Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Studi: Ibu Hamil dengan Morning Sickness Parah Bisa Picu Depresi
21 November 2022 9:09 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Mual dan muntah di pagi hari (morning sickness) merupakan hal yang normal terjadi saat kehamilan . Tetapi, sebuah studi yang dilakukan Imperial College London menemukan bahwa, jika mual yang dialami ibu hamil sangat parah --atau kondisi yang bisa disebut hiperemesis gravidarum-- pada awal kehamilan, lebih mungkin memicu depresi selama dan setelah kehamilan.
ADVERTISEMENT
Ya Moms, penelitian yang dikutip dari laman Healthline mengungkapkan, sekitar 0,5 hingga 2 persen ibu hamil mengalami kondisi hiperemesis gravidarum (HG). Para peneliti melakukan uji klinis terhadap 200 wanita hamil, dan peserta yang menunjukkan tanda-tanda HG, sekitar setengah dari jumlahnya lebih cenderung mengalami depresi.
Hasil lain menunjukkan sekitar setengah dari 200 wanita yang diteliti mengalami depresi selama kehamilan, sementara 29 persen lainnya mengalaminya setelah kehamilan. Kemudian kelompok wanita yang tidak menunjukkan tanda-tanda HG, hanya 6 persen yang mengalami depresi selama kehamilan, dan 7 persen mengalaminya setelah melahirkan.
"Studi kami menunjukkan bahwa wanita dengan HG, delapan kali lebih mungkin menderita depresi antenatal, dan empat kali lebih mungkin mengalami depresi pascakelahiran," kata penulis utama studi Dr. Nicola Mitchell-Jones.
ADVERTISEMENT
Mengapa Bisa Alami Depresi saat Kehamilan dan Bagaimana Mencegahnya
Kehamilan memang bisa menyebabkan berbagai perubahan, tidak hanya bagi tubuh tetapi juga kondisi mental. Sekitar 15-25 persen wanita setelah kehamilan hingga setelahnya bisa mengalami depresi. Namun, menurut asisten profesor di Ohio State University’s Wexner Medical Center, Dr. Melissa Goist, angka ini masih bisa berbeda karena banyak wanita yang menyembunyikan perasaan depresi ini karena khawatir akan dianggap buruk oleh orang-orang di sekitarnya.
Sementara itu, dokter kandungan Lenox Hill Hospital in New York City, Dr. Jennifer Wu, menjelaskan bahwa pengalaman hamil pada setiap ibu yang berbeda-beda juga bisa menyebabkan kondisi mental yang berbeda pula.
"Beberapa wanita menjalani kehamilan dengan mudah, mendapat cukup istirahat dan tidur nyenyak. Sehingga ketika memiliki bayi baru lahir, mereka bisa mengatasinya dengan sangat baik. Tetapi, jika Anda mengalami hiperemesis parah dan merasa kehamilan sulit, maka Anda lebih berisiko merasa kewalahan sebagai ibu," tutur Dr. Wu.
Untuk mencegah depresi berlangsung lama selama kehamilan, ia menyarankan ibu hamil agar mendapatkan konseling sedini mungkin. Selain itu, perlu juga untuk berkomunikasi dengan dokter kandungan tentang perasaannya selama mengalami morning sickness di awal kehamilan. Sehingga dapat meminimalisir terjadinya depresi pascapersalinan.
ADVERTISEMENT
"Mereka benar-benar harus memberi tahu dokter tentang bagaimana perasaan mereka dan apa yang terjadi. Karena terkadang pasien yang mengalami hiperemesis yang parah, kondisinya bisa sangat buruk dan akhirnya membutuhkan perawatan," jelas Dr. Wu.
Yang tak kalah penting adalah dukungan dari suami, keluarga, dan teman di sekitar Anda, Moms. Ceritakan kepada mereka hal-hal yang menyulitkan selama mengalami morning sickness, dan jelaskan apa yang Anda butuhkan untuk membantu meredakannya.
"Biarkan ibu merasa didukung dengan diberi waktu untuk mengurus dirinya sendiri, seperti berolahraga, pijat, atau meditasi. Mendengarkan kekhawatiran dan masalah ibu hamil dapat secara signifikan bermanfaat bagi kesehatan mereka," tutup Dr. Goist.