Riset: Anak di Bawah Usia 5 Tahun Lebih Berpotensi Sebarkan Virus Corona

4 Agustus 2020 17:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anak lebih rentan menularkan virus corona. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Anak lebih rentan menularkan virus corona. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Virus corona bisa menular dan ditularkan oleh siapa saja, termasuk anak-anak. Memang, data anak yang terinfeksi COVID-19 tidak sebanyak orang dewasa, tapi bukan berarti kita tak perlu waspada, Moms.
ADVERTISEMENT
Ingatlah kembali bahwa daya tahan tubuh anak belum sebaik orang dewasa, sehingga mereka rentan terinfeksi penyakit yang disebabkan oleh virus. Riset terbaru yang diterbitkan American Medical Association bahkan menjelaskan bahwa anak-anak di bawah usia 5 tahun tak hanya rentan tertular, tapi juga lebih berpotensi menyebarkan virus corona. Kok bisa, ya?

Anak di bawah usia 5 tahun lebih rentan sebarkan virus corona

Ilustrasi anak pakai masker. Foto: Shutterstock
Penelitian tersebut mengambil sampel beberapa orang yang berusia di bawah 1 tahun hingga 65 tahun yang mempunyai gejala COVID-19. Pemeriksaan dilakukan dengan metode PCR atau tes swab di area nesofaring.
Dari hasil tes tersebut diketahui bahwa anak-anak memiliki jumlah konsentrasi asam nukleat virus yang sama dengan orang dewasa di saluran pernapasannya. Tapi ternyata, anak-anak di bawah usia 5 tahun punya jumlah asam nukleat virus yang jauh lebih besar dibandingkan orang dewasa. Apa maksudnya?
ADVERTISEMENT
Moms, sebelumnya perlu diketahui bahwa penelitian ini terbatas pada deteksi asam nukleat virus corona, bukan berkorelasi langsung dengan tingkat penularan virus. Meski begitu, studi pada anak lainnya telah melaporkan adanya korelasi antara kadar asam nukleat yang tinggi dengan virulensi dan potensi penularan virus.
Itu artinya, anak-anak berusia di bawah 5 tahun lebih berpotensi menyebarkan virus corona di populasi umum. Ya Moms, selain rentan tertular, anak balita ternyata juga berpotensi lebih besar menyebarkan virus ini.

Kata Dokter soal Penelitian Ini

Anak pakai masker Foto: Shutterstock
Dokter Spesialis Anak sekaligus Ketua Satgas COVID19 IDAI, dr. Yogi Prawira SpA (K) memberikan tanggapannya terkait penelitian ini. Menurutnya, dengan adanya penelitian ini, orang tua seharusnya lebih waspada sebelum mengizinkan anak keluar rumah.
ADVERTISEMENT
Selain itu, studi ini juga bisa dijadikan acuan para pengambil kebijakan, khususnya tentang pembukaan sekolah dan tempat penitipan anak atau day care.
"Bayangkan jika sekolah dibuka dengan kondisi transmisi lokal belum terkendali, maka anak-anak selain berisiko tertular, utamanya berpotensi ikut menyebarkan virus ini. Analisis statistik terbaru menyatakan bahwa hanya dibutuhkan waktu 38 hari untuk Indonesia mencapai jumlah kasus positif dua kali lipat dari hari ini," jelas dr. Yogi lewat pesan singkat di WhatsApp, Senin (3/8).
Ilustrasi Anak dengan Gejala COVID-19. Foto: Shutterstock
Meski rentan tertular, gejala COVID-19 pada anak yang terinfeksi umumnya memang lebih ringan atau bahkan tak menunjukkan gejala apa pun. Tapi, orang tanpa gejala inilah yang perlu diwaspadai dan masalah terbesar penyebaran COVID-19. Ini karena, orang tersebut merasa dirinya sehat dan tetap beraktivitas normal, padahal ia berpotensi besar menularkan.
ADVERTISEMENT
"Fibrosis paru atau kerusakan paru permanen ditemui baik pada pasien COVID-19 bergejala atau pun tanpa gejala. Jangan lupa, happy/silent hypoxemia sering kali tidak terlihat pada pasien, yang merasa baik-baik saja padahal kadar oksigen di darahnya sudah drop sampai ke level berbahaya," tambah dokter yang praktik di Siloam Hospitals, TB Simatupang.
Jadi demi kebaikan bersama, sebaiknya kita tidak membawa anak keluar rumah hingga pandemi ini usai, Moms! Bila terpaksa harus membawa anak keluar rumah, ikutilah protokol kesehatan yang berlaku. Seperti rajin mencuci tangan, menggunakan masker yang pas, ingatkan untuk selalu jaga jarak dan segera mandi serta membersihkan diri sesampainya di rumah.