penelitian ketika anak balita diberi mainan dengan jumlah berbeda, satu kelompok diberi hanya 4 mainan, dan satu kelompok lainnya diberi 16 jenis mainan.
"Ternyata ditemukan bahwa anak-anak yang mainannya lebih sedikit, yang [diberi] 4 mainan. Itu kreativitasnya akan lebih baik. Kemudian atensinya, cara dia mengeksplor mainan juga akan lebih baik," ucap dr. Reza kepada kumparanMOM.
ADVERTISEMENT
Balita yang diberi mainan dengan jumlah terbatas juga dianggap lebih mengoptimalkan mainan yang dimilikinya, termasuk cara bermain yang bisa lebih dari satu cara. Misalnya, diotak-atik atau dibentuk menjadi objek-objek lainnya.
"Dibandingkan anak dengan banyak mainan, dalam hal ini 16 mainan, itu dia lebih jadi overwhelming, enggak fokus sama mainan tersebut. Jadi, mungkin dalam hal pembelajaran dan lainnya akan lebih kurang optimal," tuturnya.
Lebih lanjut, terdapat penelitian lain yang mengungkapkan jenis mainan yang diberikan juga dapat berpengaruh pada perkembangan anak. Sebuah studi yang dilakukan di Arizona, Amerika Serikat, membandingkan anak-anak yang diberi mainan elektronik dan konvensional (misalnya, terbuat dari kayu dan tidak memiliki fitur suara). Bagaimana hasilnya?
Ilustrasi anak bermain alat musik. Foto: MIA Studio/Shutterstock
"Ditemukan bahwa anak yang diberikan mainan elektronik justru kemampuan bicaranya itu lebih telat atau lebih sedikit dibandingkan anak yang diberikan mainan yang bersifat konvensional," ucap dr. Reza.
ADVERTISEMENT
Mengapa mainan elektronik bisa memengaruhi perkembangan si kecil? Itu disebabkan mainan elektronik yang biasanya memiliki fitur layar, bunyi-bunyian, dan berwarna-warni itu membuat anak jadi lebih sulit fokus.
Hal ini bisa diibaratkan juga ketika balita diberi gadget sejak usia dini, di mana pemberian yang salah dapat menyebabkan anak mengalami speech delay.
Padahal, seharusnya, ketika anak bermain itu ia perlu mengeksplorasi lebih dalam, misalnya secara taktil. Jadi, anak-anak yang bermain mainan konvensional bisa bereksplorasi seperti disusun dan diotak-atik.
"Nah, ini ternyata lebih bagus kemampuan bicaranya karena mungkin indera penglihatan dan pendengaran tidak hanya fokus pada mainan. Dia masih menerima rangsangan dari luar. Apalagi kalau mainan yang sifatnya konvensional, kita sebagai orang tua atau pengasuh bisa mendampingi dengan baik. Kita jelaskan ini untuk apa dan lainnya," ungkap dr. Reza.
ADVERTISEMENT
Jadi, apa yang bisa disimpulkan?
"Intinya, mainan berapa banyak ya ada studi bilang 4 aja dalam satu periode tertentu. Dan apakah mainan menyebabkan speech delay, iya tapi itu mainan yang bersifat elektronik, ada suara dan layar," tegas dia.

Bagaimana Seharusnya Mainan Anak Diberikan?

Maka dari itu, dr. Reza mengingatkan mainan pun bila diberikan kepada anak dengan cara yang tidak tepat, maka memang bisa memengaruhi perkembangan si kecil, Moms.
Ilustrasi anak bermain. Foto: MIA Studio/Shutterstock
Ia merekomendasikan orang tua agar memberi mainan dengan jumlah secukupnya. Tetapi, bagaimana yang sudah telanjur memberi anak banyak mainan?
"Kita bisa menerapkan strategi untuk rotasi atau shifting mainan. Misalnya, minggu ini fokus ke 4 jenis mainan, sisanya disimpan dulu. Nanti minggu depan baru kita ganti dengan 4 jenis mainan yang lain, baru ganti secara berkala. Jangan anak langsung diberi satu mainan dalam waktu bersamaan," pesan dr. Reza.
ADVERTISEMENT
Pada bayi dan anak-anak balita, sebaiknya tidak diberi screen time. Atau minimal berusia 18 bulan boleh diberi screen time namun terbatas hanya untuk video call. Sehingga, si kecil tetap bisa belajar tentang komunikasi dua arah.
Selain itu, orang tua atau pengasuh juga diharapkan dapat selalu mendampingi anak bermain. Sehingga, anak bisa mendapat arahan dan penjelasan seputar permainan yang sedang dimainkannya.
"Dan lebih bagus bermain didampingi, sehingga anak-anak bisa eksplor mainannya lebih banyak, sambil dijelaskan oleh orang tuanya. Jadi,
banyak stimulasi-stimulasi yang bisa di-insert ketika anak bermain, agar perkembangan bicaranya dapat berjalan dengan baik," pungkasnya.