Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Studi: Anak Minum Susu saat Sarapan Bantu Penuhi Kebutuhan Kalsium dan Vitamin D
9 November 2024 14:00 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sarapan bagi anak-anak juga memegang peranan yang tidak kalah penting untuk membantunya berkegiatan setiap hari, serta mengoptimalkan tumbuh kembangnya.
Namun, dalam temuan studi South East Asian Nutrition Surveys II (SEANUTS II) mengemukakan bahwa hanya 32 persen anak-anak di Indonesia berusia 2-12 tahun mengonsumsi sarapan yang memadai.
Masih dalam hasil studi yang sama, SEANUTS II juga menemukan bahwa anak-anak di Indonesia belum memenuhi rekomendasi kebutuhan rata-rata harian untuk kalsium (78 persen) dan vitamin D (92 persen). Bila tidak segera diatasi, maka berisiko menimbulkan masalah serius dalam tumbuh kembangnya.
Kalsium dan vitamin D saling berkaitan dalam pemenuhan gizi harian, yang bisa dilakukan lewat sarapan. Dan salah satu yang tidak boleh terlewatkan saat sarapan adalah konsumsi susu atau produk susu.
ADVERTISEMENT
"Diharapkan anak dapat sarapan yang baik untuk mencegah defisiensi vitamin D dan kalsium. Sumber yang mudah dikonsumsi adalah dairy atau susu atau produk susu. Sampai sekarang itu yang paling mudah kita sarankan kepada orang tua, mudah dan cepat dikonsumsi," jelas peneliti utama SEANUTS II di Indonesia, Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K), dalam rilis temuan SEANUTS II di The Hermitage, Jakarta Pusat, Jumat (8/11).
dr. Rini menjelaskan, konsumsi seporsi produk susu saat sarapan akan membantu menambah asupan harian vitamin D 4,4 hingga 10,6 kali lebih tinggi, serta asupan harian kalsium 2,5 hingga 4,2 kali lebih tinggi, dibandingkan anak-anak yang sarapan tanpa susu.
Tingkat Konsumsi Susu pada Anak-anak Indonesia Masih Rendah
Sayangnya, menurut dr. Rini, tingkat konsumsi susu saat sarapan pada anak-anak di Indonesia terbilang masih rendah. Hal ini juga ikut diteliti oleh SEANUTS II yang diselenggarakan oleh FrieslandCampina bekerja sama dengan Universitas Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Pada penelitian ini didapatkan hasil 98 persen anak sudah konsumsi sarapan. Tetapi memang, konsumsi dairy masih rendah yaitu 16 persen. Jadi secara keseluruhan memang masih rendah konsumsi susu," ungkap Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, itu.
Apa saja faktor penyebab masih rendahnya konsumsi susu saat sarapan pada anak-anak?
Ditemukan bahwa faktor pendapatan dan lokasi tempat tinggal berpengaruh pada seberapa rutin konsumsi susu pada anak-anak, Moms. Misalnya, anak-anak yang berasal dari keluarga menengah ke atas dan tinggal di daerah perkotaan, cenderung mengonsumsi susu saat sarapan.
Temuan tersebut mengungkap sebanyak 34 persen anak dari keluarga dengan income lebih tinggi mengonsumsi susu saat sarapan, disusul dengan anak dari keluarga dengan income menengah (24 persen), berpendapatan rendah (17 persen), dan keluarga miskin (9 persen).
ADVERTISEMENT
Sedangkan anak-anak yang tinggal di daerah perkotaan (19 persen) lebih cenderung mengonsumsi susu ketimbang mereka yang tinggal di pedesaan (12 persen)
Selain itu, temuan SEANUTS II menyatakan kelompok anak usia 2-6 tahun dianggap lebih sering mengonsumsi produk susu dibandingkan anak-anak yang berusia lebih tua (7-12 tahun). Dan rata-rata konsumsi susu saat sarapan adalah satu porsi atau setara dengan segelas susu.
Lantas, bagaimana seharusnya susu dikonsumsi setiap pagi oleh anak-anak?
dr. Rini menyebut anak yang rutin mengonsumsi susu pada sarapan akan memiliki asupan mikronutrien esensial yang lebih tinggi, termasuk kalsium dan vitamin D.
Menurut studi SEANUTS II, produk susu yang bisa diberikan kepada si kecil meliputi produk susu hewani (cair dan bubuk), yoghurt, dan keju dengan ketentuan satu porsi per hari.
ADVERTISEMENT
"Susu mungkin biasanya dimasukkan ke snack karena mudah dibawa. Jadi, menambahkan susu pada breakfast penting karena mengejar kandungan kalsium dan vitamin D, porsi makanan besarnya boleh dikurangi tapi ditambah susu," tutup dia.