Sempat Ngeluh Sakit Perut, Ibu Ini Ternyata Punya Janin yang Berkembang di Usus

14 Desember 2023 11:24 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sempat Ngeluh Sakit Perut, Ibu Ini Ternyata Punya Janin yang Berkembang di Usus. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Sempat Ngeluh Sakit Perut, Ibu Ini Ternyata Punya Janin yang Berkembang di Usus. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Sakit perut yang tidak kunjung sembuh berujung ditemukan janin yang berkembang di daerah usus. Inilah yang dialami oleh seorang ibu (37) asal Pulau Reunion, yang terletak di Samudera Hindia serta dekat Madagaskar dan Mauritius.
ADVERTISEMENT
Ya Moms, wanita yang tidak disebutkan namanya itu mengalami sakit perut ekstrem selama 10 hari. Ia juga merasa perutnya sangat kembung dan menyakitkan.
Dikutip dari Daily Mail, ia kemudian mendatangi sebuah rumah sakit di Prancis agar bisa diperiksa oleh dokter. Namun, yang ditemukan justru mengejutkannya. Dokter lewat pemeriksaan USG justru menemukan ada sebuah objek berupa janin yang berkembang di rongga perutnya, yakni di antara lambung dan usus.
Secara spesifik, posisi janin berada di rongga peritoneum atau area tempat organ vital berada, dengan plasenta yang menempel pada bagian atas panggul.
Dalam istilah medis, kondisi yang dialaminya adalah kehamilan ektopik. Kehamilan dikatakan ektopik ketika sel telur yang dibuahi sperma justru tumbuh dan berkembang di luar rahim.
ADVERTISEMENT
Menurut WebMD, lebih dari 90 persen kasus kehamilan ektopik menemukan sel telur menempel pada tuba falopi. Pada ibu yang mengalami kondisi ini, janin tidak bisa berkembang dengan normal.
Bahkan, struktur janin bisa pecah yang kemudian menimbulkan pendarahan hebat, sehingga sangat membahayakan jiwa ibu. Kondisi ini bisa menyebabkan ibu mengalami syok hemoragik karena kehilangan banyak darah dan risiko terbesarnya adalah kematian. Sehingga, bisa dikatakan kehamilan ektopik merupakan penyebab kematian pertama ibu terbanyak pada trimester pertama kehamilan.

Janin Tetap Bisa Dilahirkan, meski Harus Lahir Prematur

Meski sebagian besar kasus kehamilan ektopik dapat berakibat fatal, hal sebaliknya justru terjadi sebaliknya pada wanita tersebut. Menurut dokter yang memeriksanya, wanita itu tetap bisa melahirkan bayi di dalam kandungannya.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, bayinya harus dilahirkan lebih cepat atau sekitar minggu ke-29 kehamilan. Dengan harapan, bisa meningkatkan peluang kelangsungan hidup janin tersebut.
Saat persalinan caesar, dokter membuat sayatan di perut untuk mengeluarkan bayi, lalu dibawa ke unit perawatan intensif neonatal (NICU). Setelah itu, sang ibu menjalani operasi lanjutan 12 hari setelah melahirkan untuk mengeluarkan sisa plasentanya.
Dan dalam waktu dua bulan setelah melahirkan, ibu dan bayinya pun akhirnya bisa pulang ke rumahnya.
Dokter juga mengakui kehamilan ektopik seperti yang dialami wanita tersebut sangat jarang terjadi. Kondisi ini mungkin terjadi ketika janin mulai berkembang pada saluran tuba atau ovarium. Namun, seiring berjalannya waktu, kelenjar pada saluran tersebut dapat pecah, sehingga janin dapat 'melarikan diri' dari rahim menuju rongga.
ADVERTISEMENT
Sang dokter juga menyatakan bayi dapat berkembang di luar rahim sejak usia kehamilan 24 minggu. Tetapi, diakui tingkat kelangsungan hidupnya lebih rendah, yakni kemungkinan hanya sekitar 68 persen. Ada juga kasus bayi dapat bertahan hidup meski lahir ekstrem prematur pada usia kandungan 21 minggu.
Di Amerika Serikat sendiri, kurang dari dua persen kehamilan bersifat ektopik. Dan sekitar satu dari 30.000 kehamilan terjadi bukan di rahim, tetapi di rongga perut. Sehingga, kemungkinan janin mati dan tidak berkembang mencapai 90 persen.
Sementara bagi bayi yang tetap berkembang dan lahir selamat, sebanyak seperlimanya mengalami cacat lahir atau kerusakan otak.