Surat Terbuka dari kumparanMOM untuk Para Ibu

22 Desember 2018 8:40 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Surat terbuka dari kumparanMOM. (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Surat terbuka dari kumparanMOM. (Foto: Shutterstock)
ADVERTISEMENT
Hari Ibu datang lagi. Mungkin tadi pagi, ada yang bangun lebih dini untuk menyiapkan kejutan bagi Anda. Mematikan lampu teras, membuka pintu dan jendela-jendela rumah. Lalu masuk ke kamar untuk membangunkan dan membawakan Anda hadiah. Tidak lupa seikat bunga dan selembar kartu, dengan tulisan "Selamat Hari Ibu".
ADVERTISEMENT
Manis sekali ya, Moms?
Tapi kami tahu. Bukan itu yang Anda harapkan bahkan di hari yang istimewa seperti Hari Ibu. Anda berharap ada yang bisa dan mau memahami apa yang setiap hari Anda hadapi. Sehingga Anda tidak merasa berjuang sendiri, meski cuma sehari.
Kami mengerti. Kalau Anda sering merasa sendiri dan tidak ada yang mengerti, percayalah ada kami.
Kami yang juga sama-sama menyandang gelar itu. Kami yang seperti Anda, tiap hari berusaha sebaik mungkin menjalankan peran sebagai seorang Ibu.
Dengan banyak pertanyaan, kebingungan, tantangan, kesalahan-kesalahan, ekspektasi dari kanan dan kiri, dan cepatnya waktu yang membuat 24 jam terasa tidak cukup untuk menuntaskan satu hari.
ADVERTISEMENT
Ah, meski jadi ibu adalah anugerah, sepertinya memang selalu saja ada hal-hal yang membuat kita merasa menjalani peran ini sungguh bukan hal mudah. Bahkan mungkin, inilah pekerjaan yang paling susah sepanjang sejarah.
Anda ingat Dilan, Moms? Dilan bilang rindu itu berat. Dengan mental ksatria, kekasihnya dituding tak akan kuat, biar dia yang menanggungnya.
Tapi andai sehari saja Dilan -atau para suami, laki-laki di muka bumi- harus menanggung tugas seorang ibu, sepertinya mereka tak akan kuat. Dan kepada mereka, kita, para ibu, bisa bilang, "Jadi Ibu itu berat. Jauh lebih berat dari urusan rindu. Kalian tak akan kuat!"
Lalu semua hadiah atau ucapan di Hari Ibu itu? Jujur saja, tidak akan mengubah apa-apa setelah tanggal 22 Desember berlalu.
ADVERTISEMENT
Segera setelah acara pemberian kado, ucapan selamat dan peluk-cium berlalu, Anda akan kembali ke dunia yang kita jalani setiap hari: dunia ibu.
Dunia yang waktunya bergerak lebih cepat. Yang tidak boleh kenal kata penat. Yang lekat dengan kasih sayang, tapi tidak bisa memberi Anda hal mewah seperti: mandi agak lama tanpa diketuk-ketuk pintunya atau waktu tidur siang!
Dunia yang akhirnya (tanpa lebih dulu minta persetujuan kita) harus terus dijalani dari hari ke hari, jam ke jam, menit ke menit, detik ke detik, tanpa henti, tanpa libur, tanpa kata rehat.
Ya, tidak ada kata rehat untuk kita.
Rehat dari ibu, mama mertua, ipar, tetangga atau siapa saja yang terus memberi komentar tentang bagaimana seharusnya mengurus si kecil.
ADVERTISEMENT
Dari suami yang bertepuk tangan bangga melihat anaknya tampil di pentas akhir tahun tanpa tahu bagaimana Anda harus jumpalitan menyiapkan seragamnya plus kekisruhan pembagian tugas di group Whatsapp ibu-ibu tentang warna pita yang paling pas atau dekorasi yang belum jadi.
Dari si kecil yang terus bertanya soal akan liburan ke mana sementara Anda belum berhasil menemukan tiket pesawat dan voucher hotel dengan harga yang sesuai bujet di tengah kesibukan tutup buku di kantor akhir tahun ini.
Juga dari netizen yang merasa paling tahu dan paling berhak menghakimi semua yang Anda lakukan dan berikan untuk keluarga.
Tapi kami tahu. Kami mengerti.
Karena otak kami juga tak pernah berhenti. Mencari tahu, membuat rencana, memikirkan anak-anak tersayang dan seluruh anggota keluarga bahkan lebih sering dari memikirkan diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Karena saat Anda tidur (di pinggiran kasur, dengan separuh tangan atau kaki ke bawah, mulai pegal, kesemutan dan hampir jatuh tapi tak berani bergerak karena takut suami atau anak terganggu) percayalah kemungkinan besar kami juga sedang dalam posisi itu.
Kami juga merasakan letihnya, peningnya, hingga takut dan galaunya.
Mengingat-ingat apalagi yang harus dilakukan sementara yang belum selesai dikerjakan juga sangat banyak. Bertanya-tanya apakah pilihan yang diambil untuk anak dan keluarga sudah tepat. Membandingkan lagi yang kita miliki atau hadapi, dengan orang lain, meski tahu seharusnya tak begitu.
Sampai kadang-kadang, kita merasa sudah mentok, sudah kehabisan tenaga, tidak sanggup berbuat apa-apa lagi.
Tapi Anda bukan Dilan, Moms. Kita bukan Dilan. Kita kuat.
ADVERTISEMENT
Dan kuat bukan berarti selalu menguasai atau menyukai apa-apa yang kita hadapi. Jadi enggak apa-apa kok, bila kita sesekali merasa gagal bahkan benci saat menjalani peran ini. Bahkan bila terjadi berkali-kali. Seperti kita juga mampu jatuh cinta pada anak-anak kita berkali-kali. Terus dan kian besar setiap hari.
Karena menjadi ibu adalah proses sepanjang hidup yang berlangsung sampai kita mati. Bukan sesuatu yang langsung jadi atau bisa sekejab lantas kita kuasai di hari kita melahirkan seorang mahluk mungil ke dunia ini.
Maka tak perlu merasa malu atau ragu. Tak usah juga masalah-masalah atau tantangannya kita pungkiri.
Selama menjalani proses itu, cukuplah yakin kalau kita mampu. Kita bisa. Pasti bisa.
ADVERTISEMENT
Apalagi bila kita mau melakukannya bersama-sama. Tidak lagi saling menjatuhkan. Berhenti saling menghakimi. Percaya kalau semua ibu dengan beragam pilihan dan caranya semata sedang berusaha memberikan yang terbaik untuk anak, keluarga juga dirinya sendiri.
Kita sesama ibu, di mana pun, dalam kondisi apapun, justru bisa dan perlu saling membantu.
Karena sekadar berbagi senyum hangat atau pelukan pun sudah dapat membuat lebih ringan perkara yang berat. Memberi kekuatan, menambah semangat.
Karena itu di Hari Ibu ini, hanya satu harapan kami: Semoga Anda, kita semua, memiliki semangat pasti bisa. Agar kita dapat membuat pilihan-pilihan terbaik untuk diri sendiri, anak dan seluruh anggota keluarga.
Jangan pernah lupa, pastikan semangat itu selalu terjaga, lekatkan dalam ingatan: #ibupastibisa
ADVERTISEMENT
Salam sayang selalu dari kami,