Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Studi Sebut Orang Tua Sering Tak Sadar Punya Anak Favorit, Yuk Cegah dengan Ini!
25 Januari 2025 14:00 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Penelitian terbaru yang dilakukan Brigham Young University, Amerika Serikat, mengungkapkan bagaimana orang tua mungkin secara tidak sadar menunjukkan favoritisme berdasarkan urutan kelahiran, kepribadian, dan jenis kelamin anak.
Dikutip dari Science Daily, penelitian oleh BYU School of Family Life yang dipimpin Professor Alex Jensen menemukan bahwa anak bungsu menerima perlakukan yang lebih baik dari orang tua mereka. Sementara anak sulung seringkali diberi lebih banyak otonomi, dan orang tua tidak terlalu mengontrol mereka saat mereka tumbuh dewasa.
"Sangat membantu untuk mengambil temuan dari penelitian ini dan menyadari pola-pola yang mungkin terjadi dalam keluarga Anda. Jika orang tua menyadarinya, mereka dapat membuat penyesuaian kecil yang menguntungkan semua orang," tutur Jensen.
Penelitian tersebut menemukan bahwa orang tua cenderung lebih menyayangi anak perempuan daripada anak laki-laki. Meskipun hanya orang tua yang cenderung menyadari bias atau favoritisme tersebut, dan anak-anaknya tidak.
ADVERTISEMENT
Kepribadian juga memainkan peran besar, Moms. Anak-anak yang memiliki kepribadian menyenangkan dan bertanggung jawab --terlepas dari urutan kelahiran atau jenis kelamin-- umumnya menerima perlakuan yang lebih baik juga dari ayah dan ibunya.
"Kebanyakan orang tua mungkin lebih mudah terhubung dengan satu anak daripada yang lain. Entah itu karena kepribadian, urutan kelahiran, jenis kelamin, atau hal-hal lain seperti minat yang sama," ujar dia.
"Perhatikan pola-pola tersebut dalam diri Anda. Perhatikan bagaimana anak-anak Anda bereaksi terhadap hal-hal yang dapat dianggap sebagai favoritisme," imbuh Jensen.
Dampak Favoritisme Orang Tua terhadap Anaknya
Meski begitu, Jensen menyoroti fenomena ini tidak hanya tentang persaingan antarsaudara, tetapi juga bisa menyinggung kesejahteraan masing-masing anak.
Penelitian lain telah menunjukkan bahwa anak-anak yang merasa kurang disukai oleh orang tua mereka, maka lebih mungkin mengalami kesehatan mental yang buruk. Termasuk terlibat dalam perilaku bermasalah di rumah atau sekolah.
ADVERTISEMENT
"Perhatikan hal-hal yang tampak tidak adil dalam keseharian. Anak-anak Anda akan memberi tahu Anda jika mereka merasa ada yang tidak adil. Perhatikan mereka saat mereka mengungkapkannya. Entah mereka kurang memiliki perspektif dan pemahaman, atau Anda perlu membuat beberapa perubahan dalam pola asuh Anda. Pastikan Anda terbuka terhadap hal tersebut," tutur Jensen.
Dalam penelitian ini, Jensen dan rekan-rekannya memeriksa data dari lebih dari 19.000 orang, yang diambil dari berbagai sumber yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan. Penelitian ini memberikan pandangan luas tentang bagaimana preferensi orang tua terwujud dan bagaimana preferensi tersebut dapat memengaruhi anak-anak sepanjang hidup mereka.
"Terkadang orang tua terlalu khawatir tentang memperlakukan anak-anak mereka dengan cara yang sama, sehingga mereka mungkin mengabaikan kebutuhan masing-masing," kata Jensen.
ADVERTISEMENT
"Kami tidak menyarankan orang tua untuk merasa bersalah. Sebaliknya, orang tua dapat melihat penelitian ini dan menggunakannya sebagai dorongan untuk melihat hal-hal yang dapat mereka tingkatkan dalam pengasuhan, tanpa bersikap ekstrem," lanjutnya.
Lebih lanjut, Jensen menyadari dinamika favoritisme di dalam sebuah keluarga masih jarang dibahas, padahal sering dirasakan oleh anak-anaknya. Favoritisme, baik yang disengaja maupun tidak, dapat membentuk hubungan antarsaudara dan kesejahteraan individu. Dengan mengenali pola-pola ini, orang tua diharapkan dapat membina ikatan keluarga yang lebih kuat dengan cara yang bermakna.
Menurut Jensen, jawaban sederhana untuk mengatasi permasalahan ini adalah cobalah lebih bersabar dengan diri sendiri dulu, dan juga kepada anak-anak.
"Luangkan waktu bersama. Lakukan hal-hal yang Anda sukai bersama. Lakukan hal-hal yang disukai anak-anak Anda bersama. Bekerja bersama, melayani orang lain bersama, beribadah bersama. Hubungan membutuhkan waktu dan waktu bersama untuk melakukan berbagai hal yang akan memberikan banyak manfaat positif," pungkasnya.
ADVERTISEMENT