Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Sebagai orang tua, wajar bila kita merasa khawatir sebab anak juga berisiko terjangkit virus corona yang kini sedang jadi sorotan dunia. Terlebih, korban meninggal dan terjangkit akibat virus tersebut semakin bertambah angkanya. Namun faktanya, sebagian besar korban justru bukanlah anak-anak, melainkan orang dewasa, Moms.
ADVERTISEMENT
Lantas, apa penyebabnya ya?
Menurut riset yang dipublikasikan oleh New England Journal of Medicine pada Januari 2020, memaparkan bahwa anak-anak diduga berisiko lebih rendah terinfeksi virus corona. Bahkan meskipun terjangkit, gejala dan infeksinya pun sangat ringan.
"Memang benar bahwa anak-anak bisa terinfeksi tanpa gejala atau memiliki infeksi yang sangat ringan," ujar dr. Raina MacIntyre, ahli epidemiologi di University of New South Wales, Sydney, Australia, yang telah mempelajari penyebaran virus corona, dikutip dari New York Times.
Bahkan menurut sebuah laporan yang diterbitkan di Journal of American Medical Association, usia rata-rata pasien virus corona adalah antara 49 hingga 56 tahun. Kasus anak yang dikabarkan terpapar virus ini bukannya tidak ada, hanya saja jarang terjadi.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya diberitakan media, seorang anak berusia 10 tahun pergi bersama keluarganya ke Wuhan, China. Kemudian sekembalinya mereka ke Shenzhen, anggota keluarga yang terinfeksi virus corona yakni yang berusia 36 hingga 66 tahun. Gejala yang dialami pun seperti demam, sakit tenggorokan, diare, dan radang paru-paru.
Lalu anak 10 tahun itu juga memiliki tanda-tanda virus pneumonia di paru-parunya, tapi tidak terlihat gejalanya. Peneliti menduga bahwa itu merupakan tipikal infeksi virus corona pada anak-anak. Pola ini mirip dengan wabah SARS dan MERS beberapa tahun lalu. Epidemi ini merenggut banyak korban jiwa lebih dari 800 orang di seluruh dunia. Meski anak-anak yang terinfeksi, tapi tidak ada gejala yang terlihat. Bahkan tidak ada anak yang meninggal selama virus tersebut merebak.
"Kami tidak bisa memahami fenomena ini. Mungkin karena perbedaan dalam respons imun anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa. Satu dugaannya adalah bahwa respons imun bawaan yakni respons dini yang ditujukan secara luas pada kelompok patogen, cenderung lebih aktif pada anak-anak," ujar d.r. Andrew Pavia, Kepala Divisi Penyakit Menular Anak di University of Utah, AS, yang dikutip dari Live Science.
ADVERTISEMENT
Meski banyak peneliti yang menduga usia anak cenderung berisiko rendah terjangkit, tapi bukan berarti kita bisa melepas tangan begitu saja, Moms
Mengutip dari laman resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), para orang tua diimbau untuk tidak panik dan tetap waspada adanya potensi penularan virus corona pada anak. Karena itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
Pertama, bila ditemukan anak dengan keluhan demam, batuk disertai napas cepat, segeralah cari pertolongan ke fasilitas kesehatan terdekat. Kedua, tutup mulut dan hidung dengan tisu atau lengan baju (bukan tangan) ketika batuk atau bersin. Tisu yang digunakan dibuang ke tempat sampah dan langsung mencuci tangan setelahnya.
Ketiga, sering-seringlah mencuci tangan dengan air dan sabun selama minimal 20 detik. Jika tidak tersedia sabun dan air, gunakan cairan sanitasi yang mengandung alkohol. Keempat, melengkapi status imunisasi anak terutama vaksin pneumonia (DPT, HiB, Campak, PCV, dan Influenza). Kelima, perhatikan informasi yang disampaikan Dinas Kesehatan setempat dan Kementerian Kesehatan RI.
ADVERTISEMENT