STOP! Jangan Lagi Lakukan 5 Hal Ini di Depan Anak

20 Januari 2018 10:53 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Anak Sedih (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
com-Anak Sedih (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Anda mungkin bukan selebriti. Tapi bila sudah punya anak, hampir dapat dipastikan Anda kini memiliki pengagum sejati. Layaknya pengagum, segala yang Anda katakan atau lakukan akan diperhatikan, diingat bahkan ditirunya. Dengan kata lain, semua gerak-gerik Anda dan cara Anda mengasuhnya membawa pengaruh pada anak --tidak hanya fisik, psikis namun juga perkembangan sosialnya.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, Anda perlu waspada dan hati-hati selalu Moms. Hindari melakukan hal-hal yang akan merugikan. Kali ini, kumparanMom (kumparan.com) merangkum beberapa kesalahan yang jelas merugikan namun sering dilakukan orang tua. Apa saja?
Berkata Kotor
Anda terbiasa mengucap kata kotor di depan anak? Meski tidak pada anak, coba awasi kembali kata-kata yang Anda pilih. Saat ngobrol dengan teman misalnya? Stop! Anak bisa tetap mendengarnya, lho. Atau saat emosi Anda tersulut saat ada yang menyalip kendaraan Anda? Menonton TV? Hingga kata-kata yang Anda tulis di group Whatsapp atau kolom komentar di media sosial? Bukan tak mungkin anak juga tak sengaja membacanya.
Tidak ingin kan, anak ikut-ikutan berkata kotor. Lebih bahaya lagi, kalau kebiasaan berkata kotor ini sampai terbawa di kehidupan sehari-hari anak atau anak tumbuh sebagai seorang "pemaki".
ADVERTISEMENT
Berteriak pada Anak
Menurut penelitian, setiap anak terdapat lebih dari 10 triliun sel otak yang sudah siap tumbuh. Sementara itu, setiap kali bentakan atau teriakan pada anak dapat membunuh lebih dari 1 miliar sel otak pada setiap waktunya.
Pada tingkatan lebih lanjut, kepribadian anak dapat juga terganggu. Seperti tumbuh menjadi pribadi yang emosional, pendengar yang kurang baik, kurang inisiatif karena takut salah dan sebagainya. Sedih, ya?
Maka, pikir dua kali sebelum Anda kehilangan kesabaran atau terpancing untuk menaikkan nada suara saat bicara dengan anak. Percaya lah, bicara baik-baik dengan memberi anak pemahaman tentang sesuatu yang ingin Anda minta anak kerjakan misalnya, akan lebih didengar dan diingat anak.
Seks di dekat Anak
Ilustrasi berhubungan intim (seks). (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi berhubungan intim (seks). (Foto: Pixabay)
Tetap menjaga frekuensi hubungan seks dengan pasangan jelas penting. Namun, jangan lakukan dekat anak. Beberapa penelitian menyebut, anak yang melihat orangtuanya berhubungan seks akan berpotensi mengalami gangguan psikologis. Tidak menutup kemungkinan, anak akan meniru apa yang dilihatnya hingga melakukan penyimpangan.
ADVERTISEMENT
Karena itu, biasakan melakukan hubungan seks di ruangan yang terpisah dari anak dan kunci ruangan! Jangan mengambil risiko meski anak sedang tidur di sebelah Anda misalnya. Kita tidak pernah tahu kapan ia terbangun atau membuka mata, kan? Lebih baik lagi bila Anda dapat menyiapkan kamar terpisah untuk anak setidaknya saat anak sudah berusia dua tahun.
Bertengkar di depan anak
Ilustrasi anak yang melihat pertengkaran orangtua (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak yang melihat pertengkaran orangtua (Foto: Thinkstock)
Hal ini sangat tidak dianjurkan karena dapat membawa banyak dampak negatif. Mulai dari rasa bersalah pada anak, kesepian, ketakutan, kebingungan hingga depresi dan gangguan mental yang lebih serius.
Anak perlu melihat orang tuanya memiliki hubungan yang baik dan penuh cinta. Bila ada masalah yang harus Anda selesaikan, tahan emosi dan tunggulah sampai anak tidak berada di rumah misalnya. Atau bila sulit menunggu, selesaikan masalah Anda dan pasangan di luar rumah saja.
ADVERTISEMENT
Anda punya cerita atau pengalaman lain tentang hal-hal yang perlu dihindari ketika mengasuh anak? Yuk, sampaikan di kolom komentar!