news-card-video
30 Ramadhan 1446 HMinggu, 30 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

Siswa SMP Meninggal saat Bermain Kuda Tomprok, Ini yang Perlu Diwaspadai

23 November 2023 16:38 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Siswa SMP Meninggal saat Bermain Kuda Tomprok, Ini yang Perlu Diwaspadai.
 Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Siswa SMP Meninggal saat Bermain Kuda Tomprok, Ini yang Perlu Diwaspadai. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini siswa SMP di Bekasi meninggal dunia saat bermain kuda tomprok di sekolah pada jam istirahat. Kuda tomprok merupakan permainan tradisional yang diikuti oleh sejumlah orang dan terbagi jadi dua kelompok.
ADVERTISEMENT
Ada yang berperan sebagai kuda dan ada juga yang berperan sebagai penunggang. Kelompok yang bertugas sebagai kuda memposisikan diri mereka dengan berdiri dalam posisi nungging. Kelompok penunggang harus menaiki kuda tadi dengan melompat serta menungganginya sampai semua anggotanya lengkap.
Menanggapi kasus tersebut, Inisiator SafeKids Indonesia Wahyu Minarto atau yang akrab disapa Paman Billie, mengungkapkan permainan tradisional sebenarnya dibutuhkan anak. Sebab, permainan tradisional seringkali melibatkan aktivitas fisik, bersosialisasi sesama teman, dan dilakukan di luar ruangan.
"Tapi sayangnya ada permainan-permainan yang tanpa disadari sangat berbahaya untuk diri anak-anak. Ada beberapa aspek di sini. Pertama pengenalan risiko dan bahaya. Sekali lagi kalau Safe Kids menekankan mengenali bahaya, mengidentifikasi bahaya, dan menilai risikonya," ujar Paman Billie kepada kumparanMOM.
ADVERTISEMENT
Paman Billie menyebut, anak usia sekolah dasar sebaiknya sudah dikenalkan dengan konsep risiko dan bahaya. Sehingga saat anak sudah memasuki usia sekolah menengah pertama mereka bisa lebih memahami risiko dari sebuah permainan.
"Ketika sudah tahu bahaya dan risikonya, dia bisa menolak permainan yang berbahaya atau memilih permainan yang lebih aman buat dirinya," kata Paman Billie.
"Kalaupun dia terpaksa memainkan karena paksaan teman-temannya atau ajakan temannya atau yang kita sebut peer pressure, dia harus bisa menolak itu dengan baik," imbuhnya.
Ilustrasi kursi dan menja sekolah. Foto: Shutterstock
Tak hanya itu, peran orang dewasa juga sangat penting. Menurutnya, sekolah atau orang tua juga harus bisa mengidentifikasi apakah suatu permainan berbahaya atau tidak dan menilai risikonya.
"Jadi kita sebagai orang tua atau dewasa, guru atau orang tua punya otoritas untuk mencegah atau melarang anak itu bermain atau beraktivitas yang berbahaya termasuk permainan seperti ini," ujar Paman Billie.
ADVERTISEMENT
Semantara untuk lingkungan sekolah, diharapkan lebih peka lagi dengan permainan yang dimainkan oleh siswanya. Sebab, di sekolah ada guru biologi atau guru olahraga yang memahami tentang anatomi tubuh yang sensitif, seperti area belakang kepala, leher, hingga tulang punggung.
"Jadi kalau kenapa-napa terjadi pada kepala, bagian belakang kepala, leher, tulang punggung, itu akibatnya fatal seperti kejadian ini. Jadi ada 2 peran, ada 2 aktor di sini. Yaitu anak itu sendiri dan juga orang dewasa, yaitu guru dan orang tua," ungkapnya.
Jadi, peran anak dan orang dewasa sangat penting dalam kegiatan bermain anak ya, Moms.