Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Seperti Ini Cara Mencegah Kelahiran Bayi Prematur
15 November 2017 13:48 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, terdapat 10.294 kasus atau 22 kematian bayi per 1.000 kelahiran pada semester pertama di 2017. Dan salah satu penyebab kematian neonatal adalah bayi berat lahir rendah (BBLR) termasuk prematuritas.
ADVERTISEMENT
Tingginya angka kasus kematian bayi akibat prematuritas membuat para dokter anak, termasuk DR. dr. Rinawati Rohsiswatmo SpA(K), tengah sibuk mencari solusi agar angka tersebut bisa ditekan menjadi 12 kasus per 1.000 kelahiran pada 2030 mendatang.
dr. Rina yang juga menjabat sebagai staf Departemen Ilmu Kesehatan Anak RS Dr. Cipto Mangunkusumo mengatakan bahwa angka kasus prematuritas bisa dikurangi selama faktor penyebabnya bisa ditekan.
"Angka ini tentu bisa dipangkas selama ibu-ibu di luar sana bisa menekan faktor penyebab kelahiran bayi prematur. Faktor utamanya biasanya dikarenakan karena gizi sang ibu buruk. Para ibu hamil cenderung kekurangan vitamin D sehingga bumil harus lebih banyak mengkonsumsi zat mikronutrien yang bersumber pada sayuran," ujarnya saat ditemui kumparan (kumparan.com) di acara GE Healthcare: Memperingati Hari Prematuritas Sedunia yang berlokasi di hotel Fairmont Jakarta, Selasa (14/11).
ADVERTISEMENT
Pencegahan lainnya juga bisa dilakukan dengan cara merencanakan program kehamilan terlebih dahulu agar para bumil merasa lebih siap dalam merawat dirinya serta menjaga kondisi janinnya. Tak hanya merencanakan kehamilan, dr. Rina juga menyebutkan jika setiap wanita perlu merencanakan waktu melahirkan yang tepat untuk memprediksi apakah jabang bayi akan lahir secara prematur atau tidak.
Mengecek kondisi kesehatan secara berkala saat hamil juga harus dilakukan guna mengetahui gejala atau kemungkinan bayi akan lahir prematur. Pemeriksaan sejak dini menjadi agenda wajib saat hamil jika tak ingin ada hal buruk yang menimpa ibu dan juga bayinya.
"Semua wanita hamil itu perlu memeriksa kandungannya secara rutin. Dan jika ditemukan adanya masalah pada janin, maka ibu bisa langsung melakukan intervensi untuk mewanti-wanti kelahiran bayi prematur yang mungkin akan dialaminya," ungkapnya lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
Tak hanya memberikan tips mencegah kelahiran bayi prematur saja, dr. Rina juga turut berpesan kepada para dokter atau perawat untuk mengetahui rumah sakit terdekat mana saja yang mampu menangani kasus prematuritas.
Karena, saat seorang ibu hamil harus melahirkan bayinya lebih cepat, baik dokter atau perawat yang menanganinya wajib merujuk pasien tersebut untuk mengunjungi rumah sakit yang memang berkompeten dalam menangani kasus prematuritas.
Yang perlu diketahui, tidak semua rumah sakit di Indonesia dinaungi oleh dokter dan perawat yang bisa menangangi kasus kelahiran bayi prematur. Hanya ada beberapa rumah sakit tertentu saja yang menyediakan fasilitas (inkubator) bagi bayi yang lahir prematur. Pentingnya mendapat rujukan dari para ahli bisa berdampak baik pada kelangsungan hidup bayi prematur.
ADVERTISEMENT
"Telat ditangani satu menit saja, bayi bisa tidak terselamatkan. Dalam the first golden minute (menit pertama sesaat setelah bayi lahir) dokter harus bisa memastikan bahwa bayi itu bernafas dan dalam the first golden hour (satu jam emas pertama), bayi yang lahir prematur harus segera diinfus dan ditangani dengan cepat," tutupnya.