Untitled Image

Sudah Siap Punya Anak?

12 Maret 2021 11:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Keputusan untuk memiliki anak dan menjadi orang tua adalah langkah besar dalam hubungan. Ya, Moms, bila Anda dan pasangan sudah memutuskan untuk punya anak, bersiaplah dengan kehidupan bak roller coaster.
Perlu dipahami bahwa kehadiran anak memang bisa melengkapi kebahagiaan keluarga. Namun, jangan lupa, ada tanggung jawab besar yang kini Anda emban, yaitu mendidik dan membesarkan si kecil dengan baik.
Misalnya saja kondisi fisiknya tidak sehat, belum mapan secara finansial atau bahkan belum siap secara mental.
Hal ini dijelaskan oleh Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si., psikolog dari Ikatan Psikolog Klinis Indonesia, dalam wawancara bersama kumparanMOM.
Menurutnya, menyiapkan diri bersama pasangan sebelum punya anak sangatlah penting untuk menghindari berbagai dampak buruk.
Punya anak adalah langkah besar dalam berkeluarga. Sebab, ada tanggung jawab besar yang setelah itu harus diemban. Foto: Shutterstock

Bila Punya Anak sebelum Siap

"Dampaknya cukup banyak. Nanti sejauh apa dampaknya itu tergantung dari efeknya ke anak, pada usia berapa, terus sebesar apa," ujar Nina, sapaan Anna Surti Ariani kepada kumparanMOM, Sabtu (6/3).
"Sering kali muncul dalam bentuk orang tua yang mudah marah ketika anaknya tidak menurut kalau diatur. Padahal, kita tahu bahwa anak itu kan masih dalam fase tumbuh kembang. Tentunya salah satu yang berkembang adalah kebiasaan-kebiasaan baik, yang membangunnya memang butuh waktu yang sangat lama," kata psikolog yang praktik di Klinik Terpadu Psikologi UI ini.
"Kalau misalnya pembentukan kebiasaan ini diganggu dengan kemarahan-kemarahan dari orang tua, apalagi kalau ada kemarahan satu sama lain, misalnya KDRT, nah, balik lagi, pembentukan kebiasaannya tidak akan berlangsung dengan baik," tambahnya.
Lantas, bagaimana caranya mengetahui bahwa kita dan pasangan sudah siap punya anak?
Banyak hal yang akan mengubah hidup Anda setelah punya anak. Foto: Shutterstock

Tanda Anda dan Suami Sudah Siap Punya Anak

Konselor kesehatan mental bersertifikat Dr. Jaime Kulaga, Ph.D, dikutip dari Best Life, menjelaskan bahwa wajar bila Anda mengkhawatirkan banyak hal sebelum memutuskan untuk punya anak. Ada banyak hal yang akan mengubah hidup Anda setelah punya anak, dan Anda mungkin tidak akan pernah benar-benar siap menghadapi semua situasi itu.
"Anda tidak akan pernah benar-benar 'siap' untuk punya anak. Anda akan selalu bertanya-tanya apakah Anda akan menjadi ibu atau ayah yang hebat, apakah Anda akan menghasilkan cukup uang, dan banyak lagi pertanyaan-pertanyaan lainnya. Tak perlu cemas, pikiran seperti ini wajar terjadi," jelasnya.
Nina mengatakan, "Secara praktis tidak perlu melakukan pengukuran apa pun, namun kita perlu mengobservasi diri, untuk introspeksi diri, tepatnya. Saat introspeksi diri itu kita benar-benar menyadari penuh sebetulnya apa tujuan saya punya anak, juga apakah saya ini punya kemampuan untuk bisa mendidik dan menumbuhkembangkan anak seoptimal mungkin."
Selain itu, Anda juga perlu mengevaluasi hubungan dengan pasangan. Ya, Moms, saat punya anak nanti, hubungan Anda dan pasangan akan jauh lebih kompleks. Tak hanya jadi pasangan suami istri, Anda dan pasangan juga akan bekerja sama menjadi orang tua bagi si kecil.
"Kalau dari sisi pasangan, kita bisa menggali apakah kita sudah bisa berkomunikasi dengan baik, jangan-jangan selama ini kalau ada masalah kita masih saling diam, belum menyelesaikan. Apakah kita sudah bisa bekerja sama untuk nanti membesarkan seorang anak," kata psikolog anak dan keluarga ini.
"Bagi beberapa orang, punya anak itu alasannya menyelamatkan perkawinan. Padahal itu bukanlah alasan kita siap punya anak, karena itu adalah kebutuhan pribadi kita sebagai pasangan untuk bisa memperbaiki perkawinan," ujar Nina.
Kapan keluarga Anda siap punya anak? Anda harus membicarakan hal ini kepada pasangan terlebih dahulu. Foto: Shutterstock

Bila Pasangan Belum Siap Punya Anak

Anda dan pasangan mungkin belum pernah membicarakan terang-terangan soal persiapan memiliki anak. Namun, ketika Anda sudah merasa siap untuk punya anak, Anda harus membicarakan hal ini kepada pasangan.
Ada banyak kemungkinan jawaban yang akan dilontarkan pasangan Anda. Bisa jadi, Anda merasa siap, tapi pasangan belum.
Dilansir Parents, ada banyak hambatan yang mungkin membuat pasangan Anda belum merasa siap menjadi orang tua. Bisa karena masalah finansial, pengalaman masa lalu, atau khawatir kehangatan hubungannya dengan Anda berkurang setelah punya anak.
Lantas, bagaimana cara mengetahui kesiapan pasangan kita?
"Sebetulnya enggak harus yang betul-betul setara gitu. Kadang kita juga bicara kesiapannya itu berbeda-beda. Jadi contohnya gini, suami merasa sudah siap karena beberapa tahun ke depan finansialnya sudah aman, sementara istri sudah siap karena ia punya keterampilan yang cukup untuk mengasuh anak.
"Jadi, walaupun kesiapannya berbeda ya enggak apa-apa juga. Yang perlu kita sadari, bahwa kita bukan super mom and super dad tapi kita adalah super team untuk membesarkan anak," ujar Nina.
Namun, bila pasangan Anda benar-benar merasa tak siap untuk punya anak, Anda berdua harus mencari tahu apa penyebabnya, sehingga bisa menemukan solusi yang tepat. Terkadang, menurut Nina, pasangan merasa belum siap tanpa tahu alasannya.
Yang Perlu Didiskusikan Sebelum Memutuskan Punya Anak. Foto: Shutterstock

Yang Perlu Didiskusikan sebelum Memutuskan Punya Anak

Nah, Moms, bila Anda dan pasangan sudah sama-sama siap untuk punya anak, cobalah mendiskusikan beberapa hal ini terlebih dahulu. Ya, penting untuk membuat perencanaan garis besar, meskipun Anda mungkin belum punya gambaran yang jelas soal cara membesarkan anak.
"Supaya bisa membayangkan lebih mudah, kita harus sering membaca, atau menonton tentang cara-cara pengasuhan anak. Sehingga kita jadi ada bayangan: oh, saya inginnya begini. Itu yang kemudian kita bicarakan dengan pasangan, dan kita juga mengantisipasi segala macam dampaknya," jelas Nina.
Berikut adalah beberapa topik yang bisa Anda bicarakan dengan suami saat memutuskan akan memiliki anak.
Ilustrasi ibu dan anak Foto: Shutterstock
1. Pengasuhan Anak
Anda harus mendiskusikan soal pengasuhan anak sejak merencanakan kehamilan. Ya, ini adalah saat yang tepat untuk mulai berbicara tentang siapa yang akan bekerja, siapa yang akan tinggal di rumah, atau ke mana harus menitipkan anak saat si kecil sudah lahir.
"Misal salah satu harus ada yang resign. Siapa yang lebih pas untuk resign? Apakah betul ibunya? Atau justru jangan-jangan ayahnya?
"Karena saat ini ada juga stay at home dad, para ayah yang memang lebih banyak di rumah untuk mengasuh anak karena misalnya istrinya punya karier yang sangat baik, sehingga betul-betul secara finansial juga terjaga dan anak pun tetap bisa terasuh, misalnya.
"Dengan kita punya gambaran garis besar soal pengasuhan anak, hal itu juga bisa membantu kita untuk mempersiapkan fasilitas apa yang mau kita miliki," kata Nina.
Ilustarsi ayah dan anak Foto: Shutterstock
2. Cara Mendisiplinkan dan Mendidik Anak
Penting untuk membicarakan pola pengasuhan seperti apa yang akan diterapkan. Salah satunya dengan menelaah masa lalu Anda dan suami.
Sadar atau tidak, masa kecil Anda sangat berpengaruh pada kesiapan diri untuk punya anak. Cara orang tua membesarkan Anda juga berdampak besar terhadap bagaimana cara Anda nantinya mendidik anak.
"Jadi, (perlu ditelaah) dulu waktu saya kecil, saya dibesarkan orang tua saya dengan cara apa, bagian mana dari cara orang tua saya membesarkan saya yang ingin saya tiru, bagian mana yang tidak ingin saya tiru dan bagaimana caranya agar kita tidak meniru.
"Kita bicarakan juga dengan pasangan agar bisa saling menegur kalau misalnya kebablasan. Terkadang, kita punya pengalaman masa lalu yang tidak betul-betul baik. Nah, itu harus disadari dan traumanya harus disembuhkan, supaya kita tidak mengulanginya kepada anak kita," kata Nina.
Ilustrasi orang tua dan anak Foto: Shutterstock
3. Hubungan Anda dan Suami Setelah Punya Anak
Seperti dikutip dari Motherly, ketika bayi Anda lahir, ia akan menuntut hampir seluruh waktu, energi, dan cinta Anda. Ini berarti porsi untuk pasangan Anda jadi lebih sedikit.
"Anda harus lebih berhati-hati tentang waktu, energi, serta cinta yang Anda miliki dan menggunakannya untuk melindungi dan memelihara hubungan Anda dengan pasangan. Sangat mudah bagi pasangan untuk saling menjauh, bahkan tanpa sadar mereka melakukan hal itu," kata terapis hubungan pernikahan, Zach Brittle, seperti dikutip dari Motherly.
Berdiskusilah tentang hambatan-hambatan yang mungkin bisa membuat hubungan Anda dan pasangan renggang setelah punya anak dan carilah solusinya.
Ilustrasi manajemen keuangan keluarga. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
4. Finansial
Masalah keuangan merupakan salah satu pemicu terbesar pertengkaran rumah tangga.
Persiapkan dengan matang kondisi finansial Anda sebelum punya anak. Misalnya, cari tahu apa yang akan berubah? Bagaimana dengan biaya kehamilan dan melahirkan? Bagaimana Anda dan suami akan menabung untuk pendidikan dan pengeluaran anak Anda? Ya, bersikaplah saat membahas ini bersama pasangan.
"Jangan cuma berhenti di saya enggak siap punya anak. Itu jumping. Harusnya: oke, saat ini saya memang belum siap, tapi langkah-langkah yang bisa saya lakukan agar lebih siap adalah apa dan apa," kata Nina.
Jadi sekali lagi, pastikan Anda dan pasangan sudah siap secara mental sebelum memutuskan untuk punya anak. Dengan begitu, Anda bisa lebih bahagia menjalani hari-hari selama hamil dan setelah melahirkan nanti.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten