Suka Menakuti Anak dengan Cerita Horor, Apa Saja Dampak Negatifnya?

27 Desember 2024 12:23 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak takut. Foto: stockphoto mania/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak takut. Foto: stockphoto mania/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Cerita horor kerap memikat banyak orang untuk mendengar atau menyaksikannya, tidak terkecuali anak-anak. Ya Moms, cerita horor mungkin terdengar menakutkan, tetapi ada waktunya anak-anak akan tertarik dengan sendirinya untuk mendengarkan cerita horor.
ADVERTISEMENT
Menurut Psikolog Klinis Anak Rumah Dandelion, Rizqina Ardiwijaya, anak-anak usia SD atau sekitar 6-11 tahun biasanya telah menganggap cerita horor sebagai sesuatu yang menyenangkan.
"Meskipun setelah mendengar cerita horor mereka akan takut juga, enggak bisa tidur juga, tapi setidaknya mereka sudah bisa membedakan mana yang nyata, dan mana yang fiksi," ungkap Rizqina kepada kumparanMOM.
Tetapi, kondisi sebaliknya justru dialami oleh anak-anak yang usianya lebih dini. Berusaha menakuti-nakuti mereka dengan cerita horor justru akan menimbulkan dampak negatif yang bisa berkembang hingga dewasa kelak. Apa alasannya?
"Anak usia dini biasanya belum bisa membedakan mana yang fiksi dan mana yang nyata. Sehingga, ketika kita menakut-nakuti mereka atau menceritakan horor kepada mereka, maka akan muncul rasa takut yang berlebihan," tegas Rizqina.
ADVERTISEMENT
Yang perlu dipahami orang tua juga adalah rasa takut yang berkembang sejak usia dini dapat memengaruhi perasaan ketakutan anak seiring bertambah usianya.
"Rasa takut ini bisa kelak berkembang menjadi fobia, trauma, atau kecemasan," ucap dia.

Berkembangnya Rasa Takut Berdasarkan Kelompok Usia Anak

Ilustrasi anak takut. Foto: Mama Belle and the kids/Shutterstock
Tahu enggak sih, ketakutan anak sebenarnya berkembang sesuai tahapan usianya? Rizqina menjelaskan, tanpa ditakut-takuti pun anak sudah mulai mengembangkan perasaan takut, bahkan sejak bayi baru lahir.

Bayi Baru Lahir

Mulai muncul perasaan takut pada suara yang tiba-tiba muncul, misalnya suara knalpot kendaraan, tutup pintu, hingga bersin.

Usia 6-8 Bulan

Ketakutan berkembang seperti tidak mau kehilangan atau berada jauh dari caregiver atau pengasuh utamanya, seperti orang tua maupun babysitter-nya.

8-10 Bulan

Bayi akan tampak takut untuk bertemu dengan orang-orang yang baru pertama kali ditemuinya.
ADVERTISEMENT

3-5 Tahun

Balita yang diperlihatkan atau diceritakan sesuatu berbau horor akan mulai takut pada hantu, monster, zombie, kamar yang gelap, dan sejenisnya.

6-11 Tahun

Rizqina menyebut ketakutan anak akan semakin realistis, karena mereka sudah mulai memahami mana yang nyata dan khayalan. Misalnya, takut pada kecelakaan, kebakaran, perang, sakit, hingga kematian.

12 Tahun ke Atas

Ketakutan anak-ana usia remaja akan lebih cenderung terjadi pada proses sosialisasi, seperti takut dijauhi, tidak punya teman, takut kegagalan, perasaan tertinggal atau Fear Of Missing Out (FOMO).