Studi: Screen Time 1 Jam per Hari Bisa Sebabkan Masalah Sensorik pada Balita

14 November 2024 13:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak memakai gadget. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak memakai gadget. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Screen time atau waktu layar dengan menatap gadget atau TV dibatasi pada anak-anak, khususnya bayi dan balita. Sebab, banyak penelitian telah membuktikan dampak terlalu banyak screen time dapat memengaruhi perkembangan anak, seperti gangguan kesehatan fisik, perkembangan kognitif, sosial-emosional, hingga pola dan kualitas tidur yang tidak baik.
ADVERTISEMENT
Tidak sampai di situ, sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti Drexel University di Philadelphia, Amerika Serikat, menemukan memberi balita screen time satu jam dalam sehari saja dapat menambah risiko dua kali lipat mengganggu perilaku dan kemampuan sensorik yang tidak biasa. Salah satunya ketidakmampuan balita merespons saat namanya dipanggil saat usianya 33 bulan.
Dikutip dari Daily Mail, setiap tambahan satu jam screen akan menggandakan risiko masalah perilaku sensorik di kemudian hari, dibandingkan anak=anak yang tidak terpapar.
Anak-anak dengan gangguan pemprosesan sensori, --yang sering kali terjadi bersamaan dengan ADHD dan gangguan spektrum autisme (ASD)--, mungkin akan sangat sensitif terhadap cahaya dan suara keras. Atau mereka mungkin mencari rangsangan tambahan dengan cara lain.
ADVERTISEMENT
Temuan peneliti ini menambah daftar panjang efek yang berpotensi lebih parah akibat terlalu banyak menghabiskan waktu di depan layar. Termasuk keterlambatan bahasa, fungsi kognitif yang buruk, dan main perkembangan autisme.

Meningkatnya Durasi Screen Time pada Anak dalam Beberapa Dekade Terakhir

Kenyataannya, jumlah anak yang terpapar screen time dari usia dini semakin bertambah dalam beberapa dekade terakhir. Di Amerika Serikat, pada tahun 2014, anak-anak berusia di bawah dua tahun rata-rata menghabiskan lebih dari tiga jam sehari di depan layar. Atau naik dari 1 jam 19 menit dalam sehari yang diteliti pada tahun 1997.
Ilustrasi anak bermain gadget. Foto: Melly Meiliani/kumparan
Para peneliti dari Drexel University menganalisis hampir 1.500 anak yang diambil antara tahun 2011 dan 2014. Para orang tua ditanyai tentang tingkat paparan screen time anak di usia 12 bulan, 18 bulan, dan 24 bulan.
ADVERTISEMENT
Di usia 18 bulan, setiap tambahan satu jam screen time meningkatkan kemungkinan si kecil menunjukkan perilaku sensorik 'tinggi' yang terkait dengan penghindaran sensasi, yaitu anak yang melarikan diri saat mendapat rangsangan berlebihan, seperti mendengar suara keras, melihat cahaya yang terang, atau rasa dan bau yang tidak menyenangkan. Serta, rendahnya rangsangan eksternal hingga 23 persen yang salah satunya tidak merespons ketika namanya dipanggil.
"Mengingat hubungan antara screen time yang lama dan makin banyaknya masalah perkembangan dan perilaku, mungkin akan bermanfaat jika balita yang menunjukkan gejala-gejala tersebut untuk mengurangi screen time-nya. Bersamaan dengan itu, anak bisa menjalani terapi okupasi untuk memaksimalkan kembali pemrosesan sensorik," ucap penulis utama dari Fakultas Kedokteran Drexel University, Dr. Karen Heffler.
ADVERTISEMENT
Studi yang diterbitkan di jurnal JAMA Pediatrics menyebut studi ini difokuskan pada anak-anak yang menonton televisi dan DVD terlalu lama. Dan belum berfokus pada gadget atau smartphone yang saat ini sudah begitu banyak penggunanya, bahkan anak-anak. Tetapi, kemungkinan besar dampaknya akan mirip pada anak yang terpapar terlalu lama screen time dengan menggunakan gadget.