Risiko Tekanan Darah Tinggi saat Hamil

10 Agustus 2021 9:07 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tekanan Darah Tinggi saat Hamil? Ini Hal yang Perlu Diwaspadai, Moms. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Tekanan Darah Tinggi saat Hamil? Ini Hal yang Perlu Diwaspadai, Moms. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Tekanan darah tinggi atau hipertensi dapat menyerang siapa saja, termasuk ibu hamil. Ini jadi salah satu alasan pemeriksaan rutin ke dokter atau bidan selamat masa kehamilan sangat penting.
ADVERTISEMENT
Saat pemeriksaan rutin, tekanan darah ibu hamil dapat dipantau. Apakah normal, rendah, atau tinggi. Selain itu kondisi tekanan darah saat hamil juga bisa menjadi salah satu tanda penyakit lain.
Misalnya bila ibu hamil tekanan darahnya 140/90 atau lebih, ini artinya ibu memiliki hipertensi. Sementara tekanan darah 180/80 atau lebih tinggi pun sudah dianggap masuk ke tahap hipertensi berat.

Risiko Tekanan Darah Tinggi selama Kehamilan

Ada beberapa risiko yang perlu diwaspadai terkait kondisi tekanan darah tinggi pada ibu hamil.
1. Hipertensi Gestasional
Ilustrasi periksa tekanan darah saat hamil. Foto: Shutter Stock
Mereka yang tidak pernah punya masalah tekanan darah tinggi sebelumnya, bisa saja mengalami masalah ini saat hamil. Salah satunya, hipertensi gestasional.
Hipertensi gestasional adalah peningkatan tekanan darah yang umumnya terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu. Peningkatan tekanan darah ini, biasanya tak disertai dengan adanya protein dalam urine atau kerusakan organ tubuh lainnya.
ADVERTISEMENT
"Ada kemungkinan untuk memiliki hipertensi gestasional tanpa Anda sadari. Tetapi, kondisi ini bisa diatasi dengan pemantauan tekanan darah dan jika perlu obat yang direspkan oleh dokter," kata Dr. Alan Copperman, dokter kandungan di New York, Amerika Serikat seperti dikutip dari Romper.
2. Hipertensi Kronis
Live Strong melansir, dalam kasus lain, calon ibu menemukan bahwa dirinya memiliki hipertensi ketika pemeriksaan rutin prenatal di trimester pertama berlangsung.
Hipertensi kronis yang dialami calon ibu dapat menyebabkan pembatasan pertumbuhan intrauterin atau IUGR --kondisi pertumbuhan janin terhambat.
"Apabila Anda mengalami tekanan darah tinggi sebelum kehamilan atau selama 20 minggu pertama kehamilan, maka ini dikenal sebagai hipertensi kronis," papar Sharon A. Smith, MD, dokter kandungan di Houston, AS.
ADVERTISEMENT
3. Eklampsia dan Preeklamsia
Ilustrasi preeklamsia pada ibu hamil. Foto: Shutterstock
Tekanan darah tinggi ini rupanya menjadi salah satu tanda atau gejala dari eklampsia dan preeklamsia.
Eklampsia adalah kondisi saat hamil yang menderita darah tinggi mengalami kejang-kejang. Kondisi ini juga bisa disertai dengan koma dan merupakan ancaman bagi kesehatan ibu dan bayi.
Sementara preeklamsia merupakan gangguan kehamilan yang disebabkan oleh peningkatan tekanan darah disertai dengan adanya protein yang tinggi di dalam urine.
"Preeklamsia dapat menyebabkan kerusakan para pada organ tubuh, termasuk ginjal, hati, darah, atau bahkan otak," kata Dr. Copperman.
Bila tak diobati atau ditangani dengan segera, preeklamsia dapat menyebabkan komplikasi serius, bahkan mengancam jiwa ibu maupun bayi di dalam rahim.
3. Berbagai Risiko Lain
Selain hipertensi kronis, gestasional, eklampsia, dan preeklamsia, ternyata ada risiko lain terkait dengan tekanan darah tinggi selama kehamilan, Moms.
ADVERTISEMENT
Menurut Dr. Chopperman, kondisi lainnya ini dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke plasenta. Itu artinya, bayi di dalam kandungan menerima lebih sedikit oksigen dan nutrisi.
"Ini dapat menyebabkan pertumbuhan janin lambat, berat badan lahir rendah, dan bahkan kelahiran prematur. Ini juga dapat menyebabkan solusi plasenta (abruptio plasenta), yaitu kondisi plasenta terlepas dari dinding rahim yang dapat sebabkan perdarahan hebat dan mengancam jiwa ibu dan bayi," jelasnya.