Siswi SD Meninggal Tenggelam saat Kegiatan Pramuka, Ini yang Perlu Diwaspadai

19 Februari 2024 18:15 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana saat para pelajar SD Negeri Lajer 1, Kabupaten Indramayu, bermain di Sungai Penarikan di tengah kegiatan Pramuka, Sabtu (17/2/2024). Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Suasana saat para pelajar SD Negeri Lajer 1, Kabupaten Indramayu, bermain di Sungai Penarikan di tengah kegiatan Pramuka, Sabtu (17/2/2024). Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tiga siswi Sekolah Dasar (SD) Negeri Lajer I di Kecamatan Tukdana, Kabupaten Indramayu tenggelam di sungai pada Sabtu (17/2). Mereka tenggelam saat mengikuti kegiatan Pramuka dan melintasi pinggiran sungai.
ADVERTISEMENT
Guru atau pembina sebenarnya sudah melarang anak-anak bermain di pinggir sungai, namun tetap ada yang melakukannya. Mereka terbawa arus sungai dan ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.

Apa yang perlu dievaluasi agar kejadian serupa tidak terjadi lagi?

Moms, kejadian seperti itu rasanya bukan kali pertama terjadi. Inisiator SafeKids Indonesia, Wahyu Minarto atau yang akrab disapa Paman Billie mengimbau agar semua tim penyelenggara kegiatan harus lebih melakukan persiapan yang matang, khususnya terkait keselamatan.
“Kegiatan yang diadakan sekolah atau seperti Pramuka ekstrakurikuler itu seharusnya juga bisa diperhatikan keselamatannya,” ujar Paman Billie kepada kumparanMOM.
Korban ketiga siswa SD yang tenggelam saat kegiatan Pramuka di Indramayu ditemukan, Minggu (18/2/2024). Foto: kumparan
Paman Billie menyebut tim penyelenggara atau pihak sekolah harus melakukan persiapan yang matang sebelum melakukan kegiatan. Pengecekan ini harus dilakukan dari berbagai aspek terutama sisi keselamatan.
ADVERTISEMENT
“Dibahas dulu tentang persiapan-persiapan misalnya perjalanannya ke mana, naik apa, di sana seperti apa rundownnya, ada yang mengawasi ada juga, dan juga pembahasan tentang keselamatan,” tutur Paman Billie.
''Jadi misalnya kalau di sungai diperhatikan curah hujannya, kalau curah hujan tinggi pasti debit aliran sungainya tinggi,” sambungnya.
Apabila semua hal terkait keselamatan sudah diantisipasi, sebaiknya tim dan pihak orang tua bisa melakukan pembahasan apakah kegiatan akan tetap dilanjutkan atau ditunda.
Ilustrasi tenggelam. Foto: Shutter Stock
Di sisi lain, penyelenggara juga harus melakukan survei pendahuluan untuk mengetahui medan yang akan dilalui.
Survei dilakukan untuk mengetahui rute dari lokasi ke parkiran kendaraan. Pengecekan medan juga harus dilakukan dengan menyusuri titik awal hingga akhir perjalanan.
“Jika semua itu sudah, setelah itu harus diperhatikan bagaimana tindakan penyelamatan yang harus dilakukan apabila ada keadaan darurat,” kata Paman Billie.
Ilustrasi anak alami cedera. Foto: Shutter Stock
Misalnya cedera lecet, berdarah, terkilir, berarti harus ada yang bisa melakukan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K). Lalu sampai ke risiko yang besar seperti tenggelam hingga hanyut.
ADVERTISEMENT
Pihak penyelenggara juga jangan ragu untuk mengajak tim ahli apabila merasa perlu atau butuh. Kemudian, pastikan menyimpan kontak darurat, seperti polisi dan juga Basarnas.
“Orang tua juga harus kritis selalu bertanya terkait kegiatan tersebut,” tutup Paman Billie.