Studi: Paparan Suara Bising Dalam Waktu Lama Bisa Ganggu Kualitas Hidup Anak

2 Mei 2025 15:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bila sering diancam, anak justru akan memberontak Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Bila sering diancam, anak justru akan memberontak Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Orang tua yang baru memiliki bayi akan memiliki kewaspadaan agar bayinya tidak terganggu dengan suara bising atau berisik. Sehingga, ketika ada suara-suara yang mengganggu dan keras, Anda mungkin akan langsung berkata 'Kecilkan volumenya!".
ADVERTISEMENT
Meski terdengar sepele, tetapi paparan kebisingan sejak bayi bisa berdampak sepanjang hidup anak. Kok bisa?
Akademi Dokter Anak Amerika Serikat (AAP) dalam jurnal Pediatrics edisi November 2023 menjelaskan kebisingan yang berlebihan bisa menimbulkan bahaya kesehatan, bahkan hingga usia dewasa. Sayangnya, masalah kesehatan serius ini sebagian besar tidak disadari.
"Anak-anak memiliki liang telinga yang lebih kecil daripada orang dewasa, yang memperkuat suara dengan frekuensi lebih tinggi. Dan yang perlu diperhatikan bukan hanya volume, tetapi juga seberapa lama dan seberapa sering anak-anak terpapar kebisingan," kata penulis utama Sophie J. Balk, MD, FAAP, mantan ketua Dewan Kesehatan Lingkungan dan Perubahan Iklim.
"Kebisingan sehari-hari yang umum, seperti lalu lintas jalan raya atau televisi yang diputar juga dapat mengganggu tidur, proses belajar, dan kualitas hidup. Sangat penting untuk mencegah paparan kebisingan yang berbahaya sejak dini dalam kehidupan anak," imbuh dia.
ADVERTISEMENT

Risiko Gangguan Pendengaran yang Rentan Dialami Anak Akibat Paparan Bising Berkepanjangan

Paparan volume tinggi yang berlebihan atau berkepanjangan dapat mengakibatkan gangguan pendengaran, seperti tinitus (telinga berdenging) atau hiperakusis (sensitif terhadap suara, akan terasa sangat keras dan menyakitkan).
Anak Melakukan Pemeriksaan Telinga di Dokter THT. Foto: Shutter Stock
Gangguan pendengaran sensorineural terjadi akibat kerusakan pada telinga bagian dalam dan biasanya tidak dapat disembuhkan. Mendengarkan musik keras, baik dengan alat bantu dengar seperti headset atau earphone, atau di konser, dapat menyebabkan gangguan pendengaran sensorineural, bahkan pada anak-anak dan remaja.
Gangguan ini juga cenderung menyebabkan gangguan pendengaran pada masa dewasa, dan bisa menjadi serius, Moms.
"Saat menggunakan alat bantu dengar pribadi, anak harus dapat mendengar saat diajak bicara dan harus beristirahat dari alat bantu dengar tersebut," kata Brian K. Reilly, MD, FAAP, FACS, salah satu penulis pernyataan kebijakan dan anggota Bagian THT & Bedah Kepala dan Leher.
ADVERTISEMENT
"Akademi Dokter Anak Amerika juga menyarankan orang tua maupun pengasuh untuk tidak membawa anak kecil ke tempat yang terlalu bising, seperti konser, acara olahraga, atau pertunjukan kembang api. Jika mereka menghadiri acara seperti ini, anak-anak harus menggunakan penutup telinga pelindung, termasuk pada bayi," imbuh dia.

Rekomendasi Paparan Suara pada Anak-anak

Satu studi menemukan 60 persen remaja dan dewasa muda melebihi dosis kebisingan harian maksimum yang direkomendasikan, terutama jika ada kebisingan di latar belakang seperti mendengarkan musik lewat headset. Sering kali, tanpa disadari pengguna akan meningkatkan volume ketika mendengar suara bising di sekitarnya.
Ambang batas kebisingan maksimum didasarkan pada standar 85 desibel (dB), yang dirata-ratakan selama 8 jam digunakan dalam lingkungan kerja dan ditujukan untuk orang dewasa. Jadi, ambang batas ini tidak boleh dianggap aman untuk anak-anak atau remaja, menurut AAP.
ADVERTISEMENT
Sebagai konteks, suara sepeda motor, konser rock, dan bioskop berkisar antara 80 hingga 115 desibel, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC Amerika Serikat)
Kebisingan di atas 70 desibel dalam jangka waktu lama dapat mulai merusak pendengaran. Kemudian, suara keras di atas 120 desibel, seperti suara guntur atau pesawat lepas landas, dapat menyebabkan kerusakan langsung pada telinga.
Maka dari itu, AAP merekomendasikan agar orang tua dan pengasuh mempertimbangkan bahwa jika suatu lingkungan di sekitarnya terdengar terlalu keras bagi orang dewasa, kemungkinan besar lingkungan tersebut juga terlalu keras bagi anak-anak. Termasuk pada volume televisi, radio, maupun perangkat lainnya.