news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Studi: Program Bayi Tabung Lebih Berisiko Sebabkan Komplikasi hingga Kematian

17 Maret 2023 8:55 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bayi tabung. Foto: Shutter stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bayi tabung. Foto: Shutter stock
ADVERTISEMENT
Program bayi tabung atau IVF populer dalam beberapa waktu terakhir karena meningkatkan peluang kehamilan bagi beberapa pasangan yang kesulitan mendapatkan anak. Sejauh ini program bayi tabung juga disebut aman dan banyak pasangan yang telah membuktikannya.
ADVERTISEMENT
Namun, ada fakta baru dalam studi yang dilakukan di Amerika Serikat belum lama ini. Wanita yang menjalani program bayi tabung disebut dua kali lebih mungkin menderita komplikasi kehamilan yang berpotensi mematikan.
Tapi tenang Moms, sebab secara umum risiko tersebut masih rendah dan para peneliti meminta pasangan untuk tidak lantas berhenti melakukan perawatan kesuburan.
Penelitian ini melibatkan 2,2 juta ibu hamil, termasuk 5.874 yang dibantu teknologi seperti melalui IVF, inseminasi intrauterin, dan teknik lainnya. Penelitian dilakukan sepanjang tahun 2016 hingga 2018. Hasilnya telah dipresentasikan di Sekolah Tinggi Kardiologi Amerika pada 4-6 Maret di New Orleans, AS.

Mengapa Program Bayi Tabung Lebih Berisiko?

Ilustrasi bayi tabung. Foto: Shutter stock
Para peneliti menemukan risiko preeklamsia yang jauh lebih tinggi berupa timbulnya tekanan darah tinggi dan kemungkinan kerusakan organ, pada kelompok bayi tabung. Hal ini menempatkan ibu hamil pada risiko eklamsia yang juga lebih tinggi, yang dapat menyebabkan kejang, koma, dan kematian dalam kasus yang serius.
ADVERTISEMENT
Dailymail melansir, penelitian sebelumnya menyebutkan program bayi tabung dapat menimbulkan risiko yang lebih tinggi karena sel telur dapat ditanam di tempat yang berbeda di dalam rahim, sehingga menyebabkan plasenta tumbuh secara berbeda. Selain itu mereka juga dua kali lebih mungkin menderita komplikasi kehamilan yang berpotensi mematikan dibandingkan dengan ibu yang hamil secara tradisional.
Kondisi inilah yang dialami selebriti Kim Kardashian dan penyanyi Beyonce dan diperkirakan mempengaruhi sekitar lima persen kehamilan di AS dan Inggris.
Dr Ahmad Mustafa, seorang ahli jantung di Rumah Sakit Universitas Staten Island yang memimpin penelitian tersebut, bahkan mengaku terkejut dengan hasil penelitian itu.
"Beberapa penelitian sebelumnya melihat komplikasi kardiovaskular dari 'kehamilan yang dibantu teknologi' secara rinci, dan tidak ada dari mereka yang menilai komplikasi ini," ujar Dr Mustafa.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu Dr Mustafa menyarankan, ibu yang melahirkan dengan program bayi tabung perlu melakukan perawatan kardiovaskular lanjutan.
Ilustrasi ibu hamil merasa tidak nyaman. Foto: christinarosepix/Shutterstock
Penelitian lain yang berkaitan dengan penelitian ini diterbitkan pada bulan September 2022. Hasilnya disimpulkan, ibu dengan kehamilan IVF 74 persen lebih berisiko mengalami preeklamsia dibandingkan ibu yang hamil dengan cara tradisional.
Para ilmuwan telah menyadari bahwa kehamilan IVF dapat menimbulkan risiko lebih tinggi bagi ibu. Mereka juga lebih mungkin menderita diabetes gestasional atau plasenta previa, yaitu kondisi plasenta menutupi sebagian atau seluruh pembukaan rahim. Selain itu, risiko preeklamsia juga lebih tinggi, bahkan 2 kali lipat pada ibu yang hamil dengan bantuan teknologi.
Preeklamsia biasanya muncul setelah 20 minggu kehamilan dan bisa berakibat fatal bagi ibu dan bayinya. Terkadang tidak ada gejala tertentu yang dirasakan ibu, namun bisa ditandai dari tekanan darah tinggi dan protein dalam urine.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini umum terjadi, mempengaruhi kira-kira satu dari 25 kehamilan di Amerika Serikat. Preeklamsia juga dapat berkembang menjadi eklamsia yang ditandai dengan kejang yang bisa disertai koma dan mengancam jiwa.
Ilustrasi preeklamsia pada ibu hamil. Foto: Shutterstock
Moms, mengalami preeklamsia sekali dapat meningkatkan risiko untuk mengalaminya lagi pada kehamilan kedua. Belum diketahui apa penyebab kemungkinan berulangnya kondisi tersebut, namun menurut para peneliti, bisa jadi karena perkembangan janin yang berbeda.
Penelitian ini juga menyebut, wanita yang kehamilannya dibantu teknologi, 33 persen lebih lama dirawat di rumah sakit dibanding wanita dengan kehamilan tradisional. Meski demikian, Dr Mustafa menegaskan, para wanita tak perlu ragu untuk menjalani program bayi tabung. Sebab dokter akan menilai risiko pada masing-masing orang sebelum memutuskan apa metode kehamilan yang cocok.
ADVERTISEMENT
"Memiliki dua kali risiko preeklamsia dibandingkan dengan kehamilan tradisional seharusnya tidak menyurutkan orang untuk mempertimbangkan teknologi reproduksi bantuan. Namun, penting untuk menindaklanjuti dengan spesialis kardio-obstetri atau kedokteran janin ibu untuk perawatan yang tepat dan manajemen tepat waktu jika masalah kardiovaskular muncul," tuturnya.